Selasa, 21 Juni 2016

MAKALAH TELAAH SKI INDIVIDU (ENDAH FARIDHOTUL FIKRIYAH)

TUGAS INDIVIDU
TELAAH MATERI SKI MA KELAS X
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Telaah Materi PAI III”
Dosen Pengampu : Drs. ABDURROZAQ ASSOWY.
 
Disusun oleh :
ENDAH FARIDHOTUL FIKRIYAH                  : (141310003140)
PAI A2 (SEMESTER 4)


UNIVERSITAS NAHDLOTUL ULAMA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JL. TAMAN SISWA (PEKENG) TAHUNAN JEPARA 59427
TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia dan nikmat-Nya, sehingga tugas mata kuliah “Telaah Materi PAI III” yang membahas tentang “Telaah Materi Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas X” dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa sholawat beserta salam, kami haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, karena syafa’atnya yang senantiasa kita nantikan kelak di akhirat.
Kami juga mengucapkan baanyaak terima kasih atas bantuan dari rekan-rekan yang telah  berkontribusi memberikan sumbangan kritik dan pikirannya, hingga pada akhirnya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya lapoaran ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Āmīn...
Jepara, 29 Mei 2016

Penyusun





DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 3
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II (PEMBAHASAN)
A.    Deskripsi Kurikulum.................................................................................... 4
B.     Ruang Lingkup.......................................................................................... 37
C.     Analisis Komprehensif Sejarah Kebudayaan Islam................................... 38
BAB III (PENUTUP)
A.    SIMPULAN.............................................................................................. 51
B.     SARAN..................................................................................................... 53
C.     REFERENSI............................................................................................. 54




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang peradaban sebelum Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Madinah, sejarah perkembangan Islam masa Khulafaur Rosyidin, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin.
Yang kami bahas di sini adalah mulai dari tentang peradaban sebelum Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk  mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Kita sebagai mahasiswa yang menekuni bidang PAI harus dapat menyiapkan segala sesuatu mengenai proses kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi mahasiswa yang berkompeten di bidangnya dalam garis besar sebagai seorang guru. Yang harus diperhatikan sebelum melakukan proses tersebut adalah menelaah materi yang akan diajarkan, apakah itu sudah sesuai dengan kurikulum, peserta didik maupun pengajar. Tidak hanya dengan menelaah materinya saja, tapi juga menelaah kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang akan kita ajarkan kepada peserta didik.
Semuanya itu dilakukan agar kegiatan belajar mengajar yang kita lakukan dapat terlaksana dengan maksimal dan optimal.Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang diajarkan di MA dan SMA. Dimana materi ini sangat peting untuk diberikan kepada peserta didik agar


mereka memiliki wawasan dan pengetahuan tentang sejarah-sejarah Islam dari zaman Nabi-nabi terdahulu sampai sekarang, kemudian dari sejarah tersebut, peserta didik diharapkan dapat mengambil ibrah dari sejarah terdahulu yang diaktualisasikan pada era moderen ini, selain itu mata pelajaran ini juga mendorong manusia untuk lebih menghargai perjuangan para orang-orang terdahulu yang dengan gigih membela, memperjuangkan dan menyebarkan agama Islam sehingga saat ini kita dapat merasakan hasilnya.
Rasulullah merupakan sosok nabi yang sangat dijadikan suri tauladan pada mata pelajaran SKI ini, dari ucapan, tingkah laku sampe diamnya beliau menjadi pelajaran yang harus kita anut sebab beliau merupakan contoh nyata manusia yang memiliki ahlak, perilaku, sifat-sifat dan budi pekerti
yang sangat luhur. Oleh karena itu kahadiran materi SKI ini menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan materi SKI siswa diajak untu menelusuri kembali fakta sejarah peradaban yang berkembang pada masa lalu untuk kemudian mengembangkan poin-poin positif yang masih relevan dengan masa sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian, diharapkan kebangkitan dunia Islam dapat terwujud dan menjadi kenyataan.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana deskripsi tentang kurikulum?
2.      Seperti apa ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah?
3.      Bagaimana analisis silabus pelajarn SKI di Madrasah Aliyah kelas X?
4.      Apa probelmatika silabus SKI di Madrasah Aliyah kelas X?
5.      Bagaimana alternatif penyelesaian masalah pelajaran SKI di Madrasah Aliyah kelas X?

C.    Tujuan Penulisann
1.      Dapat mengetahui deskripsi tentang kurikulum.
2.      Mengetahui  ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah.
3.      Dapat  menganalisis silabus pelajarn SKI di Madrasah Aliyah kelas X.
4.      mengetahui probelmatika silabus SKI di Madrasah Aliyah kelas X.
5.      dapat menemukan alternatif penyelesaian masalah pelajaran SKI di Madrasah Aliyah kelas X.















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Diskripsi Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi sebagai pedoman dan alat dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan. adapun fungsi lain dari kurikulum, yaitu sebagai berikut :
1)      Kurikulum berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan.
2)      Kurikulum sebagai batasan dari program kegiatan pada tingkatan pendidikan.
3)      Kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
Berdasarkan penjelasan fungsi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen dari pendidikan yang memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi pelaksanaan dan penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan ini, kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam pencapaian tujuan dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan menyusun kurikulum, guru diharapkan agar cermat dan teliti. Karena, sebuah kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang saling terkait erat satu sama lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas dan orientasi tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami menganggap bahwa penulisan mengenai Telaah Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam ini sangat penting untuk


dibahas, karena mengingat peranan dan fungsinya yang cukup penting dalam pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Kebudayaan Islam ialah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah, SKI ini merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidu­pannya yang dilandasi oleh akidah.
Mata pelajaran SKI Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah memiliki karakteristik tersendiri, aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh Islam berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
1.        Identitas Materi
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Rasulullah SAW hingga perkembang peradaban Islam pada masa Khulafaur Rosyidin dan seterusnya.
2.      Standar Kompetensi/Kompetensi Inti
§  Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
§  Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsive dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai baagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
§  Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawassan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik ssesuai dengan bakat dan minat untuk memecahkan masalah.
§  Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
3.      Kompetensi Dasar
§  Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
§  Menghayati pola kepemimpinan Khulafaur Rasyidin sebagai implementasi dari kewajiban berdakwah.
§  Menyadari pentingnya perilaku istiqamah dari perjuangan Khulafaur Rasyidin sebagai implementasi akhlaqul karimah.
§  Mengambil ibrah dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin ketika menjadi pemimpin negara.
§  Memiliki sikap semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah untuk masa sekarang dan akan datang.
§  Mendeskripsikan proses pemilihan Khulafaurrasyidin.
§  Menceritakan sikap bersungguh-sungguh Khalifah Ali bin Abi Talib dalam mengkaji ilmu.
4.      INDIKATOR
§  Menjelaskan Biografi Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
§  Menjelaskan proses pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
5.      TUJUAN PEMBELAJARAN
a.       Setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi, menganalisis dan mengkomunikasikan peserta didik diharapkan dapat memahami proses pemilihan Khulafaurrasyidin.
6.      Materi Pokok
6.1      Materi Fakta
 
Kalimat Tauhid
Ilustrasi Khulafarurrasyidin
6.2      Materi Konsep
a.       Biografi Abu Bakar As-Shidiq
b.      Terpilihnya Khalifah Abu Bakar As-Shidiq
c.       Biografi Umar Ibnu Khathab
d.      Proses pengangkatan dan gaya kepemimpinan Umar bin Khatab
e.       Biografi Usman bin Affan
f.       Proses pengangkatan dan gaya kepemimpinan Usman bin Affan
g.      Biografi Ali bin Abi Thalib
h.      Proses Pengangkatan dan gaya kepemimpinan Ali bin Abu Thalib
7.      Proses Pembelajaran
a.      Pendahuluan
1)     Ucapkanlah salam dan pimpin doa bersama.
2)     Periksalah kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat duduk peserta didik disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3)     Bangkitkan semangat peserta didik dengan melakukan kegiatan ringan, seperti senam otak atau bersalawat.
4)     Sampaikan tujuan pembelajaran yang akan dibahas.
5)     Ajukan pertanyaan secara komunikatif materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi proses pemilihan Khulafaurrasyidin.
6)     Gunakan alternatif media/alat peraga/alat bantu, dapat berupa tulisan manual di papan tulis, kertas karton (tulisan yang besar dan mudah dilihat/dibaca), atau dapat juga menggunakan multimedia berbasis ICT atau media lainnya.
7)     Gunakan metode diskusi dalam bentuk the educational-diagnosis meeting. Artinya, peserta didik berbincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran/ materi yang diterimanya agar masing-masing memperoleh pemahaman yang benar yang dikolaborasi dengan metode demontrasi.
b.      Pelaksanaan
Ø  Eksplorasi
1)      Mintalah peserta didik untuk mengamati gambar yang ada dalam materi fakta (lihat rubrik A. Mari Mengamati!)
2)      Ajaklah peserta didik menuliskan hasil pengamatannya dalam kotak jawaban yang tersedia (lihat rubrik B.Mari Bertanya!).
3)      Mintalah peserta didik mengemukakan isi gambar tersebut.
4)      Berikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukakan peserta didik tentang isi gambar tersebut.
5)      Ajaklah peserta didik menyimak penjelasan guru atau mencermati peta konsep materi proses pemilihan Khulafaurrasyidin secara klasikal atau individual.
Ø  Elaborasi
1)      Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok dan diberikan tugas untuk berdiskusi sesuai dengan nama 4 Khulafaurrasyidin yang telah ditentukan.
2)      Peserta didik secara bergantian menyampaikan hasil diskusi, sedangkan kelompok lainnya memperhatikan/menyimak dan memberikan tanggapan.
3)      Berikan penjelasan tambahan dan penguatan yang dikemukakan peserta didik tentang materi tersebut.
Ø  Konfirmasi
1)      Ajaklah peserta didik untuk menghubungkan dan menalar materi ajar dengan keadaan sekarang. (lihat rubrik E. Mari Menghubungkan Dan Menalar!)
2)      Mintalah peserta didik menyampaikan sebuah cerita yang sesuai materi yang terdapat dalam buku Ajar. (lihat rubrik F. Mari Bercerita!)
3)      Guru mengajak peserta didik merenungkan materi yang telah dipelajari. (lihat G. Mari Merenung Sejenak!)
4)      Guru mengajak peserta didik untuk merefleksi diri. (lihat rubrik H. Mari Merefeksi Diri!)
c.       Penutup
1)      Ajaklah peserta didik untuk menggali ibrah/ pembelajaran tentang materi biografi Khulafaurrasyidin dan proses pemilihan Khulafaurrasyidin.(Lihat rubrik J. Mari Mengambil Ibrah!)
2)      Ajaklah peserta didik untuk merencanakan sebuah aksi di rumah (lihat rubrik I.Rencanakan Aksimu!)
8.      Penilaian
Guru melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan sebagai berikut:
a.       Penilaian kognitif
Pada rubrik “K. Mari Uji Kompetensimu!”, maka guru:
1)      Bimbinglah peserta didik untuk mengerjakan latihan soal uraian/analisis.
2)      Berikan tugas tambahan kepada peserta didik dengan latihan soal pilihan ganda.
6.3                Materi Inti
Khalifah adalah jabatan tertinggi dalam kepemimpinan Islam pacsa Rasulullah Saw. wafat. Mereka dipilih oleh umat Islam melalui musyawarah. Seorang khalifah wajib menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian, tugas utama mereka dalam hal keagamaan adalah memimpin shalat jum’at di masjid Nabawi dan menyampaikan khutbah jum’at.
Tugas seorang khalifah selain sebagai kepala Negara, dia juga menjabat sebagai panglima pasukan Islam yang memiliki kewenangan luas dalam hal pemerintahan. Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad Saw. sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat sahabat terdekatnya secara berurutan. Termasuk dalam tugas tersebut adalah mengurus masalah keagamaan umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang mendapat petunjuk. Keempat khalifah tersebut adalah Abu Bakar As-Shiddiq (memerintah 632 – 834 M), Umar bin Khatab (634-644M), Usman bin Affan (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
BAB 4
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN
       I.       Abu Bakar As-Shiddiq
1.        Biografi Abu Bakar As-Shiddiq
Nama asli beliau adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar. Nama ini diberikan karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar sering kali dipanggil Atiq atau yang tampan, karena ketampanan wajahnya. Sementara Nabi memberikan Abu Bakar gelar As-Shidiq , dikarenakan dia membenarkan kisah Isra’ Mi’raj nabi ketika banyak penduduk Mekkah mengingkarinya. Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa lama setelah Nabi Muhammad lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat dengan Nabi. Persahabatan keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun sesudah Islam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah. Biarpun hidup pada zaman jahiliyah, berbagai kebaikan telah melekat pada Abu Bakar sejak kecil. Lembut dalam bertutur kata, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya. Ia juga perasa dan sangat mudah tersentuh hatinya. Selain itu Abu Bakar dikenal cerdas dan berwasan luas.
Abu Bakar adalah seorang sahabat Nabi yang terkenal akan kedermawanannya. Demi membela kaum muslimin yang tertindas di Mekkah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan hartanya. Salah satu kisah terkenal yang menggambarkan kedermawanannya tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tan gan majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf. Lewat perantara Abu Bakar, Allah memberi pertolongan kepada hambaNya yang teguh imannya. Melalui perantara Abu Bakar pula banyak penduduk Mekkah yang menyatakan diri masuk Islam, seperti Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam dan Ubaidillah bin Jarrah adalah beberapa sahabat yang masuk Islam atas ajakan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun. Setelah masuk Islam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela nabi yang paling kukuh, baik ketika di Mekkah maupun di Madinah. Abu Bakar yang menemani nabi melakukan hijrah ke Yatsrib (Madinah). Setelah tiba di Madinah, Abu Bakar tinggal di Sunh, daerah di pinggiran kota Madinah. di kota tersebut, Abu Bakar dipersaudarakan dengan seorang dari suku Khazraj yang bernama Kharijah bin Zaid dari Bani Haritsah. Di rumah Kharijah tersebut Abu Bakar tingal. Hubungan kedua orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah bernama Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari pedagang kain menjadi petani.
2.        Proses terpilihnya Khalifah Abu Bakar As Shiddiq
Setelah Rasulullah Saw. wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya Rasul tersebut menjadikan umat Islam dalam kebingunan. Hal ini karena Mereka sama sekali tidak siap kehilangan beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai. Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshar yang berkumpul di tempat Saqifah Bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshar di Saqifah Bani Sa’idah tersebut dipimpin seorang sahabat yang sangat dekat Rasulullah Saw., ia adalah Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka Suku Khazraj.
Pada waktu Saad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan Ansharlah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Qusaisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para sahabat dari golongan Anshar. Pada saat beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat muhajirin yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshar tersebut, mereka segera menuju ke Saqifah Bani Sa’idah. Dan pada saat orang-orang Muhajirin datang di Saqifah Bani Sa’idah , kaum Anshar nyaris bersepakat untuk untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut para tokoh Muhajirin juga datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun, kaum Muhajirin yang diwakili abu Bakar menolaknya dengan tegas membaiat Saad bin Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar bahwa jabatan khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin.
Alasan Abu Bakar adalah merekalah yang lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di Mekkah. Dengan usulan Abu Bakar ra. golongan Anshar tidak dapat membantah usulannya.
Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Mekkah mengajak masuk Islam, bukankah di antara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari sisi kualitas tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik dan yang pantas menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi khalifah untuk memimpin kaum muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang Muhajirin di sampingnya yang dikenal sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu di antara keduannya untuk menjadi khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya. dan keduanya justru balik menunjuk dan memilih Abu Bakar. Secara cepat dan tegas Umar mengayungkan tanganya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar Kecuali Saad bin Ubadah. Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“Saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantu lah saya. Kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya.”
Demikianlah, proses terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah Saw. Lain Abu Bakar lain pula Umar bin Khatab. Pada Saat Khalifah Abu Bakar merasa dekat dengan ajalnya, Ia menunjuk Umar Bin Khatab untuk menggantinya, namun sebelum menyampaikan ide dan gagasannya untuk menunjuk Umar, Abu Bakar memanggil beberapa sahabat terkemuka seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Afan, Asid bin Hudhair al-Anshari, Said bin Ziad dan Sahabat lain dari golongan muhajirin dan anshar untuk dimintai penilaian dan pertimbangan dan akhirnya mereka menyetujui.
Setelah Umar bin Khatab meninggal, Khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan. Pada waktu Umar hendak mengimami shalat shubuh, tiba-tiba diserang oleh Lu’lu’ah Fairuz dan berhasil menikam perut Umar Bin Khatab namun tidak langsung meninggal. Pada saat-saat tersebut, Proses pemilihan terjadi paskah tragedi Shubuh, Umar membentuk Dewan yang beranggota enam orang sahabat yaitu Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saat bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi Thalib dan dalam sidang yang alot dan waktu yang panjang akhirnya Utsman yang berusia 70 tahun terpilih untuk mengganti Umar Bin Khatab. Setelah Utsman meninggal dalam sebuah kerusuhan tanggal 17 Juni 656 M. terjadilah kekosongan kekuasaan, Ali bin Abi Thalib diusulkan oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah untuk mengganti Utsman, dan pada awalnya Ali menolak, namun setelah banyaknya dukungan yang mengalir dan atas desakan banyak sahabat akhirnya Ali menerima dan dibaiat menjadi Khalifah di Masjid Nabawi tanggal 24 Juni 656 M.
    II.       Umar bin Khattab
1.    Biografi Umar bin Khattab
Umar ibnu Khatab putera dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah satu kabilah suku Quraisy. Tidak ada yang tahu pasti kapan Umar ibnu Khatab dilahirkan. Ia dibesarkan layaknya anak-anak lainnya. Memasuki usia remaja, Umar menggembalakan unta ayahnya, Khatab bin Nufail, di pinggiran kota Me kkah. Selain bergulat, berkuda merupakan keahlian Umar lainnya.. Secara fisik, tubuh Umar kekar, kulitnya putih kemerah-merahan dan kumisnya lebat. Seperti pemuda pada masa Jahiliyah lainnya, Umar akrab dengan minuman keras dan perempuan. Selain itu, Umar sangat gigih dalam membela agama nenek moyangnya. Tak akan ia biarkan orang, siapa pun dia, mengusik agama nenek moyangnya. Maka ketika Rasulullah mulai mendakwahkan Islam, Umar merupakan seorang yang sangat getol memusuhi Rasulullah. Pada waktu masa awal dakwah Islam di Mekkah, bersama Abu Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), Umar merupakan tokoh Quraisy yang sangat ditakuti oleh kaum muslimin , karena kekejaman dan permusuhannya terhadap Islam. Umar pernah menghajar seorang budak perempuan karena budak tersebut memeluk Islam. Ia menghajar sampai capek dan bosan sendiri karena terlalu banyak memukul. Sang budak akhirnya dibeli oleh Abu Bakar dan dibebaskan.
Karena begitu berbahanya kedua orang tersebut (Umar bin Khatab dan Abul Hakam bin Hisyam) itu, sehingga Rasulullah pernah berdoa kepada Allah agar salah satu dari keduanya masuk Islam. ”Allahumma ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khatab” demikian doa Nabi. Doa Nabi terkabul dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam. Keislaman Umar terbukti membawa kemajuan pesat bagi Islam . Kaum muslimin menjadi berani terang-terangan melakukan salat dan thawaf. Umar juga tidak takut menantang paman sendiri, Abu Jahal, seorang paling membenci Islam. Ia menemui Abu Jahal dan terang-terangan mengaku telah memeluk agama Islam. Karena ketegasannya itu, Umar mendapat julukan ”Al Faruq” yang artinya pembeda antara yang baik dan buruk.
Ketika Nabi memutuskan untuk hijrah ke Yastrib, Umar bersma kaum Muhajirin lainnya berangkat mendahului Rasulullah dan abu Bakar. Di kota Madinah, Umar dipersaudarakan dengan Utban bin Malik. Seperti Abu Bakar, Umar juga ikut menggarap tanah subur Madinah untuk ditanami berbagai macam tanaman. Karena sifatnya yang tegas, tak jarang Umar mendebat Rasulullah, seperti dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sebab, ia merasa perjanjian tersebut merugikan kaum muslimin. Namun di balik badannya yang kekar dan kuat serta wataknya yang keras dan tegas, Umar menyimpan sifat lembut dan perasa. Hatinya mudah tersentuh sampai menangis terharu. Tak jarang para sahabat menyaksikan Umar menangis setelah shalat karena teringat dosa-dosanya pada masa Jahiliyah.
2.    Proses pengangkatan dan gaya kepemimpinan Umar bin Khattab
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu bakar berfikir untuk menunjuk satu orang penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang tepat untuk menggantikannya. Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan menjadi penggantinya, Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin Hudhair al-anshari, said bin Zaid, dan para sahabat lain dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Pada umumnya , para sahabat itu memuji dan menyanjung Umar. Setelah semua sepakat mengenai Umar, Khalifah abu Bakar lantas memanggil Usman. Kepada Usman, Abu Bakar mendikte sebuah teks perintah yang menunjuk Umar sebagai pengggantinya, sebagai berikut :
”Bismilllahirrahmanirrahiim”. Ini adalah pernyataan Abu Bakar, khalifah penerus kepemimpinan Muhammad Rasulullah Saw., saat mengakhiri kehidupannya di dunia dan saat memulai kehidupannya di akherat. Dalam keadaan dipercayai oleh orang kafir dan ditakuti oleh orang durhaka, sesungguhnya aku menganggkat Umar bin Khatab sebagai pemimpin kalian. Bahwasanya ia adalah orang baik dan adil, sejauh pengetahuan dan pemnilaian diriku tentangnya. Bilamana dia kemuaidan seorang pendurhaka dan zalim, sungguh aku tidak pernah tahu akan hal yang bersifat gaib. Sungguh aku bermaksud baik dan segala sesuatu bergantung pada apa yang dilakukan . Dan orang yang zalim kelak akan mengetahui tempat mereka kembali”.
Maka demikiannlah, kaum muslimin pada tahun 634 M (13 H) membaiat Umar sebagai khalifah. Setelah dibaiat, Umar naik ke mimbar dan berpidato : Kalau bukan karena harapanku untuk menjadi yang terbaik di antara kamu, yang terkuat atas kamu, dan yang paling sadar akan apa yang “Wahai manusia, aku telah ditetapkan berkuasa atas kamu. Namun penting dalam menangani urusanmu, aku tidak akan menerima amanat darimu. Cukuplah suka dan duka bagi Umar menunggu perhitungan untuk memberikan pertanggung jawaban mengenai zakatmu, bagaimana aku menariknya darimu dan bagaimana akau menyalurkannya dan caraku memerintah kamu, bagaimana aku harus memerintah. Hanya Tuhanku yang menjadi penolongku, karena Umar tidak akan dapat menyandarkan pada kekuasaan ataupun strategi yang cerdas, kecuali jika Tuhan mempercepat rahmat, pertolongan dan dukungan kepada orang yang didukungnya”.
 III.       Usman bin Affan
1.    Biografi Usman bin Affan
Usman bin Affan enam tahun lebih muda dari pada Nabi. Kabilahnya Bani Umayyah, merupakan kabilah Quraisy yang dihormati karena kekayaannya. Kekayaan tersebut mereka peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga kaya raya. Pada usia remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya ke berbagai negeri. Abu Bakar, salah satu sahabat nabi dan sebagai teman dagang. Lewat Abu Bakar inilah Usman masuk Islam. Akhirnya Usman menerima ajakan Rasulullah memeluk Islam tanpa ragu.Tidak berapa lama, Usman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah Saw.. Keimanannya tak pernah goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang pamannya dari Bani Umayyah untuk meninggalkan Islam dan kembali ke pangkuan agama nenek moyang. Selain sifatnya lemah lembut dan tutur katanya halus, Usman seorang laki-laki pemalu. Suatu ketika, Rasulullah bersabda: “Hai umatku yang paling malu adalah Usman bin Affan”. Karena kelembutannya banyak orang mencintai Usman. Karena pemalu, Usman disegani dan dihormati banyak orang.
Gambaran terkenal mengenai Usman adalah kedermawanannya, sehingga orang akan mengatakan boros. Yang jelas, dia selalu siap mendermawankan hartanya yang melimpah sama sekali tidak menjadikan Usman kikir. Ia pernah menyumbangkan 300 ekor unta dan uang 1000 dinar ketika Nabi menyeru kaum muslimin untuk melakukan ekspedisi ke Tabuk menghadapi tentara Byzantium.
Sejak masuk Islam , Usman tidak bisa dipisahkan dari perjuangan menegakkan agama Islam. Karena mendapatkan permusuhan yang sengit dari penduduk Mekkah, Rasulullah menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Bersama istrinya, Usman melakukan hijrah ke Habsyi. Di hadapan Rasulullah Usman mempunyai kedudukan mulia. Nabi sangat mengagumi ketampanan Usman. dan kemuliaan budi pekertinya. Karena itulah setelah Ruqayah wafat, Nabi menikahkan Usman dengan Ummu Kulsum salah satu putri Rasulullah. Pernikahannya dengan dua putri Nabi inilah yang menjadikan Usman dijuluki Dzun Nurain yang artinya pemilik dua cahaya. Sayangnya pernikahan dengan Umu Kulsum juga tidak terlalu lama karena Ummu kulsum meninggal terlebih dahulu. Bagitu sayangnya Nabi kepada Usman maka Nabi pernah berkata, “Seandainya aku punya putri yang lain lagi, pasti akan aku nikahkan juga dengan Usman”.
Kedudukan Usman yang begitu mulia di sisi Nabi membuatnya sangat dihormati oleh kaum muslimin. Pada masa Abu Bakar dan Umar, pendapat Usman senantiasa didengarkan dan diperhatikan. Tidaklah mengherankan jika Umar bin Khatab menunjuknya sebagai salah satu anggota Dewan syura. Lewat Dewan Syura itu pula Usman diangkat sebagai khalifah ketiga.
2.    Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Usman bin Affan
Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang budak dari Persia milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu Lu’lu’ah Fairuz. Setelah penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari . Dalam keadaan sakit, ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yaitu antara lain Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan. Dewan inilah yang dikenal dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota Dewan Syura adalah para sahabat Nabi paling terkemuka yang masih hidup hingga saat itu.
Mereka semua harus bersidang untuk menentukan siapa di antara mereka yang menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah. Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk menentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang. sidang berjalan alot sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa hanyalah Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika dibaiat, usia Usman bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin Abu Thalib sebagian karena pertimbangan usia. Setelah dibaiat, Usman berkhutbah di depan kaum muslimin :
“Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput. Sungguh ajal tidak pernah sungkan datang sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam. ingatlah sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya . Jangan kalian terpedaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian”.
Sebelum menjadi khalifah, Usman adalah seorang dermawan. Ketika menjadi khalifah, kedermawanan Usman tidak lantas berkurang. Ia tetap menjadi dermawan seperti sebelum menjadi khalifah, bahkan menjadi lebih dermawan. Dia menaikkan tunjangan untuk kaum muslimin demi kesejahteraan mereka. Harta kekayaan berupa jizyah dan harta rampasan perang yang didapat dari daerah taklukan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin.
Selain dermawan, Usman juga seorang yang lemah lembut. Meskipun demikian, khalifah Usman juga seorang yang teguh hati. Misalnya, dia segera mengirimkan pasukan untuk mengamankan wilayah-wilayah yang memberontak terhadap kekuasaan Islam. Kelemahan Usman adalah terlalu mengutamakan keluarganya dari bani Umayyah. Misalnya, ia mengangkat beberapa orang dari Bani Umayyah menjadi gubernur di beberapa wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan dermawan sering dimanfaatkan oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuntungan. Ia kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.
VI.        Ali Bin Abi Thalib
1.    Biografi Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abu Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah sekitar tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan Fatimah binti Asad. Ketika lahir ibunya memberi nama haidar yang artinya singah. Namun sang ayah lebih suka menamainya Ali artinya tinggi dan luhur. Abu Thalib adalah kakak Abdullah ayah Nabi Muhammad. Jadi Ali dan Muhammad adalah saudara sepupu.
Sejak kecil Ali hidup serumah dengan Muhammad Saw., berada di bawah asuhannya. Nabi tentu saja ingat bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan sepupunya inilah, Ali mendapat cahaya kebenaran yakni Islam. Tanpa ragu sedikit pun ia memutuskan untuk menyatakan beriman kepada Allah dan RasulNya. Keputusan ini dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika umurnya baru 10 tahun. Secara keseluruhan, ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam dan yang pertama dari golongan anak-anak.
Di bawah asuhan Rasulullah Saw., Ali tumbuh berkembang. Segala kebaikan perilaku diajarkan oleh Nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi pemuda cerdas, pemberani, tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah. Kecerdasannya sangat menonjol. Ia merupakan sahabat Nabi yang paling faham tentang Al-Qur’an dan Sunnah, karena merupakan salah satu sahabat terdekat Nabi. Ia menerima langsung pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah dari Rasulullah Saw.. Setelah hijrah ke Madinah, Ali bekerja sebagai petani, seperti Abu Bakar dan Umar. Dua tahun setelah hijrah, Ali menikah dengan Fatimah az Zahra, putri kesayangan Rasulullah Saw.. Dari pasangan inilah lahir dua cucu Rasulullah Saw. yang bernama Hasan dan Husain.
Dari Madinah, bersama Nabi dan kaum muslimin lainnya berjuang bersama-sama. Ali hampir tidak pernah absen di dalam mengikuti peperangan bersama rasulullah, seperti perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar dan pembebasan kota Mekkah. Pada ekspedisi ke Tabuk, Ali tidak ikut dalam barisan perang kaum muslimin atas perintah Nabi. Ali diperintahkan tingal di Madinah menggantikannya mengurus keperluan warga kota. Kaum munafik menebarkan fitnah dengan mengatakan bahwa Nabi memberi tugas itu untuk membebaskan Ali dari kewajiban perang. Mendengar hal tersebut, Ali merasa sedih, dengan pakaian perang lengkap, ia menyusul Rasulullah Saw. dan meminta izin bergabung dengan pasukan. Namun Nabi Saw. bersabda : “Mereka berdusta. Aku memintamu tinggal untuk menjaga yang kutinggalkan. Maka kembalilah dan lindungilah keluarga dan harta benrdaku. Tidakkah engkau bahagia, wahai Ali, bahwa engkau di sisiku seperti Harun di sisi Musa. Ingatlah bahwa sesudahku tidak ada Nabi.” Dengan patuh Ali kembali ke Madinah.
Sepeninggal Nabi Saw., Ali menjadi tempat para sahabat meminta pendapat. Begitu terhormat posisi Ali di mata umat Islam. Bahkan Abu Bakar, Umar dan Usman ketika menjabat sebagai khalifah tidak pernah mengabaikan nasehat-nasehat Ali. Meskipun tegas dankeras dalam setiap pertempuran, namun Ali memiliki sifat penyayang yang luar biasa. Ali tak pernah membunuh lawan yang sudah tidak berdaya. Bahkan ia pernah tak jadi membunuh musuhnya dikarenakan sang musuh meludahinya, sehingga membuatnya marah.
Dalam hidup keseharian, Ali hidup dengan bersahaja. Meskipun miskin, Ali tetap gemar bersedekah. Ali tak segan-segan menyedekahkan makanan yang semestinya untuk keluarganya. Bahkan, Ali dan keluarganya tidak makan berhari-hari karena makanan milik mereka diberikan kepada peminta-minta. Melihat berbagai keutamaannya, tidaklah mengherankan jika Khalifah Abu Bakar sering kali meminta pendapat Ali sebelum mengambil tindakan. Sebenarnya ia bahkan sempat berfikir untuk menunjuk Ali sebagai khalifah penggantinya. Namun karena berbagai pertimbangan, maka Abu Bakar membantalkan niatnya menunjuk Ali sebagai khalifah. Ketika Umar menjabat khalifah, ia juga tak pernah mengabaikan saran-saran Ali. Umar bahkan memasukkan Ali sebagai salah satu calon khalifah sesudahnya. Ketika khalifah Usman memerintah, nasehat-nasehat Ali juga nenjadi bahan pertimbangan sebelum keputusan ditetapkan.
2.    Proses Pengangkatan dan Gaya Kepemimpinan Ali bin Abu Thalib
Pada saat kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Usman, Ali mengutus dua putra lelakinya yang bernama Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Khalifah Usman. Namun hal itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa Khalifah Usman dan juga kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh secara keji pada tanggal 17 Juni 656 M. Beberapa sahabat terkemuka seperti Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa dialah yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum mengambil tindakan apa pun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan sehingga Ali pun ragu-ragu untuk membuat suatu keputusan dan tindakan.
Setelah terus menerus didesak, Ali akhirnya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni 656 M, bertempat di Masjid Nabawi. Hal ini menyebabkan semakin banyak dukungan yang mengalir, sehingga semakin mantap saja ia mengemban jabatan khalifah. Namun sayangnya, ternyata tidak seluruh kaum muslimin membaiat Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Selama masa kepemimpinannya, khalifah Ali sibuk mengurusi mereka yang tidak mau membaiat dirinya tersebut. Sama seperti pendahulunya yaitu Rasulullah, Abu Bakar dan Umar, Usman, khalifah Ali juga hidup sederhana dan zuhud. Ia tidak senang dengan kemewahan hidup. Ia bahkan menentang mereka yang hidup bermewahmewahan.
Ali bin Abu Thalib adalah seorang perwira yang tangkas, cerdas, tegas teguh pendirian dan pemberani. Tak ada yang meragukan keperwiraannya. Berkat keperwiraannya tersebut Ali mendapatkan julukan Asadullah, yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan menggati pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam. Ia juga tidak segan-segan memerangi mereka yang melakukan pemberontakan. Di antara peperangan itu adalah Perang Jamal dan Perang Siffin. Berkat ketegasan dan keteangkasannya, perang Jamal dapat dimenanginya. Namun dalam perang Siffin, Khalifah Ali tertipu oleh muslihat pihak Mu’awiyah. Ali hampir memenangi, namun pihak Muawiyah meminta kepada Ali agar diadakan perjanjian damai yang disebut perjanjian di Daumatul Jandal.
9.      Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a.      Strategi              : Contectual Teaching Learning (CTL)
Keterangan       :
§  Strategi Contectual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan  dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
b.      Model                : Kooperatif
Keterangan       :
§  Model Kooperatif
Model pembelajaran Kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok untuk mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.

c.       Pendekatan       : Analisis dan pendekatan proses
Keterangan       :
§  Pendekatan Analisis dan pendekatan proses
Definisi dari pendekatan adalah proses, perbuatan atau cara untuk mendekati. Sedangkan pendekatan Analisis (Analytical Approach) merupakan pendekatan yang didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi. Pendekatan Proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses.

d.      Metode   :
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Berikut akan kami paparkan  dan dikaji secara detai macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan  efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik. Berikut ini metode yang kami coba terapkan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan harapan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran terseebut dan mengubah pandangan tentang pelajaran SKI yang kaku dan membosankan. Metode tersebut antara lain : Ceramah, pemutaran video,  apresepsi dan diskusi, metode resitrasi (recitation method), metode perancangan (projeck method), metode discovery, metode inquiry, metode belajar cooperative script, metode jigsaw, metode mind mapping dan metode pemberian tugas.

Keterangan:
1)      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya atau peserta didik.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah:
a.       Guru mudah menguasai kelas.
b.      Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
c.       Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d.      Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah:
a.       Membuat siswa pasif
b.      Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c.       Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d.      Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e.       Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f.       Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g.      Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2)      Metode Resitrasi (pemberian tugas)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri dari buku pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a.       Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.      Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a.       Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.      Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c.       Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
d.      Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan orang lain
e.       Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
f.       Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan.
3)      Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini:
a.       Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif,
b.      Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa,
c.       Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
d.      Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
e.       Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probelma yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan. Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Kelebihan dari metode discovery antara lain:
a.       Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.
b.      Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
c.       metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
d.      metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
e.       Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
f.       Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
Kelemahan dari metode discovery antara lain:
a.       Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak atau sulit dipahami sendidri. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
b.      Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
c.       Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional,
d.      Mengajar dengan metode ini mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan,
e.       Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya.
4)      Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Kelebihan dari metode inquiry antara lain:
a.       Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
b.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.       Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.      Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e.       Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.       Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g.      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.        Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Jadi kekurang dari metode ini hampir sama dengan metode discovery.
5)      Metode Belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah:
a.       Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b.      Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c.       Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e.       Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
f.       Kesimpulan guru.
Kelebihan dari metode ini antara lain:
a.       Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
b.      Setiap siswa mendapat peran.
c.       Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan dari metode ini adalah:
a.       Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b.      Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
6)      Metode Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada  model pembelajaran jigsaw  ini keaktifan siswa (student centered)  sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a.       Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
b.      Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c.       Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yang menjadi kelemahan dari metode ini, yaitu :
a.       Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusiSiswa
b.      yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c.       Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d.      Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
7)      Metode Mind Mapping
Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Kelebihan dari metode mind mapping antara lain:
a.       Cara ini cepat
b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.      Tidak sepenuhnya murid belajar
c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
8)      Metode Keteladanan
yaitu memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
9)      Metode Pembiasaan
Yaitu  membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
10)  Metode Ibrah dan Mau’idzah
Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan.

B.       Analisis Komprehensif Silabus dan Mata Pelajaran SKI
Dari format silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):

Tabel  Kesesuaian Materi SKI Madrasah Aliyah Kelas X
dengan Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
Prinsip Pengembangan
Hasil Analisis
Terpenuhi
Cukup
Kurang
1
Ilmiah
2
Relevan
3
Sistematis
4
Konsisten
5
Memadai
6
Aktual dan kontekstual
7
Fleksibel
8
Menyeluruh
9
Efektif
10
Efisien

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang dan membangun pelajaran SKI agar maksiamal dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)      Aspek Prinsip Ilmiah
Pada aspek keilmiahan menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Pengembangan indilkator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu menjadikan materi ini sesuai bila digunakan dalam pembelajaran SKI siswa Madarasah Aliyah kelas X.
2)      Aspek Relevansi
pada aspek relevansi yang termuat dalam materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap potensi-potensi belajar lain. Seperti Meneladani perilaku sabar dan sikap istiqomah Rasulullah SAW dan meniru figur yang tercermin dari sikap terpuji Rasulullah SAW di masa sekarang. Pada aspek ini masih belum terpenuhi karena belum ada relevansi antara materi yang diajarkan dengan realita. Materi yang diajarkan belum ada relevansi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Seharusnya ada keterkaitan anatara materi pelejaran yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari, agar hal itu dapat membekas diingatan siswa dan berpengaruh pada sikap siswa dalam keseharian. Maka dari itu siswa dituntut untuk meneladani sifat-sifat baik Rasulullah SAW selama melakukan dakwah dengan cara siswa menrapkannya pada kehidupan sehari-hari. Misalnya sifat Rasulullah SAW yang pantang menyerah, siswa dapat menerapkannya saat menemui kegagalan saat di ujian semester karena mendapat nilai yang buruk, maka siswa tidak boleh menyerah dan harus terus berusaha memperbaiki kekurangannya dengan rajin belajar. Berikutnya meneladani sifat istiqomah Rasulullah SAW dalam berdakwah dapat ditiru siswa saat belajar. siswa harus istiqomah dalam belajar, dalam hal ini akan member manfaat yang baik untuk siswa karena bila belajarnya dapat istiqomah maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak mudah lupa karena terus menerus (ajeg) dipelajari.


3)      Aspek Sistematis
Pada aspek silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Hal tersebut menunjukan bahwa aspek ini sudah terpenuhi. Silabus yang dirancang dengan sistematis menjadikan materi yang akan disampaikan dapat diajarkan kepada siswa dengan runtut. Dalam penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per-semester. Implementasi pemelajaran per-semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan kurikulum yang ada. Dalam merumuskan silabus harus dibuat dengan runtut dan terdiri dari beberapa komponen dan harus disusun secara sistematis. Komponen yang terdapat dalam silabus meliputi: Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi Inti (KI), Hasil belajar, indicator hasil belajar, meteri pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, sarana dan sumber belajar. Pelaksanaan strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menuntut guru untuk bisa menjabarkan rencana pembelajaran secara sistematis dengan target lebih konkret, serta didukung pula dengan penggunaan metode dan media yang tepat.
4)      Aspek Konsisten
pada aspek ini, di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang ajek (tetap) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Pada aspek ini konsitensinya telah terpenuhi, ini menandakan adanya hubungan yang terus-menerus dan saling berkesinambungan antara komponen-komponen tersebut. Konsistensi sangat diperlukan karena menghidari perubahan-perubahan yang menyebabkan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan maksimal dan akan membuat guru kebingungan ketika menyampaikan materi ajar dan siswa pun akan dibuat kebingunan karena ketidak konsistensinan antara komponen-komponen yang ada pada meteri pembelajaran yang digunakan.
5)      Aspek Memadai
artinya cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Pada aspek ini dirasa belum terpenuhi dengan maksimal. Pada pengalaman belajar cenderung terabaikan karena kebanyakan siswa meneyepelekan pengalaman yang diterima saat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa sangat lemah terhadap pelajarn ini dan ditambah lagi kurang didukung dan ditunjang oleh metode-metode yang kreatif dan kooperatif. Siswa sering kali megabaikan pengalaman yang didapat selama proses belajar suatu materi pembelajaran yang dianggapnya membosankan. Sehingga pada aspek ini hanya sekedar cukup.
6)      Aspek Aktual Dan Kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dengan peristiwa yang terjadi. Sering kali saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam guru jarang menggunakan teknologi yang ada dan lebih terpaku pada metode ceramah saja, seharusnya guru lebih inovatif dan mau menggunakan beeragam media gunan menunjang proses belajar mengajar dan juga membuat siswa lebih tertarik terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Banyak sekali para pengajar yang mengampu pelejaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kurang memeperhatikan pengembangan ilmu yang ada sehingga materi disampaikan kurang interaktif dan membuat siswa mudah jenuh atau bosan. Kebanyakan guru mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam (SKI) tidak pernah mengkaitkan pelajaran yang ada dengan kehidupan sehari-hari yang terjadi disekitar, padahal bila hal itu dilakukan bisa menambah kecepatan pemahaman siswa dan kekuatan ingatan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.

7)      Aspek Fleksibel
Komponen silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada kehidupan sekarang. Pada aspek ini masih dirasa kurang, hal ini menandakan kurang diperhatiakannya penerapan-penerapan aspek fleksibel terhadap perkembangan zaman. Materi pembelajaran seharusnya ada aktualisi yang tercermin pada kehidupan sekarang dan fleksibel terhadap perkembangan zaman. Namun, kebanyakan materi dan cara mengajar yang diterapkan pada pelajarn Sejarah kebudayaan Islam (SKI) cenderung kaku terhadap perubahan zaman dan monoton, padahal nilai-nilai yang penting terdapat dalam pelajaran SKI karena membahas sejarah umat Islam. Mengapa hal ini dapat terabaiakan? Mungkin, hal ini disebabkan aspek fleksibelitas tidak terpenuhi dengan baik sehingga yang didapati saat ini pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi pelajaran yang dihindari oleh siswa. Guru Sejarah Kebudayaan Islam harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaruan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, serta dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman. Guru sebagai pendidik yang profesional hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, sehingga apa yang disampaikan pada siswa selalu berkena dihati siswa dan bersifat up to date. Sekalipun hanya membelajarkan sejarah akan tetapi dengan melihat perubahan berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru dan siswa dapat memberikan perbandingan. Dengan demikian pembelajaran sejarah tidak hanya mencakup aspek politik saja, tapi juga aspek sosial, budaya, pendidikan serta ekonomi masuk di dalamnya.
8)      Aspek Menyeluruh
Dalam silabus dan pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan kognitif lebih banyak ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif (yang terdiri dari penerimaan, respons, menghargai, mengorganisasi, dan pola hidup) dan tujuan psikomotorik (yang terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) belum terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena saat menyampaikan materi lebih sering menggunakan metode ceramah dan ini berakibat pada ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan pskomotorik) pada siswa tidak meningkat karena siswa cenderung pasif dan mungkin hanya beberapa siswa yang mampu mengembangkan ranah kognitifnya bila siswa tersebut memperhatikan pelajaran dengan seksama. Padahal dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 materi dan lembar kerja atau lembar latihan siswa sudah dibuat sedemikian rupa yang meliputi lembar mari berdiskusi, latihan menalar dan menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada lembar mari bercerita, terdapat pula lembar mari merenung sejenak yang dimaksudkan agar siswa mampu mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang terdapat dalam materi pelajaran, terdapat pula lembar mari merefleksikan diri, yang artinya siswa dituntut mampu mengambil ibrah dan juga mampu menerapkanya pada kehidupan sehari-hari. Dan terdapat lembar mari berlatih yang bertujuan untuk mengasah pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Namun hal itu tidak tidak pernah terrealisasikan karena beberapa faktor, yaitu minimnya waktu pelajaran dan guru yang kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran karena hanya sekedar menyampaikan materi dengan metode ceramah dan dongeng saja. Pada ranah kognitif sendiri memiliki enam tingkatan yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan tingkat evaluasi. Melihat banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua diterapkan dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada umumnya. Jika melihat pada pelaksanaannya, maka sebenarnya ranah kognitif yang paling dominan dikembangkan adalah pada tingkatan pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan untuk tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X juga cenderung kurang memperhatikan aspek afektif siswa, Kawasan afektif mencakup beberapa tingkatan yaitu tingkatan menerima, menilai, organisasi, dan tingkat karakteristik. Sedangkan ranah psikomotorik mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi, komunikasi dan kemampuan berbicara hal ini karena materi yang ada kurang mendukung untuk perkembangan ranah afektif siswa. Untuk ranah afektif tidak secara penuh dimasukkan dalam rumusan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian afektif siswa melalui pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran. Begitu juga untuk ranah psikomotorik tidak terinci secara jelas dalam rumusan tujuan pembelajaran. Padahal dalam materi pelajaran ada beberapa indikator yang seperti siswa diperintahkan mampu menerapkan sifat-sifat baik (terpuji) yang telah dicontohkon oleh Rasulullah SAW, siswa harus memiliki akhalak mulia yang harus tercermin pada perilakunya. Sering kali ranah psikomotorik siswa terabaikan pada pelajaran SKI. Siswa hanya pasif mendengarkan materi yang disampaikan saja, sehingga psikomotorik siswa tidak terasah dengan baik. Ranah psikomotorik yang dikembangkan dalam rumusan tujuan pembelajaran adalah tingkatan praktek. Namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian-penilaian lain misalnya komunikasi, hanya saja kesemuanya tidak dirinci dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA masih merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk umum belum begitu mendalam atau rinci. Namun seharusnya akan lebih baik jika dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dirinci dengan jelas mengenai ketiga ranah tersebut. Karena hal itu akan memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap siswa, meski hal ini membutuhkan kejelian serta keuletan tersendiri dari guru Sejarah Kebudayaan Islam. Materi SKI sebaiknya dibuat dengan baik dan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dengan menerapkan beberapa materi ajar yang membuat siswa aktif, siswa dapat melaksanakan apa yang terkandung dalam materi. Hal-hal ini seharusnya dapat menjadi bahan koreksi ketika membuat materi pelajaran yang baik dan perlu juga ditunjang dengan metode-metode pembelajaran yang sesuai dan tidak monoton.
9)      Aspek Efektif
Komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan. Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.


10)  Aspek Efisien
Efisiensi waktu dirasa masih sangat kurang. Daya dan waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru. Sedangkan dalam proses pembelajaran penguasaan dan pengembangan materi lebih dititik beratkan pada kemampuan dan kreativitas oleh seorang guru. Problematika penguasaan dan pengembangan materi disebabkan kurangnya atau terbatasnya alokasi waktu yang disediakan untuk materi Sejarah Kebudayaan Islam, sementara materi yang disampaikan terlalu banyak. Dari penjelasan di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan pembelajaran sangat kompleks. Untuk itu strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya membantu siswa menyelesaikan materi secara efisien dengan waktu yang terbatas.
Demikian uraian analisis dari silabus dan materi dari mata pelajaran SKI kelas X di Madrasah Aliyah yang telah ditampilkan..


Tidak ada komentar: