MAKALAH
Membiasakan
Perilaku Terpuji (Aqidah Akhlaq Kelas XII SMA/MA)
Makalah Ini Ditujukan Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Telaah
Materi PAI III (SMA/SMK/MA)
Oleh
Dosen Pengampu
Drs. Abdurrozaq Assowy.
Disusun oleh :
Nama
: Muhammad Ghufron Shodiq
Nim
: 141310003117
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
KELAS A2 SEMESTER IV 2015/2016
Jln.Taman
Siswa No 9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode Pos 59427,Telp./Fax
(0291)593132
Kata Pengantar
Alhamdulillahirabbil’alamin,
puji syukur kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang berjudul: “Membiasakan
Perilaku Terpuji”
Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,
yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu dengan agama Islam.
Walaupun penulis sudah
berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya karya makalah ini, penulis
tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti
masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun
semangat penulis yang sangat penulis harapkan.
Dan atas
terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Abdurrozaq Assowy
selaku dosen mata kuliah Pengantar Telaah Materi PAI III (SMA/SMK/MA)”. yang
telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi mahasiswa yang
berilmu.
2.
Semua pihak yang telah
membantu penulis demi terselesainya makalah ini.
Semoga bimbingan dan
bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga
karya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin
24 Juni 2016
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................... I
Daftar Isi............................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Adil........................................................................................................... 3
B. Ridha......................................................................................................... 4
C. Amal Shaleh.............................................................................................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
A. Kesimpulan................................................................................................ 11
B. Saran.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai
ajaran agama yang sempurna, islam harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata
sehari-hari sehingga akan tercapai kehidupan damai dan tentram. Oleh karena
itu, dalam rangka mengoptimalkan layanan pndidikan islam dimadrasah, ajaran
islam yang begitu sempurna dan luas perlu dikelompokkan menjadi beberapa mata
pelajaran secara linier dan dipelajari sesuai dengan jenjangnya.
Pada
jenjang madrasah aliyah (MA) aqidah perlu ditekankan agar terwujudnya siswa
yang berakhlakul karimah, berbudi luhur, beriman dan mewujudkan henerasi muda yang
berkompeten dalam keagamaan.
Sebagai
komitmen untuk menyiapkan generasi muda yang sholih dan sholihah, perlu adanya
mata pelajaran yang mampu membentuk karakter dan kepribadian yang sesuai dengan
ajaran islam yaitu aqidah akhlaq.
Dewasa
ini banyak sekali anak muda yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai umat
tetapi selalu bertindak ceroboh dan selalu berbuat maksiat seakan sudah menjadi
budaya. Ini dikarenakan adanya pergaulan bebas dan lunturnya moral dan aqidah
dalam diri manusia.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dan pentingnya adil, ridha,amal shaleh persatuan dan kerukunan.
2. Bagaimana
perilaku orang yang berbuat adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan.
3. Bagaimana
nilai-nilai positif dari adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan dalam
fenomena kehidupan.
4. Membiasakan
diri adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan.
C. Tujuan
Masalah
1. Peserta
didik dapat menjelaskan pentingnya adil, ridha, amal shaleh , persatuan dan
kerukunan.
2.
Peserta didik
dapat menunjukan nilai-nilai positif dari adil, ridha, amal shaleh, persatuan
dan kerukunan dalam fenomena kehidupan.
3.
Peserta didik
dapat mempraktekkan perilaku adil, ridha, amal shaleh ,persatuan dan kerukunan
dala kehidupan sehari-hari.
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Adil
1. Pengertian Adil
Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti
samadengan seimbang.Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan
tidak berat sebelah,tidak memihak,berpihak pada yang benar,berpegang pada
kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Dan menurut ilmu akhlak ialah
meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai
haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukumyang jahat sesuai
dan kesalahan dan pelanggaranya.
2. Karakteristik Sikap Adil
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum. Dalam islam, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit,
status social, ekonomi,atau politik .
Berikut ini beberapa contoh sikap adil dalam Al-Qur’an :
·
Adil terhadap diri
sendiri.
·
Adil terhadap istri dan
anak
·
Adil dalam mendamaikan
perselisihan
·
Adil dalam bertuturkata
·
Adil terhadap musuh
sekalipun
3. Nilai Positif Sikap Adil
Keadilan merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila
keadilan diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa
dan Negara, sudah tentu ketinggian, kebaikan, dan kemuliaan akan diraih. Jika
seseorang mampu mewujudkn keadilan dalam dirinyasendiri, tentu akan meraih
keberhasilan dalam hidupnya, memperoleh kegembiraan batin, disenangi banyak
orang, dapat meningkatkan kualitas diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup
duniawi serta ukkhrawi (akhirat).
Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentra , serta damai sejahtera
lahir dan batin. Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat
melaksanakan kewajiban terhadap orang lain dan akan memenuhi hak orang lain
dengan seadil-adilnya .
4. Membiasakan Sikap Adil
Seorang hendaknya membiasakan diri berlaku adil, baik terhadap
dirinya,kedua orang tua nya,saudara-saudaranya,anak-anaknya, teman-temannya,
tetangganya, masyarakatnya, bangsa dan Negaranya, maupun terhadap sang Khalik
(Allah swt).
Apabila keadilan itu ditegakan dalam setiap aspek kehidupan, tentu
keamanan, ketentraman,kedamaian, serta kesejahteraan lahir dan batin, duniawi dan
ukhrawi akan dapat diraih.
B.
Ridha
1. Pengertian Ridha
Perkataan ridha berasal dari bahasa arab, radiya yang artinya senang hati
(rela). Rida menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala
yang diberikan Allah swt, baik berupa hokum (peraturan-peraturan) maupun
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sikap rida harus ditunjukkan,
baik ketika menerima nikmat maupun tatkala ditimpa musibah.
Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang
menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat,
kedudukan, kematian anggota keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang
mempunyai sifat rida terhadap takdir. Orang yang memiliki sifat ridha tidak
mudah bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang dilakukannya. Ia tidak menyesal
dengan kehidupan yang diberikan Allah swt dan tidak iri hati atas kelebihan
yang didapat orang lain karena yakin bahwa semua itu berasal dari Allah swt.
Sedangkan kewajibannya adalah berusaha atau berikhtiar dengan kemampuan yang
ada.
Ridha terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih
dulu untuk mencari jalan keluarnya. Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan
oleh tatanan hidup dan tidak dibenarkan pula oleh ajaran Islam. Allah swt.
memberikan cobaan atau ujian dalam rangka menguji keimanan dan ketakwaan
hamba-Nya. Firman Allah swt.:
Artinya : “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang
yangapabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun. Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami
kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada
Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun
kecil. (Q.S. Al Baqarah:155-156).
Sikap rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:
a. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha
atau ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
b. Senantiasa mengingat Allah swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan
kusyuk.
c. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria
untuk dikagumi hasil usahanya.
d. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala
nikmat pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi
dalam perbaikan akhlak.
e. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan
kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu
orangtua di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
f.
Menunjukkan kerelaan
atau ridha terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap kehidupan
terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap perolehan
rezeki atau karunia Allah swt.
Menurut kamus besar
Indonesia, ridha diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan menurut bahasa
adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah ditetapkan dan
ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik .
2. Karakteristik sikap ridha
Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga
tingkatan, yaitu rida kepada Alloh, ridha pada apa yang datang dari Alloh, dan
ridha pada qada Alloh.
Ridha kepada Allah adalah fardu ain.Rida pada apa yang datang dari Allah
meskipun merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang
sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan tuhan untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama,
ikhtiyar ad-din wa syar’I (pilihan keagamaan dan syariat).kedua, ikhtiyar kauni
kadari (pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak
dicintai dan diridai Alloh yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.
Macam-macam ridha :
a.
Ridha terhadap perintah
dan larangan Allah
Artinya ridha untuk
mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan
dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua
nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-Bayyinah (98) ayat
8.
Artinya : Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 ).
Dari ayat tersebut
dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah pun ridha
terhadap kita.
b.
Ridha terhadap taqdir
Allah.
Mari kita simak, apa
yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. melihat Ady
bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak bersedih
hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku terbunuh
dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata,
“Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap
berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha
terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus
amalnya”.
Ada dua sikap utama
bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha
dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah
keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar
dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari
kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah.
Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan
menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu
tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha
ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin
mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu
Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu anggota
keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah
swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu
diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya
keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat
derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah
swt. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor:
032/Tahun ke 15)
c.
Ridha terhadap perintah
orang tua.
Ridha terhadap perintah
orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena
keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S.
Luqman (31) ayat 14.
Artinya : “ Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya
telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14).
Bahkan Rasulullah
bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah
tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam
kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun
beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia
tidak menghiraukan panggilan ibunya.
d.
Ridha terhadap
peraturan dan undang-undang negara
Mentaati peraturan yang
belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan
ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59
berikut :
Artinya : “ Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59).
Ulil Amri artinya
orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara (Ulama dan
pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha
terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan
sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang
tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
3. Nilai Positif Sikap Ridha
Ridha merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat
ataupun yang dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
4. Membiasakan Sikap Rida
Konsekuensi rida kepada Alloh harus mengikuti semua yang diajarkan oleh
Rasululloh saw. (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang rida kepada Alloh, tentu
dia akan selalu berusaha melakukan segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan
meninggalkan segala sesuatu yang dibenci-Nya.
C.
Amal Saleh
1. Pengertian Amal Saleh
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, amal diartikan sebagai perbuatan
(baik atau buruk). Secara istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh- sungguh
dalam menjalankan ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan
dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia.contoh
mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam, penyandang cacat, orang
jompo dan anak yatim piatu.
Dalam al-Qur’an banyak dijumpai perkataan amal dengan berbagai bentuknya
yaitu ‘amila, a’mala, ta’malun, ya’malun, ‘amilun, ‘amalus-salihat, dan
‘amalus-syyari’at.
2. Karakteristik Amal Saleh
Orang yang hidup pada zaman pra-islam mempunyai anggapan bahwa kekayaan,
keturunan, kedudukan, dan bermacam-macam kelebihanduniawi lainnya menjadi
factor yang akan menentukan keadaan seseorang.
Agama islam membawa satu ajaran (dokrin) bahwa keturunan, pangkat,
kedudukan yang tinggi, dan kekayaan yang bayak , semua itu tidak mendatangkan
keuntungan, terutama untuk kehidupan di akhirat kelak. Satu-satunya yang
memberikan faedah ialah amal saleh, yakni perbuatan baik.
Secara umum, pengelompokan amal itu terbagi dua, yaitu amal saleh (amal
yang baik) dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala
perbuatan kebbijakan yang mendatangkan manfaat untuk diri sendiri, keluarga,
bangsa, dan manusia seluruhnya, baik berupa perbuatan, ucapan, maupun
sikap.bahkan melakukan suatu perbuatan yang dilarang Alloh, itu pun termasuk
amal saleh.
3. Nilai Positif Amal Saleh
Dalam Al-Qur’an, banyak diuraikan hasil (buah) dari amal saleh, baik
didunia maupun diakhirat, yaitu:
a. rezeki yang baik (al-Hajj/22:50);
b. derajat yang tinggi (Taha/20:75);
c. keberuntungan (al-Qasas/28:67);
d. keadilan (Yunus/10:4);
e. keluar dari kegelapan (at-Talaq/65:11);
f. rahmat dan cinta (al-Jasiyah/45:30);
g. hilang perasaan takut (Taha/20:112);
h. pahala yang cukup (Alli ‘Imran/3:57);
i.
ampunanIlahi
(Fatir/3:57);
j.
kehidupan di surga
(al-Mu’minun/23:40).
4. Membiasakan Amal Saleh
Setiap amal saleh, harus didasari niat yang suci dan ikhlas. Jangan sampai
seorang yang beramal memiliki niat yang salah, ada udang dibalik madu. Misasal,
mengharap kedudukan,pujian, atau keuntungan yang lain-lain.
Berusaha atau beramal, pada umumnya tidak memandang ruang dan waktu serta
tidak hanya pada saat yang lapang. Dalam situasi apa pun, kita tidak
menyianyiakan untuk beramal atau berusaha. Walaupun hasil amal itu belum tampak
sekarang, hal itu tidak boleh menjadikan kita malas beramal.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
MA/SMA adalah jenjang pendidikan menengah pada
jalur formal di Indonesia dibawah wewenang kementrian pendidikan Nasional.
Dalam materi aqidah akhlak kelas XII MA/SMA sederajat yang telah tersusun dalam
kompetensi inti dan kompetensi dasar berupaya untuk mengetahui tingkat
pemahaman dan kemampuan siswa dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
dan mengetahui sudah sampaimanakah pemahaman siswa terhadap pelajaran yang
telah di sampaikan serta bagaimana seorang guru mengemas materi/bahan ajar dan
bagaimana cara-cara yang harus dilakukan dari sorang guru untuk memahamkan
peserta didiknya sehingga dapat mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik,
ketika seorang guru menyampaikan materi itu dapat membuat kesan terhadap materi
yang disampaikan sehingga siswa dapat memberikan respon dan kemudian guru dapat
mengetahui tingkat kepahaman siswa melalui respon yang diberikan oleh peserta
didik tersebut.
B. Saran
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis mengharap kepada
pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya.
Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan,
sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Dan jika ada sesuatu yang
biasa di jadikan bahan kajian oleh pembaca maka penulis akan merasa
termotifasi.
Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis
penulis akan selalu ditunggu oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
T. Ibrahim dan H. Darsono. Membangun
Akidah dan Akhlak 1 untuk Kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Solo : PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri. 2009.
Kurikulum 2013, Buku Siswa Akidah Ahklaq, pendekatan
saintifik kurikulum 2013.
Masyhur, Kahar. Membina Moral dan Akhlaq. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar