TUGAS
INDIVIDU
“TELAAH MATERI SKI MA KELAS X”
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Telaah Materi PAI III”
Dosen Pengampu : Drs. ABDURROZAQ ASSOWY.
Disusun oleh :
ENDAH FARIDHOTUL
FIKRIYAH : (141310003140)
PAI A2 (SEMESTER 4)
UNIVERSITAS NAHDLOTUL
ULAMA
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
JL. TAMAN SISWA
(PEKENG) TAHUNAN JEPARA 59427
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia dan nikmat-Nya, sehingga tugas
mata kuliah “Telaah Materi PAI III” yang membahas tentang “Telaah Materi
Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas X” dapat tersusun dengan
baik. Tidak lupa sholawat beserta salam, kami haturkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, karena syafa’atnya yang senantiasa kita nantikan kelak di
akhirat.
Kami juga mengucapkan baanyaak terima
kasih atas bantuan dari rekan-rekan yang telah
berkontribusi memberikan sumbangan kritik dan pikirannya, hingga pada
akhirnya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi
dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari
bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya lapoaran ini diwaktu
mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan
manfaat kepada kita semua. Āmīn...
Jepara, 29 Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 3
C.
Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II (PEMBAHASAN)
A.
Deskripsi
Kurikulum.................................................................................... 4
B.
Ruang
Lingkup.......................................................................................... 37
C.
Analisis
Komprehensif Sejarah Kebudayaan Islam................................... 38
BAB III (PENUTUP)
A.
SIMPULAN.............................................................................................. 51
B.
SARAN..................................................................................................... 53
C.
REFERENSI............................................................................................. 54
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang
peradaban sebelum Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah,
perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Madinah, sejarah perkembangan Islam
masa Khulafaur Rosyidin, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur
Rosyidin.
Yang kami bahas di sini adalah
mulai dari tentang peradaban sebelum Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad
SAW, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin. Secara substansial,
mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,
dan kepribadian peserta didik. Kita sebagai
mahasiswa yang menekuni bidang PAI harus dapat menyiapkan segala sesuatu
mengenai proses kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi mahasiswa yang
berkompeten di bidangnya dalam garis besar sebagai seorang guru. Yang harus
diperhatikan sebelum melakukan proses tersebut adalah menelaah materi yang akan
diajarkan, apakah itu sudah sesuai dengan kurikulum, peserta didik maupun
pengajar. Tidak hanya dengan menelaah materinya saja, tapi juga menelaah
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang akan kita ajarkan kepada
peserta didik.
Semuanya itu
dilakukan agar kegiatan belajar mengajar yang kita lakukan dapat terlaksana
dengan maksimal dan optimal.Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yang diajarkan di MA dan SMA. Dimana materi ini sangat peting
untuk diberikan kepada peserta didik agar
mereka memiliki
wawasan dan pengetahuan tentang sejarah-sejarah Islam dari zaman Nabi-nabi
terdahulu sampai sekarang, kemudian dari sejarah tersebut, peserta didik
diharapkan dapat mengambil ibrah dari sejarah terdahulu yang diaktualisasikan
pada era moderen ini, selain itu mata pelajaran ini juga mendorong manusia
untuk lebih menghargai perjuangan para orang-orang terdahulu yang dengan gigih
membela, memperjuangkan dan menyebarkan agama Islam sehingga saat ini kita
dapat merasakan hasilnya.
Rasulullah
merupakan sosok nabi yang sangat dijadikan suri tauladan pada mata pelajaran
SKI ini, dari ucapan, tingkah laku sampe diamnya beliau menjadi pelajaran yang
harus kita anut sebab beliau merupakan contoh nyata manusia yang memiliki ahlak,
perilaku, sifat-sifat dan budi pekerti
yang sangat luhur. Oleh karena itu kahadiran materi SKI ini menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan materi SKI siswa diajak untu menelusuri kembali fakta sejarah peradaban yang berkembang pada masa lalu untuk kemudian mengembangkan poin-poin positif yang masih relevan dengan masa sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian, diharapkan kebangkitan dunia Islam dapat terwujud dan menjadi kenyataan.
yang sangat luhur. Oleh karena itu kahadiran materi SKI ini menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan materi SKI siswa diajak untu menelusuri kembali fakta sejarah peradaban yang berkembang pada masa lalu untuk kemudian mengembangkan poin-poin positif yang masih relevan dengan masa sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian, diharapkan kebangkitan dunia Islam dapat terwujud dan menjadi kenyataan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
deskripsi tentang kurikulum?
2.
Seperti
apa ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah?
3.
Bagaimana
analisis silabus pelajarn SKI di Madrasah Aliyah kelas X?
4.
Apa
probelmatika silabus SKI di Madrasah Aliyah kelas X?
5.
Bagaimana
alternatif penyelesaian masalah pelajaran SKI di Madrasah Aliyah kelas X?
C.
Tujuan Penulisann
1.
Dapat
mengetahui deskripsi tentang kurikulum.
2.
Mengetahui ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah
Aliyah.
3.
Dapat menganalisis silabus pelajarn SKI di Madrasah
Aliyah kelas X.
4.
mengetahui
probelmatika silabus SKI di Madrasah Aliyah kelas X.
5.
dapat
menemukan alternatif penyelesaian masalah pelajaran SKI di Madrasah Aliyah
kelas X.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Diskripsi Kurikulum
Kurikulum
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi
sebagai pedoman dan alat dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan
pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan. adapun fungsi lain dari kurikulum,
yaitu sebagai berikut :
1)
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan pendidikan.
2)
Kurikulum sebagai batasan dari program kegiatan
pada tingkatan pendidikan.
3)
Kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
proses pembelajaran
Berdasarkan penjelasan fungsi kurikulum diatas,
dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen dari pendidikan yang
memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi pelaksanaan dan
penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam merupakan
salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan ini,
kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam
pencapaian tujuan dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam
merencanakan dan menyusun kurikulum, guru diharapkan agar cermat dan teliti.
Karena, sebuah kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang saling terkait
erat satu sama lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum harus
berdasarkan asas dan orientasi tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami menganggap
bahwa penulisan mengenai Telaah Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam ini sangat
penting untuk
dibahas, karena mengingat peranan dan fungsinya
yang cukup penting dalam pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Di
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang
studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan
agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Kebudayaan
Islam ialah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Aliyah, SKI ini merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari
masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak
serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.
Mata
pelajaran SKI Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah memiliki
karakteristik tersendiri, aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada
kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam),
meneladani tokoh-tokoh Islam berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena
sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
1.
Identitas Materi
Mata
pelajaran SKI adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam
yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, untuk menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam
yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Karakteristik
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA merupakan salah satu mata
pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Rasulullah SAW hingga perkembang
peradaban Islam pada masa Khulafaur Rosyidin dan seterusnya.
2. Standar
Kompetensi/Kompetensi Inti
§ Menerima dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya.
§ Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran,
damai) santun, responsive dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai baagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
§ Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawassan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang
kajian yang spesifik ssesuai dengan bakat dan minat untuk memecahkan masalah.
§ Mengolah, menalar dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
3. Kompetensi
Dasar
§ Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
§ Menghayati pola kepemimpinan Khulafaur Rasyidin sebagai
implementasi dari kewajiban berdakwah.
§ Menyadari pentingnya perilaku istiqamah dari perjuangan
Khulafaur Rasyidin sebagai implementasi akhlaqul karimah.
§ Mengambil ibrah dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin ketika
menjadi pemimpin negara.
§ Memiliki sikap semangat ukhuwah sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah untuk masa sekarang dan akan datang.
§ Mendeskripsikan proses pemilihan Khulafaurrasyidin.
§ Menceritakan sikap bersungguh-sungguh Khalifah Ali bin Abi Talib
dalam mengkaji ilmu.
4. INDIKATOR
§ Menjelaskan Biografi Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
§ Menjelaskan proses pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
5. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi, menganalisis dan
mengkomunikasikan peserta didik diharapkan dapat memahami proses pemilihan Khulafaurrasyidin.
6. Materi Pokok
6.1 Materi Fakta
Kalimat Tauhid
Ilustrasi Khulafarurrasyidin
6.2 Materi Konsep
a. Biografi Abu Bakar As-Shidiq
b. Terpilihnya Khalifah Abu Bakar As-Shidiq
c. Biografi Umar Ibnu Khathab
d. Proses pengangkatan dan gaya kepemimpinan Umar bin Khatab
e. Biografi Usman bin Affan
f. Proses pengangkatan dan gaya kepemimpinan Usman bin Affan
g. Biografi Ali bin Abi Thalib
h. Proses Pengangkatan dan gaya kepemimpinan Ali bin Abu Thalib
7.
Proses Pembelajaran
a.
Pendahuluan
1)
Ucapkanlah
salam dan pimpin doa bersama.
2)
Periksalah
kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk peserta didik disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
3)
Bangkitkan
semangat peserta didik dengan melakukan kegiatan ringan, seperti senam otak
atau bersalawat.
4)
Sampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dibahas.
5)
Ajukan
pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi proses
pemilihan Khulafaurrasyidin.
6)
Gunakan
alternatif media/alat peraga/alat bantu, dapat berupa tulisan manual di papan
tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat
juga menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
7)
Gunakan
metode diskusi dalam bentuk the educational-diagnosis meeting. Artinya, peserta didik berbincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud saling
mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran/ materi yang diterimanya
agar masing-masing memperoleh pemahaman yang benar yang
dikolaborasi dengan metode demontrasi.
b. Pelaksanaan
Ø Eksplorasi
1) Mintalah peserta didik untuk mengamati gambar yang ada dalam
materi fakta (lihat rubrik A. Mari Mengamati!)
2) Ajaklah peserta didik menuliskan hasil pengamatannya dalam kotak
jawaban yang tersedia (lihat rubrik B.Mari Bertanya!).
3) Mintalah peserta didik mengemukakan isi gambar tersebut.
4) Berikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukakan
peserta didik tentang isi gambar tersebut.
5) Ajaklah peserta didik menyimak penjelasan guru atau mencermati
peta konsep materi proses pemilihan Khulafaurrasyidin secara klasikal
atau individual.
Ø Elaborasi
1) Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok dan diberikan tugas untuk
berdiskusi sesuai dengan nama 4 Khulafaurrasyidin yang telah ditentukan.
2) Peserta didik secara bergantian menyampaikan hasil diskusi,
sedangkan kelompok lainnya memperhatikan/menyimak dan memberikan tanggapan.
3) Berikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukakan
peserta didik tentang materi tersebut.
Ø Konfirmasi
1) Ajaklah peserta didik untuk menghubungkan dan menalar materi
ajar dengan keadaan sekarang. (lihat rubrik E. Mari Menghubungkan Dan Menalar!)
2) Mintalah peserta didik menyampaikan sebuah cerita yang sesuai
materi yang terdapat dalam buku Ajar. (lihat rubrik F. Mari Bercerita!)
3) Guru mengajak peserta didik merenungkan materi yang telah
dipelajari. (lihat G. Mari Merenung Sejenak!)
4) Guru mengajak peserta didik untuk merefleksi diri. (lihat rubrik
H. Mari Merefeksi Diri!)
c. Penutup
1) Ajaklah peserta didik untuk menggali ibrah/ pembelajaran tentang
materi biografi Khulafaurrasyidin dan proses pemilihan Khulafaurrasyidin.(Lihat
rubrik J. Mari Mengambil Ibrah!)
2) Ajaklah peserta didik untuk merencanakan sebuah aksi di rumah
(lihat rubrik I.Rencanakan Aksimu!)
8. Penilaian
Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan
sebagai berikut:
a. Penilaian kognitif
Pada rubrik “K. Mari Uji Kompetensimu!”, maka guru:
1) Bimbinglah peserta didik untuk mengerjakan latihan soal uraian/analisis.
2) Berikan tugas tambahan kepada peserta didik dengan latihan soal
pilihan ganda.
6.3
Materi Inti
Khalifah adalah jabatan tertinggi dalam kepemimpinan Islam pacsa
Rasulullah Saw. wafat. Mereka dipilih oleh umat Islam melalui
musyawarah. Seorang khalifah wajib menjalankan kepemimpinan sesuai dengan
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian,
tugas utama mereka dalam hal keagamaan adalah memimpin shalat jum’at di
masjid Nabawi dan menyampaikan khutbah jum’at.
Tugas seorang khalifah selain sebagai kepala Negara, dia juga
menjabat sebagai panglima pasukan Islam yang memiliki kewenangan luas
dalam hal pemerintahan. Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad Saw. sebagai
kepala pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat sahabat
terdekatnya secara berurutan. Termasuk dalam tugas tersebut adalah
mengurus masalah keagamaan umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang
dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur
Rasyidin berarti para khalifah yang mendapat petunjuk. Keempat khalifah
tersebut adalah Abu Bakar As-Shiddiq (memerintah 632 – 834 M), Umar bin
Khatab (634-644M), Usman bin Affan (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib
(656-661 M).
BAB 4
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN
I.
Abu Bakar As-Shiddiq
1.
Biografi Abu Bakar As-Shiddiq
Nama asli beliau adalah
Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah bernama Abdul
Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Abu
Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan
karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa
Arab, Bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali
dipanggil Atiq atau yang tampan, karena ketampanan wajahnya. Sementara Nabi
memberikan Abu Bakar gelar As-Shidiq , dikarenakan dia membenarkan kisah
Isra’ Mi’raj nabi ketika banyak penduduk Mekkah mengingkarinya. Abu
Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa lama setelah Nabi Muhammad lahir.
Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat dengan
Nabi. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun sesudah Islam
datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang
menegakkan agama Allah. Biarpun hidup pada zaman jahiliyah, berbagai
kebaikan telah melekat pada Abu Bakar sejak kecil. Lembut dalam bertutur
kata, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya. Ia
juga perasa dan sangat mudah tersentuh hatinya. Selain itu Abu Bakar
dikenal cerdas dan berwasan luas.
Abu Bakar adalah seorang
sahabat Nabi yang terkenal akan kedermawanannya. Demi membela kaum
muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan
mengeluarkan hartanya. Salah satu kisah terkenal yang menggambarkan kedermawanannya
tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tan gan majikannya yaitu
Umayyah bin Khalaf. Lewat perantara Abu Bakar, Allah memberi pertolongan
kepada hambaNya yang teguh imannya. Melalui perantara Abu Bakar pula
banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, seperti Usman
bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi
Waqqas, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah adalah beberapa
sahabat yang masuk Islam atas ajakan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian
dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun. Setelah masuk Islam, Abu Bakar
menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik ketika di Mekkah
maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi melakukan hijrah ke
Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di Sunh,
daerah di pinggiran kota Madinah. di kota tersebut, Abu Bakar dipersaudarakan
dengan seorang dari suku Khazraj yang bernama Kharijah bin Zaid dari
Bani Haritsah. Di rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tingal. Hubungan kedua
orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah bernama
Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari pedagang kain menjadi
petani.
2.
Proses terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq
Setelah Rasulullah Saw.
wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat, kerena Nabi
sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti
sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan umat
Islam dalam kebingunan. Hal ini karena Mereka sama sekali tidak siap
kehilangan beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing
yang mereka cintai. Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan
sahabat dari Anshar yang berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah,
sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan musyawarah
penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah
tersebut dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat Rasulullah Saw., ia
adalah Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah
mengajukan wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas untuk menjadi
pemimpin sebagai pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum
Anshar-lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian
sambil berargumen bahwa golongan Ansharlah yang telah banyak menolong
Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir
Qusaisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para sahabat dari golongan
Anshar. Pada saat beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin
Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang lain mengetahui
pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani
Sa’idah. Dan pada saat orang-orang Muhajirin datang di Saqifah Bani Sa’idah
, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk untuk mengangkat dan membaiat Saad
bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut para tokoh Muhajirin juga
datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin
Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang diwakili abu Bakar menolaknya dengan
tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar
bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin.
Alasan Abu Bakar adalah
merekalah yang lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan
perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya
mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di
Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. golongan Anshar tidak dapat
membantah usulannya.
Kaum Anshar menyadari dan
ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari
Mekkah mengajak masuk Islam, bukankah di antara mereka sering terlibat
perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas tentu saja
para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik dan yang pantas
menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum
muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di
sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab
dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu di
antara keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum
Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar
merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya. dan
keduanya justru balik menunjuk dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan tegas
Umar mengayungkan tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu
Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh
Abu Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar
Kecuali Saad bin Ubadah. Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu
Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya
tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“Saudara-saudara, saya
sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang
terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantu lah saya. Kebenaran adalah
suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka
gugurlah ketaatanmu kepada saya.”
Demikianlah, proses
terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah Saw.
Lain Abu Bakar lain pula Umar bin Khatab. Pada Saat Khalifah Abu Bakar merasa
dekat dengan ajalnya, Ia menunjuk Umar Bin Khatab untuk menggantinya, namun
sebelum menyampaikan ide dan gagasannya untuk menunjuk Umar, Abu Bakar
memanggil beberapa sahabat terkemuka seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman
bin Afan, Asid bin Hudhair al-Anshari, Said bin Ziad dan Sahabat lain
dari golongan muhajirin dan anshar untuk dimintai penilaian dan pertimbangan
dan akhirnya mereka menyetujui.
Setelah Umar bin Khatab
meninggal, Khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan. Pada waktu Umar hendak
mengimami shalat shubuh, tiba-tiba diserang oleh Lu’lu’ah Fairuz dan berhasil
menikam perut Umar Bin Khatab namun tidak langsung meninggal. Pada saat-saat
tersebut, Proses pemilihan terjadi paskah tragedi Shubuh, Umar membentuk Dewan
yang beranggota enam orang sahabat yaitu Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam,
Saat bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi
Thalib dan dalam sidang yang alot dan waktu yang panjang akhirnya Utsman yang
berusia 70 tahun terpilih untuk mengganti Umar Bin Khatab. Setelah Utsman
meninggal dalam sebuah kerusuhan tanggal 17 Juni 656 M. terjadilah kekosongan
kekuasaan, Ali bin Abi Thalib diusulkan oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah untuk mengganti Utsman, dan pada awalnya Ali menolak, namun setelah
banyaknya dukungan yang mengalir dan atas desakan banyak sahabat akhirnya Ali
menerima dan dibaiat menjadi Khalifah di Masjid Nabawi tanggal 24 Juni 656 M.
II.
Umar bin Khattab
1. Biografi Umar bin Khattab
Umar ibnu Khatab putera
dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah satu kabilah suku Quraisy.
Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan. Ia dibesarkan
layaknya anak-anak lainnya. Memasuki usia remaja, Umar menggembalakan unta
ayahnya, Khatab bin Nufail, di pinggiran kota Me kkah. Selain bergulat, berkuda
merupakan keahlian Umar lainnya.. Secara fisik, tubuh Umar kekar, kulitnya
putih kemerah-merahan dan kumisnya lebat. Seperti pemuda pada masa Jahiliyah
lainnya, Umar akrab dengan minuman keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat
gigih dalam membela agama nenek moyangnya. Tak akan ia biarkan orang, siapa pun
dia, mengusik agama nenek moyangnya. Maka ketika Rasulullah mulai mendakwahkan
Islam, Umar merupakan seorang yang sangat getol memusuhi Rasulullah. Pada waktu
masa awal dakwah Islam di Mekkah, bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu Jahal),
Umar merupakan tokoh Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin , karena kekejaman
dan permusuhannya terhadap Islam. Umar pernah menghajar seorang budak perempuan
karena budak tersebut memeluk Islam. Ia menghajar sampai capek dan bosan
sendiri karena terlalu banyak memukul. Sang budak akhirnya dibeli oleh Abu
Bakar dan dibebaskan.
Karena begitu berbahanya
kedua orang tersebut (Umar bin Khatab dan Abul Hakam bin Hisyam) itu, sehingga
Rasulullah pernah berdoa kepada Allah agar salah satu dari keduanya masuk
Islam. ”Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin
Hisyam atau Umar bin Khatab” demikian doa Nabi. Doa Nabi terkabul dengan
masuknya Umar ke dalam agama Islam. Keislaman Umar terbukti membawa kemajuan
pesat bagi Islam . Kaum muslimin menjadi berani terang-terangan melakukan salat
dan thawaf. Umar juga tidak takut menantang paman sendiri, Abu Jahal, seorang
paling membenci Islam. Ia menemui Abu Jahal dan terang-terangan mengaku telah
memeluk agama Islam. Karena ketegasannya itu, Umar mendapat julukan ”Al
Faruq” yang artinya pembeda antara yang baik dan buruk.
Ketika Nabi memutuskan
untuk hijrah ke Yastrib, Umar bersma kaum Muhajirin lainnya berangkat
mendahului Rasulullah dan abu Bakar. Di kota Madinah, Umar dipersaudarakan
dengan Utban bin Malik. Seperti Abu Bakar, Umar juga ikut menggarap tanah subur
Madinah untuk ditanami berbagai macam tanaman. Karena sifatnya yang tegas, tak
jarang Umar mendebat Rasulullah, seperti dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sebab, ia
merasa perjanjian tersebut merugikan kaum muslimin. Namun di balik badannya
yang kekar dan kuat serta wataknya yang keras dan tegas, Umar menyimpan sifat
lembut dan perasa. Hatinya mudah tersentuh sampai menangis terharu. Tak jarang
para sahabat menyaksikan Umar menangis setelah shalat karena teringat
dosa-dosanya pada masa Jahiliyah.
2. Proses pengangkatan dan gaya
kepemimpinan Umar bin Khattab
Pada tahun 634 M, ketika
pasukan muslim sedang bergerak menaklukan Syam, Abu Bakar jatuh sakit.
Ketika itulah, Abu bakar berfikir untuk menunjuk satu orang
penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang
jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang tepat untuk
menggantikannya. Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan
menjadi penggantinya, Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat
besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin
Affan, Asid bin Hudhair al-anshari, said bin Zaid, dan para sahabat lain
dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya , para sahabat itu
memuji dan menyanjung Umar. Setelah semua sepakat mengenai Umar,
Khalifah abu Bakar lantas memanggil Usman. Kepada Usman, Abu Bakar
mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk Umar sebagai pengggantinya,
sebagai berikut :
”Bismilllahirrahmanirrahiim”.
Ini adalah pernyataan Abu Bakar, khalifah penerus kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw., saat mengakhiri
kehidupannya di dunia dan saat memulai kehidupannya di akherat. Dalam keadaan dipercayai oleh orang kafir
dan ditakuti oleh orang durhaka, sesungguhnya aku menganggkat Umar bin
Khatab sebagai pemimpin kalian. Bahwasanya ia adalah orang baik dan adil, sejauh pengetahuan dan pemnilaian
diriku tentangnya.
Bilamana dia kemuaidan seorang pendurhaka dan zalim, sungguh aku tidak pernah tahu akan
hal yang bersifat gaib. Sungguh aku bermaksud baik dan segala sesuatu
bergantung pada apa yang dilakukan . Dan orang yang zalim kelak akan mengetahui tempat mereka kembali”.
Maka demikiannlah, kaum
muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat Umar sebagai khalifah. Setelah
dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato : Kalau bukan karena
harapanku untuk menjadi yang terbaik di antara kamu, yang terkuat atas
kamu, dan yang paling sadar akan apa yang “Wahai manusia, aku telah
ditetapkan berkuasa atas kamu. Namun penting dalam menangani urusanmu, aku
tidak akan menerima amanat darimu. Cukuplah suka dan duka bagi Umar
menunggu perhitungan untuk memberikan pertanggung jawaban mengenai zakatmu,
bagaimana aku menariknya darimu dan bagaimana akau menyalurkannya dan
caraku memerintah kamu, bagaimana aku harus memerintah. Hanya Tuhanku yang
menjadi penolongku, karena Umar tidak akan dapat menyandarkan pada
kekuasaan ataupun strategi yang cerdas, kecuali jika Tuhan mempercepat rahmat,
pertolongan dan dukungan kepada orang yang didukungnya”.
III.
Usman bin Affan
1.
Biografi Usman bin Affan
Usman bin Affan enam tahun
lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani Umayyah, merupakan kabilah
Quraisy yang dihormati karena kekayaannya. Kekayaan tersebut mereka
peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga kaya raya. Pada usia
remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke berbagai negeri.
Abu Bakar, salah satu sahabat nabi dan sebagai teman dagang. Lewat Abu Bakar
inilah Usman masuk Islam. Akhirnya Usman menerima ajakan Rasulullah memeluk Islam tanpa
ragu.Tidak berapa lama, Usman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah Saw..
Keimanannya tak pernah goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang
pamannya dari Bani Umayyah untuk meninggalkan Islam dan kembali ke
pangkuan agama nenek moyang. Selain sifatnya lemah
lembut dan tutur katanya halus, Usman seorang laki-laki pemalu. Suatu ketika,
Rasulullah bersabda: “Hai umatku yang paling malu adalah Usman bin
Affan”. Karena kelembutannya banyak orang mencintai Usman. Karena pemalu, Usman
disegani dan dihormati banyak orang.
Gambaran terkenal mengenai
Usman adalah kedermawanannya, sehingga orang akan mengatakan
boros. Yang jelas, dia selalu siap mendermawankan hartanya yang
melimpah sama sekali tidak menjadikan Usman kikir. Ia pernah menyumbangkan 300
ekor unta dan uang 1000 dinar ketika Nabi menyeru kaum muslimin untuk
melakukan ekspedisi ke Tabuk menghadapi tentara Byzantium.
Sejak masuk Islam , Usman
tidak bisa dipisahkan dari perjuangan menegakkan agama Islam. Karena
mendapatkan permusuhan yang sengit dari penduduk Mekkah, Rasulullah
menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Bersama istrinya, Usman melakukan
hijrah ke Habsyi. Di hadapan Rasulullah Usman mempunyai kedudukan mulia. Nabi
sangat mengagumi ketampanan Usman. dan kemuliaan budi pekertinya.
Karena itulah setelah Ruqayah wafat, Nabi menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum
salah satu putri
Rasulullah. Pernikahannya dengan dua putri Nabi inilah yang menjadikan Usman dijuluki Dzun
Nurain yang artinya pemilik dua cahaya. Sayangnya pernikahan dengan Umu
Kulsum juga tidak terlalu lama karena Ummu kulsum meninggal terlebih
dahulu. Bagitu sayangnya Nabi kepada Usman maka Nabi pernah berkata,
“Seandainya aku punya putri yang lain lagi, pasti akan aku nikahkan juga dengan Usman”.
Kedudukan Usman yang
begitu mulia di sisi Nabi membuatnya sangat dihormati oleh kaum muslimin.
Pada masa Abu Bakar dan Umar, pendapat Usman senantiasa didengarkan dan
diperhatikan. Tidaklah mengherankan jika Umar bin Khatab menunjuknya
sebagai salah satu anggota Dewan syura. Lewat Dewan Syura itu pula Usman
diangkat sebagai khalifah ketiga.
2. Proses Pengangkatan dan Gaya
Kepemimpinan Usman bin Affan
Pada hari rabu waktu
Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami shalat di
masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari Persia
milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu Lu’lu’ah Fairuz. Setelah
penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit,
ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yaitu antara
lain Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah
bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang
dikenal dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan Syura adalah
para sahabat Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat itu.
Mereka semua harus
bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang menggantikan
kedudukan Umar sebagai khalifah. Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan
Syura mulai bersidang untuk menentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin
auf ditunjuk sebagai ketua sidang. sidang berjalan alot sehingga selama
tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin
Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri
dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah Ali bin Abu
Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika dibaiat, usia Usman
bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu Thalib
sebagian karena pertimbangan usia. Setelah dibaiat, Usman berkhutbah di
depan kaum muslimin :
“Sesungguhnya kalian berada
di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa.
Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput. Sungguh
ajal tidak pernah sungkan datang sembarangan waktu dan keadaan baik siang
maupun tidak
pernah malam. ingatlah sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya . Jangan kalian terpedaya
oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada
Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian”.
Sebelum menjadi khalifah,
Usman adalah seorang dermawan. Ketika menjadi khalifah, kedermawanan
Usman tidak lantas berkurang. Ia tetap menjadi dermawan seperti sebelum
menjadi khalifah, bahkan menjadi lebih dermawan. Dia menaikkan tunjangan
untuk kaum muslimin demi kesejahteraan mereka. Harta kekayaan berupa jizyah
dan harta rampasan perang yang didapat dari daerah taklukan digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin.
Selain dermawan, Usman
juga seorang yang lemah lembut. Meskipun demikian, khalifah Usman juga
seorang yang teguh hati. Misalnya, dia segera mengirimkan pasukan untuk
mengamankan wilayah-wilayah yang memberontak terhadap kekuasaan Islam.
Kelemahan Usman adalah terlalu mengutamakan keluarganya dari bani Umayyah.
Misalnya, ia mengangkat beberapa orang dari Bani Umayyah menjadi gubernur
di beberapa wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan dermawan sering dimanfaatkan
oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuntungan. Ia kurang bisa
bersikap tegas terhadap keluarganya.
VI.
Ali Bin Abi Thalib
1. Biografi Ali bin Abi
Thalib
Ali bin Abu Thalib lahir
pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar tahun 600 M. Ia
lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti
Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singah. Namun
sang ayah lebih suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib
adalah kakak Abdullah ayah Nabi Muhammad. Jadi Ali dan Muhammad adalah
saudara sepupu.
Sejak kecil Ali hidup
serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah asuhannya. Nabi tentu saja
ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam
asuhan sepupunya inilah, Ali mendapat cahaya kebenaran yakni Islam.
Tanpa ragu sedikit pun ia memutuskan untuk menyatakan beriman kepada
Allah dan RasulNya. Keputusan ini dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika umurnya
baru 10 tahun. Secara keseluruhan, ia adalah orang ketiga yang memeluk
Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak.
Di bawah asuhan Rasulullah
Saw., Ali tumbuh berkembang. Segala kebaikan perilaku diajarkan oleh
Nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, pemberani,
tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah. Kecerdasannya sangat menonjol.
Ia merupakan sahabat Nabi yang paling faham tentang Al-Qur’an dan
Sunnah, karena merupakan salah satu sahabat terdekat Nabi. Ia menerima langsung
pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah dari Rasulullah Saw.. Setelah hijrah ke
Madinah, Ali bekerja sebagai petani, seperti Abu Bakar dan Umar. Dua tahun setelah
hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan Rasulullah Saw..
Dari pasangan inilah lahir dua cucu Rasulullah Saw. yang bernama Hasan
dan Husain.
Dari Madinah, bersama Nabi
dan kaum muslimin lainnya berjuang bersama-sama. Ali hampir tidak pernah absen
di dalam mengikuti peperangan bersama rasulullah, seperti perang Badar,
Uhud, Khandak, Khaibar dan pembebasan kota Mekkah. Pada ekspedisi
ke Tabuk, Ali tidak ikut dalam barisan perang kaum muslimin atas
perintah Nabi. Ali diperintahkan tingal di Madinah menggantikannya mengurus
keperluan warga kota. Kaum munafik menebarkan fitnah dengan mengatakan bahwa
Nabi memberi tugas itu untuk membebaskan Ali dari kewajiban perang.
Mendengar hal tersebut, Ali merasa sedih, dengan pakaian perang lengkap, ia
menyusul Rasulullah Saw. dan meminta izin bergabung dengan pasukan. Namun
Nabi Saw. bersabda : “Mereka berdusta. Aku memintamu tinggal untuk menjaga
yang kutinggalkan. Maka kembalilah dan lindungilah keluarga dan harta benrdaku.
Tidakkah engkau bahagia, wahai Ali, bahwa engkau di sisiku seperti Harun
di sisi Musa. Ingatlah bahwa sesudahku tidak ada Nabi.” Dengan patuh Ali
kembali ke Madinah.
Sepeninggal Nabi Saw., Ali
menjadi tempat para sahabat meminta pendapat. Begitu terhormat posisi
Ali di mata umat Islam. Bahkan Abu Bakar, Umar dan Usman ketika menjabat
sebagai khalifah tidak pernah mengabaikan nasehat-nasehat Ali. Meskipun
tegas dankeras dalam setiap pertempuran, namun Ali memiliki sifat
penyayang yang luar biasa. Ali tak pernah membunuh lawan yang sudah tidak
berdaya. Bahkan ia pernah tak jadi membunuh musuhnya dikarenakan sang musuh
meludahinya, sehingga membuatnya marah.
Dalam hidup keseharian,
Ali hidup dengan bersahaja. Meskipun miskin, Ali tetap gemar bersedekah.
Ali tak segan-segan menyedekahkan makanan yang semestinya untuk keluarganya.
Bahkan, Ali dan keluarganya tidak makan berhari-hari karena makanan
milik mereka diberikan kepada peminta-minta. Melihat berbagai
keutamaannya, tidaklah mengherankan jika Khalifah Abu Bakar sering kali meminta
pendapat Ali sebelum mengambil tindakan. Sebenarnya ia bahkan sempat
berfikir untuk menunjuk Ali sebagai khalifah penggantinya. Namun karena
berbagai pertimbangan, maka Abu Bakar membantalkan niatnya menunjuk Ali
sebagai khalifah. Ketika Umar menjabat khalifah, ia juga tak pernah
mengabaikan saran-saran Ali. Umar bahkan memasukkan Ali sebagai salah
satu calon khalifah sesudahnya. Ketika khalifah Usman memerintah,
nasehat-nasehat Ali juga nenjadi bahan pertimbangan sebelum keputusan
ditetapkan.
2. Proses Pengangkatan dan Gaya
Kepemimpinan Ali bin Abu Thalib
Pada saat kaum pemberontak
mengepung rumah Khalifah Usman, Ali mengutus dua putra lelakinya yang
bernama Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah Usman. Namun hal
itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa Khalifah Usman dan juga kaum
muslimin. Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni 656
M. Beberapa sahabat terkemuka seperti Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa
dialah yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum
mengambil tindakan apa pun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan
sehingga Ali pun ragu-ragu untuk membuat suatu keputusan dan tindakan.
Setelah terus menerus
didesak, Ali akhirnya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24
Juni 656 M, bertempat di Masjid Nabawi. Hal ini menyebabkan semakin
banyak dukungan yang mengalir, sehingga semakin mantap saja ia mengemban
jabatan khalifah. Namun sayangnya, ternyata tidak seluruh kaum muslimin
membaiat Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Selama masa kepemimpinannya, khalifah
Ali sibuk mengurusi mereka yang tidak mau membaiat dirinya tersebut.
Sama seperti pendahulunya yaitu Rasulullah, Abu Bakar dan Umar, Usman,
khalifah Ali juga hidup sederhana dan zuhud. Ia tidak senang dengan
kemewahan hidup. Ia bahkan menentang mereka yang hidup bermewahmewahan.
Ali bin Abu Thalib adalah
seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas teguh pendirian dan
pemberani. Tak ada yang meragukan keperwiraannya. Berkat keperwiraannya
tersebut Ali mendapatkan julukan Asadullah, yang artinya singa Allah.
Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan menggati pejabat gubernur yang
tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam. Ia juga tidak segan-segan memerangi
mereka yang melakukan pemberontakan. Di antara peperangan itu adalah
Perang Jamal dan Perang Siffin. Berkat ketegasan dan keteangkasannya, perang
Jamal dapat dimenanginya. Namun dalam perang Siffin, Khalifah Ali tertipu
oleh muslihat pihak Mu’awiyah. Ali hampir memenangi, namun pihak Muawiyah
meminta kepada Ali agar diadakan perjanjian damai yang disebut perjanjian di
Daumatul Jandal.
9.
Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a.
Strategi : Contectual Teaching Learning
(CTL)
Keterangan :
§ Strategi
Contectual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
b.
Model : Kooperatif
Keterangan :
§ Model
Kooperatif
Model pembelajaran Kooperatif dapat diartikan
belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dan
memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok untuk mencapai tujuan atau tugas
yang telah ditentukan sebelumnya.
c.
Pendekatan : Analisis dan
pendekatan proses
Keterangan :
§ Pendekatan
Analisis dan pendekatan proses
Definisi dari pendekatan adalah proses,
perbuatan atau cara untuk mendekati. Sedangkan pendekatan Analisis (Analytical
Approach) merupakan pendekatan yang didasarkan pada seperangkat
ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi. Pendekatan Proses merupakan pendekatan
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses.
d. Metode :
Metode
pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar
atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari
setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap indicator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Berikut akan kami
paparkan dan dikaji secara detai
macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan.
Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya
familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah.
padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan
efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita
tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas
serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik. Berikut ini
metode yang kami coba terapkan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
dengan harapan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran terseebut dan
mengubah pandangan tentang pelajaran SKI yang kaku dan membosankan. Metode
tersebut antara lain : Ceramah, pemutaran video, apresepsi dan diskusi, metode resitrasi
(recitation method), metode perancangan (projeck method), metode discovery,
metode inquiry, metode
belajar cooperative script, metode jigsaw, metode mind mapping dan metode
pemberian tugas.
Keterangan:
1)
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan
secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti
ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa
tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya
atau peserta didik.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Beberapa kelebihan
metode ceramah adalah:
a.
Guru mudah menguasai kelas.
b.
Guru mudah menerangkan bahan pelajaran
berjumlah besar.
c.
Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d.
Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah,
2000).
Beberapa
kelemahan metode ceramah adalah:
a.
Membuat siswa pasif
b.
Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c.
Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d.
Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual
akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih
besar menerimanya.
e.
Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar
anak didik.
f.
Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata).
g.
Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri
Djamarah, 2000)
2)
Metode
Resitrasi (pemberian tugas)
Metode resitasi
adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat
sendiri dari buku pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode
resitasi sebagai berikut :
a.
Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil
belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.
Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan
dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan
metode resitasi sebagai berikut :
a.
Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana
anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
b.
Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain
tanpa pengawasan.
c.
Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
d.
Siswa sulit dikontrol, apa benar
mengerjakan tugas ataukan orang lain
e.
Tidak mudah memberikan tugas yang
sesuai dengan perbedaan individu siswa.
f.
Sering memberikan tugas yang monoton,
sehingga membosankan.
3)
Metode
Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini
banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery,
hal itu disebabkan karena metode discovery ini:
a.
Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif,
b.
Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan
mudah dilupakan siswa,
c.
Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam
situasi lain,
d.
Dengan menggunakan strategi penemuan, anak
belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya
sendiri,
e.
Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan probelma yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini
lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar
mengajar yang memungkinkan. Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192)
diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada
generalisasi.
Kelebihan dari metode discovery antara lain:
a.
Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat
pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.
b.
Strategi penemuan membangkitkan gairah pada
siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan
keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
c.
metode ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
d.
metode ini menyebabkan siswa mengarahkan
sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi
sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
e.
Metode discovery dapat membantu memperkuat
pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui
proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang
mengecewakan.
f.
Strategi ini berpusat pada anak, misalnya
memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam
situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
Kelemahan dari metode discovery antara lain:
a.
Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan
mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam
usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak
atau sulit dipahami sendidri. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli
penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
b.
Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas
besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata
tertentu.
c.
Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini
mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
secara tradisional,
d.
Mengajar dengan metode ini mungkin akan
dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang
memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan
ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan
emosional sosial secara keseluruhan,
e.
Strategi ini mungkin tidak akan memberi
kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan
ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula
proses-proses di bawah pembinaannya.
4)
Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu
menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama
belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif
(Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta
didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain
pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan
kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan,
memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban
memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Inquiry
pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry
menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan
intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar
menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui
metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Kelebihan dari metode inquiry antara lain:
a.
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar
kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan
lebih baik.
b.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer
pada situasi proses belajar yang baru.
c.
Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
merumuskan hipotesanya sendiri.
e.
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.
Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g.
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan
individu.
h.
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.
Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya
sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192)
adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Jadi kekurang
dari metode ini hampir sama dengan metode discovery.
5) Metode
Belajar Cooperative script
Skrip
kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara
lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
a. Guru membagi siswa untuk
berpasangan.
b. Guru membagikan wacana/materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di
atas.
f. Kesimpulan guru.
Kelebihan
dari metode ini antara lain:
a. Melatih pendengaran, ketelitian /
kecermatan.
b. Setiap siswa mendapat peran.
c. Melatih mengungkapkan kesalahan
orang lain dengan lisan.
Kekurangan
dari metode ini adalah:
a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran
tertentu.
b. Hanya dilakukan dua orang (tidak
melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang
tersebut).
6) Metode Jigsaw
Jigsaw
adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s.
Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa
(student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok
asal dan kelompok ahli.
Bila
dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam
mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada
rekan-rekannya.
b. Pemerataan penguasaan materi dapat
dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c. Metode pembelajaran ini dapat
melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Dalam
penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yang menjadi kelemahan dari
metode ini, yaitu :
a. Siswa yang aktif akan lebih
mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk
mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya
diskusiSiswa
b. yang memiliki kemampuan membaca dan
berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila
ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih
tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan
materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c. Siswa yang cerdas cenderung merasa
bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas
yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya
diskusi.
d. Siswa yang tidak terbiasa
berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
7) Metode Mind
Mapping
Bentuk
mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang.
Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang
pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa
merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita
akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute
yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian
rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal
sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa.
Kelebihan
dari metode mind mapping antara lain:
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk
mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa
memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa
menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan
model pembelajaran mind mapping:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat
dimasukkan.
8) Metode Keteladanan
yaitu
memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode
ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik.
Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan,
baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang
senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
9) Metode
Pembiasaan
Yaitu membiasakan seorang peserta didik untuk
melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan,
jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan
harinya dan begitu seterusnya.
10) Metode
Ibrah dan Mau’idzah
Metode
Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar
pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu
kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang
disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah
adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam
melakukan perbuatan.
B. Analisis Komprehensif Silabus dan Mata
Pelajaran SKI
Dari format silabus yang dijadikan sebagai studi kasus
dalam makalah ini, secara garis besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat
tabel):
Tabel Kesesuaian Materi SKI Madrasah Aliyah Kelas X
dengan
Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
|
Prinsip Pengembangan
|
Hasil Analisis
|
||
Terpenuhi
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1
|
Ilmiah
|
✓
|
||
2
|
Relevan
|
✓
|
||
3
|
Sistematis
|
✓
|
||
4
|
Konsisten
|
✓
|
||
5
|
Memadai
|
✓
|
||
6
|
Aktual dan kontekstual
|
✓
|
||
7
|
Fleksibel
|
✓
|
||
8
|
Menyeluruh
|
✓
|
||
9
|
Efektif
|
✓
|
||
10
|
Efisien
|
✓
|
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian
silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya
menjadi rujukan dalam merancang dan membangun pelajaran SKI agar maksiamal dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Aspek Prinsip Ilmiah
Pada
aspek keilmiahan menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam
komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Pengembangan
indilkator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu
dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman
pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu
menjadikan materi ini sesuai bila digunakan dalam pembelajaran SKI siswa
Madarasah Aliyah kelas X.
2) Aspek Relevansi
pada
aspek relevansi yang termuat dalam materi indikator dan teknik
penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi
dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap
potensi-potensi belajar lain. Seperti Meneladani perilaku sabar dan sikap
istiqomah Rasulullah SAW dan meniru figur yang tercermin dari sikap terpuji
Rasulullah SAW di masa sekarang. Pada aspek ini masih belum terpenuhi karena belum ada
relevansi antara materi yang diajarkan dengan realita. Materi yang diajarkan
belum ada relevansi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Seharusnya ada
keterkaitan anatara materi pelejaran yang disampaikan dengan kehidupan
sehari-hari, agar hal itu dapat membekas diingatan siswa dan berpengaruh pada
sikap siswa dalam keseharian. Maka dari itu siswa dituntut untuk meneladani
sifat-sifat baik Rasulullah SAW selama melakukan dakwah dengan cara siswa
menrapkannya pada kehidupan sehari-hari. Misalnya sifat Rasulullah SAW yang
pantang menyerah, siswa dapat menerapkannya saat menemui kegagalan saat di
ujian semester karena mendapat nilai yang buruk, maka siswa tidak boleh
menyerah dan harus terus berusaha memperbaiki kekurangannya dengan rajin
belajar. Berikutnya meneladani sifat istiqomah Rasulullah SAW dalam berdakwah
dapat ditiru siswa saat belajar. siswa harus istiqomah dalam belajar, dalam hal
ini akan member manfaat yang baik untuk siswa karena bila belajarnya dapat
istiqomah maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak mudah lupa karena
terus menerus (ajeg) dipelajari.
3) Aspek Sistematis
Pada
aspek silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar
komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Hal tersebut menunjukan bahwa aspek
ini sudah terpenuhi. Silabus yang dirancang dengan sistematis menjadikan materi
yang akan disampaikan dapat diajarkan kepada siswa dengan runtut. Dalam
penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per-semester.
Implementasi pemelajaran per-semester menggunakan penggalan silabus sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan kurikulum yang ada.
Dalam merumuskan silabus harus dibuat dengan runtut dan terdiri dari beberapa
komponen dan harus disusun secara sistematis. Komponen yang terdapat dalam
silabus meliputi: Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi
Inti (KI), Hasil belajar, indicator hasil belajar, meteri pokok, kegiatan
pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, sarana dan sumber belajar. Pelaksanaan
strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menuntut guru untuk bisa
menjabarkan rencana pembelajaran secara sistematis dengan target lebih konkret,
serta didukung pula dengan penggunaan metode dan media yang tepat.
4) Aspek Konsisten
pada
aspek ini, di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada
hubungan yang ajek (tetap) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Pada aspek ini konsitensinya telah
terpenuhi, ini menandakan adanya hubungan yang terus-menerus dan saling
berkesinambungan antara komponen-komponen tersebut. Konsistensi sangat
diperlukan karena menghidari perubahan-perubahan yang menyebabkan pembelajaran
tidak dapat terlaksana dengan maksimal dan akan membuat guru kebingungan ketika
menyampaikan materi ajar dan siswa pun akan dibuat kebingunan karena ketidak
konsistensinan antara komponen-komponen yang ada pada meteri pembelajaran yang
digunakan.
5) Aspek Memadai
artinya
cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar. Pada aspek ini dirasa belum
terpenuhi dengan maksimal. Pada pengalaman belajar cenderung terabaikan karena
kebanyakan siswa meneyepelekan pengalaman yang diterima saat mempelajari
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa sangat
lemah terhadap pelajarn ini dan ditambah lagi kurang didukung dan ditunjang
oleh metode-metode yang kreatif dan kooperatif. Siswa sering kali megabaikan
pengalaman yang didapat selama proses belajar suatu materi pembelajaran yang
dianggapnya membosankan. Sehingga pada aspek ini hanya sekedar cukup.
6) Aspek Aktual Dan Kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian kurang
memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan
nyata dengan peristiwa yang terjadi. Sering kali saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam guru
jarang menggunakan teknologi yang ada dan lebih terpaku pada metode ceramah
saja, seharusnya guru lebih inovatif dan mau menggunakan beeragam media gunan
menunjang proses belajar mengajar dan juga membuat siswa lebih tertarik
terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Banyak sekali para pengajar yang
mengampu pelejaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kurang memeperhatikan
pengembangan ilmu yang ada sehingga materi disampaikan kurang interaktif dan membuat
siswa mudah jenuh atau bosan. Kebanyakan guru mata pelajaran Sejarah kebudayaan
Islam (SKI) tidak pernah mengkaitkan pelajaran yang ada dengan kehidupan
sehari-hari yang terjadi disekitar, padahal bila hal itu dilakukan bisa
menambah kecepatan pemahaman siswa dan kekuatan ingatan siswa dalam menyerap
materi pembelajaran.
7) Aspek Fleksibel
Komponen
silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat.
Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan
aktualisasi pada kehidupan sekarang. Pada aspek ini masih dirasa kurang, hal ini menandakan
kurang diperhatiakannya penerapan-penerapan aspek fleksibel terhadap
perkembangan zaman. Materi pembelajaran seharusnya ada aktualisi yang tercermin
pada kehidupan sekarang dan fleksibel terhadap perkembangan zaman. Namun,
kebanyakan materi dan cara mengajar yang diterapkan pada pelajarn Sejarah
kebudayaan Islam (SKI) cenderung kaku terhadap perubahan zaman dan monoton,
padahal nilai-nilai yang penting terdapat dalam pelajaran SKI karena membahas
sejarah umat Islam. Mengapa hal ini dapat terabaiakan? Mungkin, hal ini
disebabkan aspek fleksibelitas tidak terpenuhi dengan baik sehingga yang
didapati saat ini pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi pelajaran
yang dihindari oleh siswa. Guru Sejarah Kebudayaan Islam harus
peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaruan, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang, serta dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat dan zaman. Guru sebagai pendidik yang profesional
hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, sehingga apa yang disampaikan pada
siswa selalu berkena dihati siswa dan bersifat up to date. Sekalipun hanya
membelajarkan sejarah akan tetapi dengan melihat perubahan berupa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi guru dan siswa dapat memberikan perbandingan.
Dengan demikian pembelajaran sejarah tidak hanya mencakup aspek politik saja,
tapi juga aspek sosial, budaya, pendidikan serta ekonomi masuk di dalamnya.
8)
Aspek
Menyeluruh
Dalam silabus dan
pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya menunjukkan
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam
taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan kognitif lebih banyak
ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif (yang terdiri dari penerimaan, respons,
menghargai, mengorganisasi, dan pola hidup) dan tujuan psikomotorik (yang
terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) belum
terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena saat menyampaikan materi lebih sering
menggunakan metode ceramah dan ini berakibat pada ranah kompetensi (kognitif,
afektif, dan pskomotorik) pada siswa tidak meningkat karena siswa cenderung
pasif dan mungkin hanya beberapa siswa yang mampu mengembangkan ranah
kognitifnya bila siswa tersebut memperhatikan pelajaran dengan seksama. Padahal
dalam Buku Sejarah Kebudayaan
Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 materi dan lembar kerja atau
lembar latihan siswa sudah dibuat sedemikian rupa yang meliputi lembar mari
berdiskusi, latihan menalar dan menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada
lembar mari bercerita, terdapat pula lembar mari merenung sejenak yang
dimaksudkan agar siswa mampu mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang
terdapat dalam materi pelajaran, terdapat pula lembar mari merefleksikan diri,
yang artinya siswa dituntut mampu mengambil ibrah dan juga mampu menerapkanya
pada kehidupan sehari-hari. Dan terdapat lembar mari berlatih yang
bertujuan untuk mengasah pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan. Namun hal itu
tidak tidak pernah terrealisasikan karena beberapa faktor, yaitu minimnya waktu
pelajaran dan guru yang kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran karena
hanya sekedar menyampaikan materi dengan metode ceramah dan dongeng saja. Pada
ranah kognitif sendiri memiliki enam tingkatan yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan tingkat
evaluasi. Melihat banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua
diterapkan dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada umumnya. Jika melihat pada pelaksanaannya, maka sebenarnya
ranah kognitif
yang paling dominan dikembangkan adalah pada tingkatan pengetahuan dan pemahaman.
Sedangkan untuk tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
kelas X juga cenderung kurang memperhatikan aspek afektif siswa, Kawasan afektif mencakup beberapa tingkatan yaitu
tingkatan menerima, menilai, organisasi, dan tingkat karakteristik.
Sedangkan ranah psikomotorik mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi,
komunikasi dan kemampuan berbicara hal ini karena materi yang ada
kurang mendukung untuk perkembangan ranah afektif siswa. Untuk ranah
afektif tidak secara penuh dimasukkan dalam rumusan tujuan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian
afektif siswa melalui pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran. Begitu
juga untuk ranah psikomotorik tidak terinci secara jelas dalam rumusan tujuan
pembelajaran. Padahal dalam materi pelajaran ada
beberapa indikator yang seperti siswa diperintahkan mampu menerapkan
sifat-sifat baik (terpuji) yang telah dicontohkon oleh Rasulullah SAW, siswa
harus memiliki akhalak mulia yang harus tercermin pada perilakunya. Sering kali
ranah psikomotorik siswa terabaikan pada pelajaran SKI. Siswa hanya pasif
mendengarkan materi yang disampaikan saja, sehingga psikomotorik siswa tidak
terasah dengan baik. Ranah psikomotorik yang dikembangkan
dalam rumusan tujuan pembelajaran adalah tingkatan
praktek. Namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian-penilaian
lain misalnya komunikasi, hanya saja kesemuanya tidak dirinci dalam
tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MA masih merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk umum
belum begitu mendalam atau rinci. Namun seharusnya akan lebih baik jika dalam
tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dirinci dengan jelas mengenai ketiga
ranah tersebut. Karena hal itu akan memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap
siswa, meski hal ini membutuhkan kejelian serta keuletan tersendiri dari guru
Sejarah Kebudayaan Islam. Materi SKI
sebaiknya dibuat dengan baik dan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa dengan menerapkan beberapa materi ajar yang membuat siswa
aktif, siswa dapat melaksanakan apa yang terkandung dalam materi. Hal-hal ini
seharusnya dapat menjadi bahan koreksi ketika membuat materi pelajaran yang
baik dan perlu juga ditunjang dengan metode-metode pembelajaran yang sesuai dan
tidak monoton.
9)
Aspek
Efektif
Komponen-komponen silabus cukup
menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses
pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum
menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat
penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran
yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai
hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu
penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan. Proses
pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru
profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah
guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta
memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai
pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan
bahwa pembelajaran
yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai
elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam
melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan
harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.
10) Aspek Efisien
Efisiensi waktu dirasa masih sangat kurang. Daya dan
waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar
kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan
bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru. Sedangkan
dalam proses pembelajaran penguasaan dan pengembangan materi lebih
dititik beratkan pada kemampuan dan kreativitas oleh seorang guru. Problematika
penguasaan dan pengembangan materi disebabkan kurangnya atau terbatasnya
alokasi waktu yang disediakan untuk materi Sejarah Kebudayaan Islam, sementara
materi yang disampaikan terlalu banyak. Dari penjelasan
di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan
pembelajaran sangat kompleks. Untuk itu
strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya membantu siswa
menyelesaikan materi secara efisien dengan waktu yang
terbatas.
Demikian uraian analisis dari silabus dan materi dari
mata pelajaran SKI kelas X di Madrasah Aliyah yang telah ditampilkan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar