MAKALAH
“MATERI PAI III
AL-QURAN HADIST KELAS 10”
Di Susun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Telaah Materi PAI III”
Oleh Dosen
Pengampu Bapak Abdurrozaq Assowy, Drs.
Disusun Oleh:
Liyanalul
Maghfiroh
(141310003167)
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ‘ULAMA (UNISNU)
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
KELAS A2
SEMESTER IV 2015/2016
Jln Taman Siswa
No 9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode Pos 59427,
Telepon./Fax (0291)593132
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahnya rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di gunakan sebagai salah satu
acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangannya karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Jepara, 30 Mei 2016
Penyusun
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DISKRIPSI KURIKULUM
Kurikulum adalah rencana tertulis
tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang
perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai
kemampuan tersebut dan evaluasi yang perlu pencapaian kemampuan peserta didik,
serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta
didik dalam mengambangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.[1]
Pendidikan berusaha mengembangkan
potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi
berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal seperti: konsep, prinsip
kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan kata lain perlu mengalami
perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Demikian pula
individu jangan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan
sesamanya.[2]
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pasal 36 bahwasanya Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pemerintah dalam rangka mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional, maka pemerintah telah beberapa kali mengadakan
perubahan kurikulum misalnya kurikulum 1974, 1984, 1994, 2004 yang
disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sampai yang terakhir ini Kurikulum
2006 dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dimana
dalam KTSP pemerintah memberikan keleluasaan
kepada Lembaga Pendidikan untuk menyelenggarakan
pendidikan sesuai dengan karakter dan potensi daerah masing-masing. Dalam
rangka otonomi penddidikan tersebut pemerintah tetap memberi acuan Standar
nasional Pendidikan yang meliputi : Standar isi; Standar proses, Standar
kompetensi lulusan ,Standar pendidikan dan tenaga kependidikan, Standar sarana
dan prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, Standar penilaian
pendidikan. Hal tersebut wujud tanggung jawab pemerintah dalam memajukan
pendidikan Nasional.
1.
Identitas Materi
Materi Alquran Hadist
merupakan salah satu materi pada pelajaran pendidikan agama Islam yang
diarahkan peserta didik untuk menghaflkan, membaca, mengetahui, memahami,
mengenal, dan menghayati, mengamalkan materi al-Quran Hadist yang menjadi
pedoman dan kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui bimbingan,
pengajaran, pengarahan dan latihan pembiasaan yang dilakukan oleh peserta
didik. Karateristik materi ini meliputi menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang terdapat dalam al-Quran, mengenal pengertian al-quran serta mengamalkan
perilaku yang sesuai dengan ajaran al-Quran.
2.
Kompetensi Inti:
1.
Mengahyati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
2.
Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
factual, konseptual, procedural, dan metakonigtif, berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora,
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara afektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
3. Kompetensi
Dasar:
1.1 Menghayati
keautentikan al-Qur’an sebagai wahyu Allah.
2.1 Menunjukkan
sikap yang berpegang teguh untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an.
3.1 Memahami
pengertian al-Qur’an menurut para ulama.
4.1 Menyajikan pengertian al-Qur’an
yang disampaikan para ulama.
4.
Tujuan dan orientasi Pembelajaran:
Setelah
melakukan pengamatan, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasidan mengkomunikasi
diharapkan:
1.
Peserta didik
dapat menjelaskan pengertian al-Qur’an menurut paraahli tentang perilaku hormat
dan patuh kepada orang tua dan gurudengan benar.
2.
Peserta didik
dapat menjelaskan nama-nama al-Qur’andengan benar.
3.
Peserta didik
dapat menunjukkan perilaku orang yang berpegang teguhkepada al-Qur’an.
5. Materi Pokok Pembelajaran
a.
Pengertian
al-Qur’an
Kata Qur’an adalah bentuk masdar dari
kata kerja (fi’il), قرأartinya membaca,
dengan perubahan bentuk kata/tasrif (قرأ-يقرأ-قرأنا). Dari tasrif tersebut, kata -قرأناartinya bacaan yang bermakna isim maf’ul (مقروء) artinya yang dibaca. Karena
al-Quran itu dibaca makadinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya
digunakan untuk kitabsuci yang diturunkan Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw.
Ditinjau dari pengertian secara
terminologi, para ulama’ berbeda
pendapat
dalam mendefinisikan al-Qur’an:
a) Syeikh
Muhammad Khuiari Beik. Dalam kitab Tarikh at-Tasyri’ al-Islami,menerangkan
bahwa definisi al-Qur’an sebagai berikut:
القرأن هو اللفظ العربي المنزل على
محمد للتدبر والتذكر المنقول متواترا وهو ما بين
دفتين المبدوء بسورة الفاتحة والمختوم بسورة
الناس
Artinya:
al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah)
yang berbahasa Arab, yang diturunkankepada Muhammad Saw, untuk dipahami isinya
dan selalu diingat, yang disampaikandengan cara mutawatir, yang ditulis dalam
mushaf, yang dimulaidengan surat al-Fwtihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.
b) Subhi
ash-Salih
Subhi
ash salih mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut :
القرأن هو الكتاب المعجز المنزل على
النبي صلى الله عليه وسلم المكتوب في المصاحف المنقول عليه
بالتواتر المتعبد بتلاوة
Artinya:
al-Qur’an adalah kitab (Allah) yang
mengandung mu’jizat, yang diturunkankepada Nabi Muhammad Saw, yang ditulis
dalam mushaf-mushaf, yang disampaikansecara mutawatir, dan bernilai ibadah
membacanya.
c)
Syeikh Muhammad
Abduh
Sedangkan Syeikh
Muhammad Abduh mendefinisikan al-Qur’an denganpengertian sebagai berikut :
الكتاب هو القرأن المكتوب في المصاحف
المحفوظ في صدور من عنى بحفظه
من
المسلمين
Artinya:
Kitab (al-Qur’an) adalah bacaan yang
tertulis dalam mushaf-mushaf, yang terpelihara di dalam dada orang yang
menjaga(nya) dengan menghafalnya (yakni) orang-orang Islam.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat
disimpulkan beberapa unsur dalampengertian al-Qur’an sebagai berikut:
a)
Al-Qur’an adalah
firman atau kalam Allah Swt.
b)
Al-Qur’an
terdiri dari lafaz berbahasa Arab.
c)
Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
d)
Al-Qur’an
merupakan kitab Allah Swt., yang mengandung mu’jizat bagi Nabi Muhammad Saw,
yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril.
e)
Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawatir.
f)
Al-Qur’an merupakan bacaan mulia dan
membacanya merupakan ibadah.
g)
Al-Qur’an
ditulis dalam mushaf-mushaf, yang diawali dengan surahal-Fatihah dan diakhiri
dengan surah an-Nas.
h)
Al-Qur’an senantiasa terjaga/terpelihara
kemurniannya denganadanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafal Al-Quran.
b.
Nama-nama
al-Qur’an
Nama al-Qur’an bukanlah satu-satunya
nama yang diberikan Allah Swt. Terhadap kitab suci yang diturunkan-Nya kepada
Nabi Muhammad Saw. Menurut Az-Zarkasyi dan As-Suyuti dalam kitab al-Itqwn
menyebutkan bahwaal-Qur’an mempunyai 55 nama. Bahkan dalam Ensiklopedi
Islam untukPelajar, disebutkan ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an.
Namun, jika diperhatikan dan dicermati lebih lanjut berdasarkan ayat-ayat
al-Qur’an secara redaksional, maka akan didapatkan beberapa nama saja, yang
lainnyabukanlah nama melainkan hanya sifat, fungsi atau indikator al-Qur’an.
Beberapanama al-Qur’an tersebut adalah:
a)
al-Qur’an(القرأن)
Al-Qur’an merupakan nama yang paling
populer dan paling sering dilekatkan pada kitab suci terakhir yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, al-Qur’an
artinya bacaan atauyang dibaca. Adapun beberapa ayat yang di dalamnya
terdapat istilah al-Qur’an adalah sebagai berikut:
ãökytb$ÒtBuüÏ%©!$#tAÌRé&ÏmÏùãb#uäöà)ø9$#WèdĨ$¨Y=Ïj9;M»oYÉit/urz`ÏiB3yßgø9$#Èb$s%öàÿø9$#ur4
“Bulan
Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagaipetunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjukitu dan pembeda (antara
yang benar dan yang batil). …..” (QS. al-Baqarah[2]: 185)
b)
Al-Kitab (الكتاب)
Al-Qur’an sering disebut sebagai Kitabullah
artinya kitab suci Allah. Al-Kitab juga bisa diartikan yang
ditulis. Sedangkan ayat al-Qur’an yang didalamnya terdapat kata al-Kitab
sebagai nama bagi al-Qur’an yaitu :
y7Ï9ºsÜ=»tGÅ6ø9$#w|=÷u¡ÏmÏù¡Wèdz`É)FßJù=Ïj9ÇËÈ
“Kitab
(al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi merekayang bertakwa”
(al-Baqarah [2]: 2)
tA¨tRøn=tã|=»tGÅ3ø9$#Èd,ysø9$$Î/$]%Ïd|ÁãB$yJÏj9tû÷üt/Ïm÷yttAtRr&ursp1uöqG9$#@ÅgUM}$#urÇÌÈ
“Dia
menurunkan Kitab (al-Qur›an) kepadamu (Muhammad) yangmengandung kebenaran,
membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS.Ali
‹Imran [3]: 3)
c)
Al-Furqan (الفرقان)
Al-Furqan artinya pembeda,
maksudnya yang membedakan antara yanghaq dan yang batil. Al-Furqan
merupakan salah satu nama al-Qur’an,sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Furqan
[25]: 1
x8u$t6s?Ï%©!$#tA¨tRtb$s%öàÿø9$#4n?tã¾ÍnÏö6tãtbqä3uÏ9úüÏJn=»yèù=Ï9#·ÉtRÇÊÈ
“Mahasuci
Allah yang telah menurunkan Furqân (al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad),
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruhalam (jin dan manusia).” (QS.
al-Furqan [25]: 1)
d)
Adz- Zikr (الذكر)
Adz-zikrberarti pemberi peringatan,
maksudnya yang memberi peringatankepada manusia. Ayat yang menyebutkan Adz-zikr
sebagai nama lain kitabal-Qur’an adalah :
$¯RÎ)ß`øtwU$uZø9¨tRtø.Ïe%!$#$¯RÎ)ur¼çms9tbqÝàÏÿ»ptm:ÇÒÈ
“Sesungguhnya
Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS.
al-Hijr [15]: 9)
e)
Al-Tanzil (التنزل)
At-Tanzilartinya yang diturunkan, maksudnya
al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw, melalui
perantaan malaikat Jibril As. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. At-Tanzil
sebagai nama lain al-Qur’an dikemukakan oleh Dr. Shubhi as-Shalih, sebagaimana
termaktub dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi :
¼çm¯RÎ)urã@Í\tGs9Éb>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÊÒËÈ
“Dan
sungguh, (al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruhalam.” (QS.
asy-Syu’ara [26]: 192).
6.
Strategi
Pelaksanaan Pembelajaran
a. Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
1. Pengertian
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir
Strategi
pembelajararan peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB) merupakan strategi
pemebelajaran yang menempatkan kepada kemampuan berfikir siswa. Joyce dan Weil (1980)
menempatkan model pembelajaran ini ke dalam bagian model pembelajaran Cognitive
Growth: Increasing the Capacity to Think.[3]
Model pembelajara ini bertumpu kepada pengembangan kemampuan berfikir siswa
melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untk pemacahan
yang diajukan.
Dalam
SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa. Akan tetapi,
siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui
proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.[4]
Terdapat
beberapa hal yang terkandung dalam pengertan di atas. Pertama, SPPKB
adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berfikir,
artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa kemampuan berfikir.[5]
Kedua, telaahan fakta-fakta social atau pengalaman social
merupakan dasar pengembangan kemampuan berfikir, artinya pengembangan gagasan
ide-ide didasarkan pengalaman social anaka dalam kehidupan sehari-hari dan/atau
berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka
terhadapa berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan
sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anakuntuk
memecahkan masalah-masalah social sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Karateristik
SPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan berfikir, SPPKB memiliki tiga karateristik utama, yaitu
sebagai berikut:[6]
a. Proses
pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara
maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar
mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses
berfikir.
b. SPPKB dibangun
dalam nuansa dialogis dan proses Tanya jawab secara terus menerus. Proses
pembelajaran melalui dialog dan Tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir
itu dapat membantu siswa ntuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi
sendiri.
c. SPPKB adalah
model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya,
yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berfikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk
mengkontruksi pengetahuan atau pennguasaan materi pembelajaran baru.
3. Tahapan-tahapan
pembelajaran SPPKB
Ada 6 tahapan dalam SPPKB sebagai berikut:[7]
a) Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi
siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan,
pertama, penjelas tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan
dengan penguasaan materi peajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang
berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berfikir yang harus
dimiliki siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus
dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa
dalamsetiap tahapan proses pembelajaran.
b) Tahap pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk
memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau poko
persoalan yang akan dibicarakan.
c) Tahap
konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan
yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
d) Tahap inkuiri
Pada tahap inilah siswa belajar berfikir yang
sesungguhnya, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
e) Tahap akomodasi
Tahap ini adalah tahap pembentukan pengetahuan baru
melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan
kata-kata kunci sesuai dengan topic atau tema pembelajaran.
f) Tahap transfer
Tahapan ini dilakukan agar siswa mampu mentrasfer
kemampuan berfikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru.
b. Strategi
Pembelajaran Konstektual
Conextual
Teaching and Learning
(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari
dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[8]
Terdapat lima karateristi
penting dalam proses pembelajaranyang menggunakan pendekatan CTL:
1) Dalam CTL,
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge),artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa
adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2) Pembelajaran ini
dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowlodge).
3) Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yag diperoleh
bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4) Mempraktikan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowlodge), artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa.
5) Meakukan
refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan.
7. Pendekatan dan
Metode Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
a.
pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
b.
pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Berikut ini
beberapa metode yang bisa diterapkan dalam pelajaran al-Quran Hadis, diantaranya
:
1)
Metode ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui
penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok siswa.[9]
Kelebihan metode ini:[10]
a.
Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas
b.
Melalui cermah, guru dapat mengontrol keadaan kelas
c.
Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
Kekurangannya:[11]
a.
Materi yang dikuasai siswa sebagi hasil dari ceramah akan terbatas pada apa
yang dikuasi guru.
b.
Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya
verbalisme.
c.
Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur baik, ceramah sering dianggap
sebagai metode yang membosankan.
d.
Dengan ceramah, sanga sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah
mngerti yang dijelaskan atau belum.
2)
Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utamanya
adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambahkan
dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,
1998).
Kelebihan:
a.
Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide-ide.
b.
Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
c.
Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan verbal
dan diskusi bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Kekurangan:
a.
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 siswa yang
memiliki ketrampilan berbicara.
b.
Kadang-kadang dalam pembahasan diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi
kabur.
c.
Memerlukan banyak waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai
dengan direncanakan.
d.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional
yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung,
sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
3)
Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari
siswa kepada guru.[12] Disini guru
memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi
pembelajaran.
Kelebihan:[13]
a.
Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika
itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilangnya kantuknya.
b.
Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya
ingatan.
c.
Mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
Kekurangan:[14]
a.
Siswa merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani,
dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab.
b.
Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa.
4)
Metode Inquiry
Metode
inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa
yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai
subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat
pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai
pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik
untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.
Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan
mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses
pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis
, dan kritis.
Kelebihan dari metode inquiry antara
lain:
a.
Dapat membentuk dan mengembangkan
konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar
ide-ide dengan lebih baik.
b.
Membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.
Mendorong siswa untuk berfikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.
Mendorong siswa untuk berpikir
intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e.
Memberi kepuasan yang bersifat
intrinsik.
f.
Situasi pembelajaran lebih
menggairahkan.
g.
Dapat mengembangkan bakat atau
kecakapan individu.
h.
Memberi kebebasan siswa untuk
belajar sendiri.
i.
Dapat memberikan waktu kepada siswa
secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto
(2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.
Jadi kekurang dari metode ini hampir sama dengan metode discovery.
5)
Metode Resitasi (Pemberian Tugas)
Salah satu metode yang
digunakan dalam pembelajaran adalah metode resitasi terstuktur. Imansyah
Aliepandie (1984; 91) dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan
Umum” mengemukakan bahwa metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang
dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mnegerjakan
sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dilakukan di rumah,
diperpustakaan, dilaboratorium dan lain sebagainya.
Kelebihan
metode resitasi sebagai berikut :
a.
Pengetahuan yang anak didik peroleh
dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.
Anak didik berkesempatan memupuk
perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri
sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan
metode resitasi sebagai berikut :
a.
Terkadang anak didik melakukan
penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.
Terkadang
tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c.
Sukar memberikan tugas yang memenuhi
perbedaan individual.
d.
Sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan
orang lain.
e.
Tidak mudah
memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
8.
Langkah-Langkah Pembelajaran
a.
Kegiatan Awal
1)
Motivasi
2)
Penjelasan singkat tentang Pengertian
Al-Quran
3)
Appersepsi
b.
Kegiatan Inti
1)
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing 4 orang
2)
Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok
3)
Mengumpulkan Nama-Nama lain dari Al-Quran.
4)
Mendiskusikan dalam kelompok tentang Nama-Nama lain dari Al-Quran.
5)
Presentasi hasil diskusi kelompok tentang dakwah Rasulullah pada periode
Makkah dan Madinah.
9.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi
hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a.
Pertanyaan lisan dikelas tentang
materi Al-Quran Kitabku.
b.
Ulangan
Harian, ujian ini dilaksanakan setelah materi pokok disampaikan.
c.
Tugas Kelompok atau Diskusi, dalam tugas ini peserta didik diberi kesempatan
untuk melakukan pengamatan tentang judul tugas yang diberikan oleh guru.
d.
Ulangan Tengah Semester.
e.
Ulangan Semester, dalam ulangan ini
dilakukan pada akhir semester dengan bentuk soal ujian pilihan ganda semua atau
campuran dan ada yang berupa essay semua.
10. Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Sumber Referensi yang digunakan dalam materi ini
diantaranya:
a. Buku
Ajar Siswa PRASASTI Quran Hadis LP Ma’arif (Semester Gasal)
b. Buku
Pelajaran Ma’arif untuk Madrasah Aliyah Al-Quran Hadis kelas X (Semester Genap)
c.
Buku Guru Al-Quran Hadist Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah Kelas 10
d.
Dan buku penunjang lainnya.
11. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Pertemuan pertama (90 menit)
a.
Pengertian
al-Qur’an
b. Nama-nama lain
al-Quran
12. Media Pembelajaran
Secara umum
media merupakan jamak dari “medium”, yang berarti peeantara atau pengantar. Ada
beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi
dan Breidle (1966: 3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat
dan bahan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televise, buku, Koran, majalah dan sebagainya.[15]
Namun demikian,
media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang
memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Menurut Gerlach secara umum
media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti TV,
radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagi sumber
belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata,
simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah ketrampilan.[16]
BAB III
ANALISIS
A.
ANALISIS KOMPREHENSIF
1. Analisis Spesifikasi (Diskriptif)
Materi Al-Qur’an merupakan materi yang digunakan di sekolah tingkat
SMA / MA / SMK, yang sangat penting, ruang lingkup dari materi ini selain dari
segi kognitif, afektif, juga mencakup psikomotorik. Selain mengembangkan
kemampuan pengetahuan pengetahuan materi Al-Qur’an Hadis ini juga mengembangkan
kemampuan kepribadian sebagai muslim yang menjalankan tugas sebagai fitrahnya.
Pada materi ini menunjukkan bahwa kegiatan yang
termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Pengembangan indikator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian,
alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar
dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan
berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu menjadikan materi ini sesuai bila digunakan
dalam pembelajaran Al-Quran Hadist Madarasah Aliyah kelas X.
2. Analisis Relevansi
Menurut Piaget, seorang remaja
termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis
mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif
mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja
ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal
atau ide-ide yang lebih penting disbanding ide lainnya, lalu remaja juga
menghubungkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang
dialami dan diamati,
tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru.[17]
Piaget mengemukakan bahwa pada masa
remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang
telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan
kognitif ini sebagai tahap operasi
formal.
Tahap formal operations adalah suatu tahap di mana seseorang telah mampu
berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang
actual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi.[18]
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya materi tentang menghayati keautentikan al-Qur’an
sebagai wahyu Allah, memahami
pengertian al-Qur’an menurut para ulama, dan menyajikan pengertian
al-Qur’an yang disampaikan para ulama sudah sesuai dengan psikologis perkembangan kognitif remaja.
Sedangkan Pada aspek relevansi antara materi
yang diajarkan dengan realita masih belum
terpenuhi karena belum ada. Materi yang diajarkan belum ada relevansi dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Seharusnya ada keterkaitan antara materi pelajaran
yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari, agar hal itu dapat membekas
diingatan siswa dan berpengaruh pada sikap siswa dalam keseharian. Seperti halnya materi menunjukkan
sikap yang berpegang teguh untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an. Jika materi tersebut diajrakan dengan realitas yang
sesungguhnya maka akan membekas pada peserta didik.
3. Analisis Efesien
dan Efektifitas
Komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk
komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru
dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa
yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya
skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan
tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan
psikomotorik belum dimunculkan. Proses pembelajaran dapat
berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru profesional dan
dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah
guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta
memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai
pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan bahwa pembelajaran
yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas
guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab
itu dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan
harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.
Analisis efesien dalam materi
al-Quran Hadist kelas 10 sudah mencapai hasil yang maksimal jika di gunakan
dalam proses pembelajaran karena seorang siswa sangat diperlukan pengetahuan
tentang al-Quran sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.
4. Analisis Inovatif dan Pengembangan
Siswa mampu
mengembangkan materi yang sudah disampaikan dengan baik dan mengetahui bagamana
mengamalkan ajaran yang terkandung dari al-Quran dengan baik. Guru bisa
mengarahkan peserta didiknya untuk memahami dengan baik tentang pelajaran
al-Quran Hadist, dan guru juga bisa member tauladan yang baik, karena itu
merupakan pembelajaran yang baik. Guru juga tidak hanya member pengetahuan
kognitif saja, tetapi juga pengetahuan afektif dan psikomotorik. Jika seorang
peserta didik hanya mengetahui pengetahuan kognitif saja, maka di hanya
mengetahui teori tapi tidak bisa mempraktekan apa yang dia ketahui.
Pada ranah kognitif sendiri memiliki enam tingkatan yaitu tingkat
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan tingkat
evaluasi. Melihat banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka
tidak semua diterapkan dalam tujuan pembelajaran Al-Quran Hadist
pada umumnya. Jika melihat pada pelaksanaannya, maka sebenarnya ranah kognitif
yang paling dominan dikembangkan adalah pada tingkatan pengetahuan
dan pemahaman. Sedangkan untuk tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Pada
pelajaran Al-Quran Hadist kelas X juga cenderung kurang memperhatikan aspek afektif
siswa, Kawasan afektif mencakup beberapa tingkatan yaitu tingkatan
menerima, menilai, organisasi, dan tingkat karakteristik. Sedangkan
ranah psikomotorik mencakup gerakan seluruh badan, gerakan
terkoordinasi, komunikasi dan kemampuan berbicara hal ini
karena materi yang ada kurang mendukung untuk perkembangan ranah afektif siswa. Untuk
ranah afektif tidak secara penuh dimasukkan dalam rumusan tujuan pembelajaran Al-Quran
Hadist namun guru tetap melakukan
penilaian afektif siswa melalui pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran.
B. ANALISI SWOT
Analisis
SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam
organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu
rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun
tujuan jangkan panjang. Namun, pada kesempatan kali ini
analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata pelajaran Al-Quran Hadist di
Madrasah Aliyah Kelas X. Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah
bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu
gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai
sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya
masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa
ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang
ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah
alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan
yang sedang dihadapi.
1. Strength (kekuatan).
Faktor-faktor
kekuatan dalam mata pelajaran Al-Quran
Hadist Kelas X
meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada
nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran tersebut. Hal-hal yang menjadi
kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a.
Membentuk perilaku umat yang sesuai dengan Al-Quran. Karena dalam materi
pelajaran Al-Quran Hadist peserta didik akan mendapatkan pelajaran yang
berkaitan perilaku sesuai dengan Al-Quran.
b.
Siswa dapat mampu berpikir secara kritis mengenai pengertian Al-Quran serta
dapat menghayati secara mendalam apa itu Al-Quran. Karena Al-Quran merupakan
pedoman umat Islam.
c.
Pelajaran Al-Quran Hadist akan memberikan contoh teladan dan karakter dari
seorang peserta didik. Karena perilaku yang baik dan pedoman yang baik adalah
bersumber dari Al-Quran Hadist.
d.
Dalam buku materi Al-Quran Hadist kelas X Kurikulum 2013, komponen materi
disusun secara detai dan terperinci, serta disertai gambar atu skema (peta konsep)
yang bisa menarik peserta didik dan bisa memudahkan dalam pembelajaran.
2.
Weakness (kelemahan)
a.
Kurangnya dan Lemahnya
tenaga pengajar yang professional serta lemahnya sumber
daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.
b.
Lembaga pendidikan
swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya
puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
c.
Materi Al-Quran Hadist dalam implementasinya juga lebih
didominasi oleh tujuan pada aspek kognitif bukan afektif apalagi sampai pada
tingkat psikomotorik yang sering kali terabaikan karena sempit atau sedikitnya
waktu pelajaran yang ada dan kurang tepatnya seorang guru dalam memilih metode
pembelajaran.
d.
Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran
serta orang tua peserta didik.
3.
Opportunities (peluang)
a.
Memberi pengetahuan tentang al-Quran, sehingga peserta didik dapat
mengamalkan ajaran yang sesuai dengan al-Quran dan menunjukkan sikap yang
sesuai dengan al-Quran.
b.
Memberi peluang pada peserta didik untuk menjadi pribadi yang bertaqwa dan
menjadi orang yang selalu berpegang teguh pada ajaran al-Quran dan Hadist.
4.
Threats (ancaman dan hambatan)
a.
Antara harapan dan kenyataan memang kurang terpenuhi, karena pendidik
kurang memperhatikan peluang dan hanya menggunakan metode yang kurang tepat
sehingga berakibat pada peserta didik yang kurang bisa menyikapi realitas
kehidupan yang sebenarnya.
b.
Penggunaan metode yang tidak tepat menyebabkan kejenuhan pada peserta
didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Buku
Ajar Siswa PRASASTI Quran Hadis LP Ma’arif (Semester Gasal)
Ø Buku
Pelajaran Ma’arif untuk Madrasah Aliyah Al-Quran Hadis kelas X (Semester Genap)
Ø
Fatah, Nanang. 2006. Landasan
Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya:Bandung
Ø
Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Remaja
Rosdakarya:Bandung
Ø
http//:muktialistkipnganjuk.blogspot.com/metode-tanya-jawab.html(Diakses:31
Mei 2016,7:03 AM)
Ø
Jahja, Yurdrik. 2011. Psikologi
Perkembangan. Jakarta:Kencana
Ø
Sanjaya, Wina. 2012.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta:
Kencana
[3] Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2012), cet ke 12, hlm 225.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar