Selasa, 28 Juni 2016

MAKALAH TELAAH INDIVIDU (MUHAMMAD GHUFRON SHODIQ)

MAKALAH
Membiasakan Perilaku Terpuji (Aqidah Akhlaq Kelas XII SMA/MA)
Makalah Ini Ditujukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Materi PAI III (SMA/SMK/MA)

Oleh Dosen Pengampu
Drs. Abdurrozaq Assowy.







Disusun oleh :

Nama : Muhammad Ghufron Shodiq
Nim : 141310003117

---
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
KELAS A2 SEMESTER IV 2015/2016
Jln.Taman Siswa No 9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode Pos 59427,Telp./Fax (0291)593132


Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang berjudul: “Membiasakan Perilaku Terpuji”
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu dengan agama Islam.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya karya makalah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis harapkan.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Bapak Abdurrozaq Assowy selaku dosen mata kuliah Pengantar Telaah Materi PAI III (SMA/SMK/MA)”. yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi mahasiswa yang berilmu.
2.      Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya makalah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga karya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin

24 Juni 2016
Penulis


Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................... I
Daftar Isi............................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C.     Tujuan Masalah......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A.    Adil........................................................................................................... 3
B.     Ridha......................................................................................................... 4
C.     Amal Shaleh.............................................................................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
A.    Kesimpulan................................................................................................ 11
B.     Saran.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12


BAB 1 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai ajaran agama yang sempurna, islam harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari sehingga akan tercapai kehidupan damai dan tentram. Oleh karena itu, dalam rangka mengoptimalkan layanan pndidikan islam dimadrasah, ajaran islam yang begitu sempurna dan luas perlu dikelompokkan menjadi beberapa mata pelajaran secara linier dan dipelajari sesuai dengan jenjangnya.
Pada jenjang madrasah aliyah (MA) aqidah perlu ditekankan agar terwujudnya siswa yang berakhlakul karimah, berbudi luhur, beriman dan mewujudkan henerasi muda yang berkompeten dalam keagamaan.
Sebagai komitmen untuk menyiapkan generasi muda yang sholih dan sholihah, perlu adanya mata pelajaran yang mampu membentuk karakter dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam yaitu aqidah akhlaq.
Dewasa ini banyak sekali anak muda yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai umat tetapi selalu bertindak ceroboh dan selalu berbuat maksiat seakan sudah menjadi budaya. Ini dikarenakan adanya pergaulan bebas dan lunturnya moral dan aqidah dalam diri manusia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan pentingnya adil, ridha,amal shaleh persatuan dan kerukunan.
2.      Bagaimana perilaku orang yang berbuat adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan.
3.      Bagaimana nilai-nilai positif dari adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan dalam fenomena kehidupan.
4.      Membiasakan diri adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan.



C.     Tujuan Masalah
1.      Peserta didik dapat menjelaskan pentingnya adil, ridha, amal shaleh , persatuan dan kerukunan.
2.      Peserta didik dapat menunjukan nilai-nilai positif dari adil, ridha, amal shaleh, persatuan dan kerukunan dalam fenomena kehidupan.
3.      Peserta didik dapat mempraktekkan perilaku adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan dala kehidupan sehari-hari.



BAB II PEMBAHASAN

A.    Adil
1.      Pengertian Adil
Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti samadengan seimbang.Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat sebelah,tidak memihak,berpihak pada yang benar,berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Dan menurut ilmu akhlak ialah meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukumyang jahat sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.
2.      Karakteristik Sikap Adil
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat dalam hukum. Dalam islam, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status social, ekonomi,atau politik .
     Berikut ini beberapa contoh sikap adil dalam Al-Qur’an :
·         Adil terhadap diri sendiri.
·         Adil terhadap istri dan anak
·         Adil dalam mendamaikan perselisihan
·         Adil dalam bertuturkata
·         Adil terhadap musuh sekalipun
3.      Nilai Positif Sikap Adil
Keadilan merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan Negara, sudah tentu ketinggian, kebaikan, dan kemuliaan akan diraih. Jika seseorang mampu mewujudkn keadilan dalam dirinyasendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, memperoleh kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan kualitas diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta ukkhrawi (akhirat).


Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentra , serta damai sejahtera lahir dan batin. Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat melaksanakan kewajiban terhadap orang lain dan akan memenuhi hak orang lain dengan seadil-adilnya .
4.      Membiasakan Sikap Adil
Seorang hendaknya membiasakan diri berlaku adil, baik terhadap dirinya,kedua orang tua nya,saudara-saudaranya,anak-anaknya, teman-temannya, tetangganya, masyarakatnya, bangsa dan Negaranya, maupun terhadap sang Khalik (Allah swt).
Apabila keadilan itu ditegakan dalam setiap aspek kehidupan, tentu keamanan, ketentraman,kedamaian, serta kesejahteraan lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi akan dapat diraih.

B.     Ridha
1.      Pengertian Ridha
Perkataan ridha berasal dari bahasa arab, radiya yang artinya senang hati (rela). Rida menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah swt, baik berupa hokum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sikap rida harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa musibah.
Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian anggota keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat rida terhadap takdir. Orang yang memiliki sifat ridha tidak mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang dilakukannya. Ia tidak menyesal dengan kehidupan yang diberikan Allah swt dan tidak iri hati atas kelebihan yang didapat orang lain karena yakin bahwa semua itu berasal dari Allah swt. Sedangkan kewajibannya adalah berusaha atau berikhtiar dengan kemampuan yang ada.
Ridha terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih dulu untuk mencari jalan keluarnya. Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh tatanan hidup dan tidak dibenarkan pula oleh ajaran Islam. Allah swt. memberikan cobaan atau ujian dalam rangka menguji keimanan dan ketakwaan hamba-Nya. Firman Allah swt.:
Artinya : “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang yangapabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. (Q.S. Al Baqarah:155-156).
Sikap rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:
a.       Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
b.       Senantiasa mengingat Allah swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
c.       Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi hasil usahanya.
d.      Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam perbaikan akhlak.
e.       Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
f.        Menunjukkan kerelaan atau ridha terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah swt.

Menurut kamus besar Indonesia, ridha diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik .
2.      Karakteristik sikap ridha
Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu rida kepada Alloh, ridha pada apa yang datang dari Alloh, dan ridha pada qada Alloh.
Ridha kepada Allah adalah fardu ain.Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan tuhan untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama, ikhtiyar ad-din wa syar’I (pilihan keagamaan dan syariat).kedua, ikhtiyar kauni kadari (pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak dicintai dan diridai Alloh yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.
Macam-macam ridha :
a.       Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah (98) ayat 8.
Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 ).
Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun ridha terhadap kita.
b.      Ridha terhadap taqdir Allah.
Mari kita simak, apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)
c.       Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14.
Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14).
Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
d.      Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59).
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
3.      Nilai Positif Sikap Ridha
Ridha merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
4.      Membiasakan Sikap Rida
Konsekuensi rida kepada Alloh harus mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasululloh saw. (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang rida kepada Alloh, tentu dia akan selalu berusaha melakukan segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci-Nya.

C.    Amal Saleh
1.      Pengertian Amal Saleh
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, amal diartikan sebagai perbuatan (baik atau buruk). Secara istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh- sungguh dalam menjalankan ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia.contoh mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam, penyandang cacat, orang jompo dan anak yatim piatu.
Dalam al-Qur’an banyak dijumpai perkataan amal dengan berbagai bentuknya yaitu ‘amila, a’mala, ta’malun, ya’malun, ‘amilun, ‘amalus-salihat, dan ‘amalus-syyari’at.
2.      Karakteristik Amal Saleh
Orang yang hidup pada zaman pra-islam mempunyai anggapan bahwa kekayaan, keturunan, kedudukan, dan bermacam-macam kelebihanduniawi lainnya menjadi factor yang akan menentukan keadaan seseorang.
Agama islam membawa satu ajaran (dokrin) bahwa keturunan, pangkat, kedudukan yang tinggi, dan kekayaan yang bayak , semua itu tidak mendatangkan keuntungan, terutama untuk kehidupan di akhirat kelak. Satu-satunya yang memberikan faedah ialah amal saleh, yakni perbuatan baik.
Secara umum, pengelompokan amal itu terbagi dua, yaitu amal saleh (amal yang baik) dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala perbuatan kebbijakan yang mendatangkan manfaat untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, dan manusia seluruhnya, baik berupa perbuatan, ucapan, maupun sikap.bahkan melakukan suatu perbuatan yang dilarang Alloh, itu pun termasuk amal saleh.
3.      Nilai Positif Amal Saleh
Dalam Al-Qur’an, banyak diuraikan hasil (buah) dari amal saleh, baik didunia maupun diakhirat, yaitu:
a.       rezeki yang baik (al-Hajj/22:50);
b.      derajat yang tinggi (Taha/20:75);
c.       keberuntungan (al-Qasas/28:67);
d.      keadilan (Yunus/10:4);
e.       keluar dari kegelapan (at-Talaq/65:11);
f.       rahmat dan cinta (al-Jasiyah/45:30);
g.      hilang perasaan takut (Taha/20:112);
h.      pahala yang cukup (Alli ‘Imran/3:57);
i.        ampunanIlahi (Fatir/3:57);
j.        kehidupan di surga (al-Mu’minun/23:40).
4.      Membiasakan Amal Saleh
Setiap amal saleh, harus didasari niat yang suci dan ikhlas. Jangan sampai seorang yang beramal memiliki niat yang salah, ada udang dibalik madu. Misasal, mengharap kedudukan,pujian, atau keuntungan yang lain-lain.
Berusaha atau beramal, pada umumnya tidak memandang ruang dan waktu serta tidak hanya pada saat yang lapang. Dalam situasi apa pun, kita tidak menyianyiakan untuk beramal atau berusaha. Walaupun hasil amal itu belum tampak sekarang, hal itu tidak boleh menjadikan kita malas beramal.


BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan
MA/SMA adalah jenjang pendidikan menengah pada jalur formal di Indonesia dibawah wewenang kementrian pendidikan Nasional. Dalam materi aqidah akhlak kelas XII MA/SMA sederajat yang telah tersusun dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar berupaya untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan siswa dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui sudah sampaimanakah pemahaman siswa terhadap pelajaran yang telah di sampaikan serta bagaimana seorang guru mengemas materi/bahan ajar dan bagaimana cara-cara yang harus dilakukan dari sorang guru untuk memahamkan peserta didiknya sehingga dapat mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik, ketika seorang guru menyampaikan materi itu dapat membuat kesan terhadap materi yang disampaikan sehingga siswa dapat memberikan respon dan kemudian guru dapat mengetahui tingkat kepahaman siswa melalui respon yang diberikan oleh peserta didik tersebut.

B.     Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis mengharap kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Dan jika ada sesuatu yang biasa di jadikan bahan kajian oleh pembaca maka penulis akan merasa termotifasi.
Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis penulis akan selalu ditunggu oleh penulis.


DAFTAR PUSTAKA

T. Ibrahim dan H. Darsono. Membangun Akidah dan Akhlak 1 untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
Kurikulum 2013, Buku Siswa Akidah Ahklaq, pendekatan saintifik kurikulum 2013.
Masyhur, Kahar. Membina Moral dan Akhlaq. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Tidak ada komentar: