Selasa, 21 Juni 2016

MAKALAH TELA'AH INDIVIDU (LIYANALUL MAGHFIROH)

MAKALAH
“MATERI PAI III AL-QURAN HADIST KELAS 10”
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Telaah Materi PAI III”
Oleh Dosen Pengampu Bapak Abdurrozaq Assowy, Drs.


Disusun Oleh:
Liyanalul Maghfiroh
(141310003167)

 

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ‘ULAMA (UNISNU)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
KELAS A2 SEMESTER IV 2015/2016
Jln Taman Siswa No 9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode Pos 59427, Telepon./Fax (0291)593132




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahnya rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di gunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan  dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangannya karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jepara, 30 Mei 2016


Penyusun





BAB II
PEMBAHASAN
A.    DISKRIPSI KURIKULUM
Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut dan evaluasi yang perlu pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengambangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.[1]
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal seperti: konsep, prinsip kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilan. Dengan kata lain perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Demikian pula individu jangan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sesamanya.[2]
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pasal 36 bahwasanya Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, maka pemerintah telah beberapa kali mengadakan perubahan kurikulum misalnya  kurikulum 1974, 1984, 1994, 2004 yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sampai yang terakhir ini Kurikulum 2006 dengan sebutan Kurikulum Tingkat  Satuan Pendidikan (KTSP). Dimana dalam KTSP pemerintah memberikan keleluasaan


kepada Lembaga Pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan karakter dan potensi daerah masing-masing. Dalam rangka otonomi penddidikan tersebut pemerintah tetap memberi acuan Standar nasional Pendidikan yang meliputi : Standar isi; Standar proses, Standar kompetensi lulusan ,Standar pendidikan dan tenaga kependidikan, Standar sarana dan prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, Standar penilaian pendidikan. Hal tersebut wujud tanggung jawab pemerintah dalam memajukan pendidikan Nasional.
1.      Identitas Materi
Materi Alquran Hadist merupakan salah satu materi pada pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan peserta didik untuk menghaflkan, membaca, mengetahui, memahami, mengenal, dan menghayati, mengamalkan materi al-Quran Hadist yang menjadi pedoman dan kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui bimbingan, pengajaran, pengarahan dan latihan pembiasaan yang dilakukan oleh peserta didik. Karateristik materi ini meliputi menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang terdapat dalam al-Quran, mengenal pengertian al-quran serta mengamalkan perilaku yang sesuai dengan ajaran al-Quran.
2.      Kompetensi Inti:
1.      Mengahyati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghayati  dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakonigtif, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.      Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara afektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
3.      Kompetensi Dasar:
1.1  Menghayati keautentikan al-Qur’an sebagai wahyu Allah.
2.1  Menunjukkan sikap yang berpegang teguh untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an.
3.1  Memahami pengertian al-Qur’an menurut para ulama.
4.1 Menyajikan pengertian al-Qur’an yang disampaikan para ulama.
4.      Tujuan dan orientasi Pembelajaran:
Setelah melakukan pengamatan, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasidan mengkomunikasi diharapkan:
1.      Peserta didik dapat menjelaskan pengertian al-Qur’an menurut paraahli tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan gurudengan benar.
2.      Peserta didik dapat menjelaskan nama-nama al-Qur’andengan benar.
3.      Peserta didik dapat menunjukkan perilaku orang yang berpegang teguhkepada al-Qur’an.
5.      Materi Pokok Pembelajaran
a.       Pengertian al-Qur’an
Kata Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il),  قرأartinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/tasrif  (قرأ-يقرأ-قرأنا). Dari tasrif tersebut, kata -قرأناartinya bacaan yang bermakna isim maf’ul (مقروء) artinya yang dibaca. Karena al-Quran itu dibaca makadinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan untuk kitabsuci yang diturunkan Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw.
Ditinjau dari pengertian secara terminologi, para ulama’ berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-Qur’an:
a)      Syeikh Muhammad Khuiari Beik. Dalam kitab Tarikh at-Tasyri’ al-Islami,menerangkan bahwa definisi al-Qur’an sebagai berikut:
القرأن هو اللفظ العربي المنزل على محمد للتدبر والتذكر المنقول متواترا وهو ما بين
 دفتين المبدوء بسورة الفاتحة والمختوم بسورة الناس
Artinya:
al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah) yang berbahasa Arab, yang diturunkankepada Muhammad Saw, untuk dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikandengan cara mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulaidengan surat al-Fwtihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.
b)      Subhi ash-Salih
Subhi ash salih mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut :
القرأن هو الكتاب المعجز المنزل على النبي صلى الله عليه وسلم المكتوب في المصاحف المنقول عليه
 بالتواتر المتعبد بتلاوة
Artinya:
al-Qur’an adalah kitab (Allah) yang mengandung mu’jizat, yang diturunkankepada Nabi Muhammad Saw, yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang disampaikansecara mutawatir, dan bernilai ibadah membacanya.
c)      Syeikh Muhammad Abduh
Sedangkan Syeikh Muhammad Abduh mendefinisikan al-Qur’an denganpengertian sebagai berikut :
الكتاب هو القرأن المكتوب في المصاحف المحفوظ في صدور من عنى بحفظه
 من المسلمين
Artinya:
Kitab (al-Qur’an) adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang terpelihara di dalam dada orang yang menjaga(nya) dengan menghafalnya (yakni) orang-orang Islam.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa unsur dalampengertian al-Qur’an sebagai berikut:
a)      Al-Qur’an adalah firman atau kalam Allah Swt.
b)      Al-Qur’an terdiri dari lafaz berbahasa Arab.
c)      Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
d)     Al-Qur’an merupakan kitab Allah Swt., yang mengandung mu’jizat bagi Nabi Muhammad Saw, yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril.
e)       Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawatir.
f)        Al-Qur’an merupakan bacaan mulia dan membacanya merupakan ibadah.
g)      Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf, yang diawali dengan surahal-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.
h)       Al-Qur’an senantiasa terjaga/terpelihara kemurniannya denganadanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafal Al-Quran.
b.      Nama-nama al-Qur’an
Nama al-Qur’an bukanlah satu-satunya nama yang diberikan Allah Swt. Terhadap kitab suci yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. Menurut Az-Zarkasyi dan As-Suyuti dalam kitab al-Itqwn menyebutkan bahwaal-Qur’an mempunyai 55 nama. Bahkan dalam Ensiklopedi Islam untukPelajar, disebutkan ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an. Namun, jika diperhatikan dan dicermati lebih lanjut berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an secara redaksional, maka akan didapatkan beberapa nama saja, yang lainnyabukanlah nama melainkan hanya sifat, fungsi atau indikator al-Qur’an. Beberapanama al-Qur’an tersebut adalah:
a)      al-Qur’an(القرأن)
Al-Qur’an merupakan nama yang paling populer dan paling sering dilekatkan pada kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, al-Qur’an artinya bacaan atauyang dibaca. Adapun beberapa ayat yang di dalamnya terdapat istilah al-Qur’an adalah sebagai berikut:
ãöky­tb$ŸÒtBuüÏ%©!$#tAÌRé&ÏmŠÏùãb#uäöà)ø9$#WèdĨ$¨Y=Ïj9;M»oYÉit/urz`ÏiB3yßgø9$#Èb$s%öàÿø9$#ur4
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagaipetunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjukitu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). …..” (QS. al-Baqarah[2]: 185)
b)      Al-Kitab (الكتاب)
Al-Qur’an sering disebut sebagai Kitabullah artinya kitab suci Allah. Al-Kitab juga bisa diartikan yang ditulis. Sedangkan ayat al-Qur’an yang didalamnya terdapat kata al-Kitab sebagai nama bagi al-Qur’an yaitu :
y7Ï9ºsŒÜ=»tGÅ6ø9$#Ÿw|=÷ƒu¡ÏmÏù¡Wèdz`ŠÉ)­FßJù=Ïj9ÇËÈ
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi merekayang bertakwa” (al-Baqarah [2]: 2)
tA¨tRšøn=tã|=»tGÅ3ø9$#Èd,ysø9$$Î/$]%Ïd|ÁãB$yJÏj9tû÷üt/Ïm÷ƒytƒtAtRr&ursp1uöq­G9$#Ÿ@ÅgUM}$#urÇÌÈ
“Dia menurunkan Kitab (al-Qur›an) kepadamu (Muhammad) yangmengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS.Ali ‹Imran [3]: 3)
c)      Al-Furqan (الفرقان)
Al-Furqan artinya pembeda, maksudnya yang membedakan antara yanghaq dan yang batil. Al-Furqan merupakan salah satu nama al-Qur’an,sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Furqan [25]: 1
x8u$t6s?Ï%©!$#tA¨tRtb$s%öàÿø9$#4n?tã¾ÍnÏö6tãtbqä3uÏ9šúüÏJn=»yèù=Ï9#·ƒÉtRÇÊÈ
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqân (al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruhalam (jin dan manusia).” (QS. al-Furqan [25]: 1)
d)      Adz- Zikr (الذكر)
Adz-zikrberarti pemberi peringatan, maksudnya yang memberi peringatankepada manusia. Ayat yang menyebutkan Adz-zikr sebagai nama lain kitabal-Qur’an adalah :
$¯RÎ)ß`øtwU$uZø9¨tRtø.Ïe%!$#$¯RÎ)ur¼çms9tbqÝàÏÿ»ptm:ÇÒÈ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. al-Hijr [15]: 9)
e)      Al-Tanzil (التنزل)
At-Tanzilartinya yang diturunkan, maksudnya al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw, melalui perantaan malaikat Jibril As. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. At-Tanzil sebagai nama lain al-Qur’an dikemukakan oleh Dr. Shubhi as-Shalih, sebagaimana termaktub dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi :
¼çm¯RÎ)urã@ƒÍ\tGs9Éb>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÊÒËÈ
“Dan sungguh, (al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruhalam.” (QS. asy-Syu’ara [26]: 192).
6.      Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a.    Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir
1.      Pengertian strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir
Strategi pembelajararan peningkatan kemampuan berfikir (SPPKB) merupakan strategi pemebelajaran yang menempatkan kepada kemampuan berfikir siswa. Joyce dan Weil (1980) menempatkan model pembelajaran ini ke dalam bagian model pembelajaran Cognitive Growth: Increasing the Capacity to Think.[3] Model pembelajara ini bertumpu kepada pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untk pemacahan yang diajukan.
Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.[4]
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertan di atas. Pertama, SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berfikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa kemampuan berfikir.[5]
Kedua, telaahan fakta-fakta social atau pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berfikir, artinya pengembangan gagasan ide-ide didasarkan pengalaman social anaka dalam kehidupan sehari-hari dan/atau berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadapa berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anakuntuk memecahkan masalah-masalah social sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2.      Karateristik SPPKB
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, SPPKB memiliki tiga karateristik utama, yaitu sebagai berikut:[6]
a.       Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir.
b.      SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses Tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan Tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa ntuk memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri.
c.       SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau pennguasaan materi pembelajaran baru.
3.      Tahapan-tahapan pembelajaran SPPKB
Ada 6 tahapan dalam SPPKB sebagai berikut:[7]
a)      Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelas tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi peajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berfikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa dalamsetiap tahapan proses pembelajaran.
b)      Tahap pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau poko persoalan yang akan dibicarakan.
c)      Tahap konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
d)     Tahap inkuiri
Pada tahap inilah siswa belajar berfikir yang sesungguhnya, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
e)      Tahap akomodasi
Tahap ini adalah tahap pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topic atau tema pembelajaran.
f)       Tahap transfer
Tahapan ini dilakukan agar siswa mampu mentrasfer kemampuan berfikir setiap siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru.
b.   Strategi Pembelajaran Konstektual
Conextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[8]
Terdapat lima karateristi penting dalam proses pembelajaranyang menggunakan pendekatan CTL:
1)      Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge),artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2)      Pembelajaran ini dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowlodge).
3)      Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yag diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4)      Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowlodge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
5)      Meakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
7.      Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
a.       pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
b.      pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Berikut ini beberapa metode yang bisa diterapkan dalam pelajaran al-Quran Hadis, diantaranya :
1)      Metode ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok siswa.[9]
Kelebihan metode ini:[10]
a.       Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas
b.      Melalui cermah, guru dapat mengontrol keadaan kelas
c.       Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
Kekurangannya:[11]
a.       Materi yang dikuasai siswa sebagi hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasi guru.
b.      Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
c.       Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
d.      Dengan ceramah, sanga sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mngerti yang dijelaskan atau belum.
2)      Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utamanya adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambahkan dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998).
Kelebihan:
a.       Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b.      Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c.       Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan verbal dan diskusi bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Kekurangan:
a.       Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 siswa yang memiliki ketrampilan berbicara.
b.      Kadang-kadang dalam pembahasan diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c.       Memerlukan banyak waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan direncanakan.
d.      Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
3)      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.[12] Disini guru memberikan waktu untuk siswa bertanya kepada gurunya tentang materi pembelajaran.
Kelebihan:[13]
a.       Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilangnya kantuknya.
b.      Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.
c.       Mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
Kekurangan:[14]
a.       Siswa merasa takut, apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab.
b.      Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
4)      Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Kelebihan dari metode inquiry antara lain:
a.       Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
b.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.        Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.      Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e.        Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.       Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g.      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.        Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Jadi kekurang dari metode ini hampir sama dengan metode discovery.
5)      Metode Resitasi (Pemberian Tugas)
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode resitasi terstuktur. Imansyah Aliepandie (1984; 91) dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mnegerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dilakukan di rumah, diperpustakaan, dilaboratorium dan lain sebagainya.
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a.       Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.      Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a.       Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.        Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c.       Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
d.      Sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan orang lain.
e.       Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
8.      Langkah-Langkah Pembelajaran
a.       Kegiatan Awal
1)      Motivasi
2)      Penjelasan singkat tentang Pengertian Al-Quran
3)      Appersepsi
b.      Kegiatan Inti
1)      Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing 4 orang
2)      Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok
3)          Mengumpulkan Nama-Nama lain dari Al-Quran.
4)      Mendiskusikan dalam kelompok tentang Nama-Nama lain dari Al-Quran.
5)      Presentasi hasil diskusi kelompok tentang dakwah Rasulullah pada periode Makkah dan Madinah.
9.      Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a.       Pertanyaan lisan dikelas tentang materi Al-Quran Kitabku.
b.          Ulangan Harian, ujian ini dilaksanakan setelah materi pokok disampaikan.
c.        Tugas Kelompok atau Diskusi, dalam tugas ini peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan tentang judul tugas yang diberikan oleh guru.
d.       Ulangan Tengah Semester.
e.       Ulangan Semester, dalam ulangan ini dilakukan pada akhir semester dengan bentuk soal ujian pilihan ganda semua atau campuran dan ada yang berupa essay semua.
10.  Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Sumber Referensi yang digunakan dalam materi ini diantaranya:
a.       Buku Ajar Siswa PRASASTI Quran Hadis LP Ma’arif (Semester Gasal) 
b.      Buku Pelajaran Ma’arif untuk Madrasah Aliyah Al-Quran Hadis kelas X (Semester Genap)
c.       Buku Guru Al-Quran Hadist Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah Kelas 10
d.      Dan buku penunjang lainnya.
11.  Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Pertemuan pertama (90 menit)
a.       Pengertian al-Qur’an
b.      Nama-nama lain al-Quran
12.  Media Pembelajaran
Secara umum media merupakan jamak dari “medium”, yang berarti peeantara atau pengantar. Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi dan Breidle (1966: 3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise, buku, Koran, majalah dan sebagainya.[15]
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagi sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah ketrampilan.[16]


BAB III
ANALISIS
A.    ANALISIS KOMPREHENSIF
1.      Analisis Spesifikasi (Diskriptif)
Materi Al-Qur’an merupakan materi yang digunakan di sekolah tingkat SMA / MA / SMK, yang sangat penting, ruang lingkup dari materi ini selain dari segi kognitif, afektif, juga mencakup psikomotorik. Selain mengembangkan kemampuan pengetahuan pengetahuan materi Al-Qur’an Hadis ini juga mengembangkan kemampuan kepribadian sebagai muslim yang menjalankan tugas sebagai fitrahnya.
Pada materi ini menunjukkan bahwa  kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Pengembangan indikator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu menjadikan materi ini sesuai bila digunakan dalam pembelajaran Al-Quran Hadist Madarasah Aliyah kelas X.
2.      Analisis Relevansi
Menurut Piaget, seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting disbanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati,


tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.[17]
Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Tahap formal operations adalah suatu tahap di mana seseorang telah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang actual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi.[18]
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasannya materi tentang menghayati keautentikan al-Qur’an sebagai wahyu Allah, memahami pengertian al-Qur’an menurut para ulama, dan menyajikan pengertian al-Qur’an yang disampaikan para ulama sudah sesuai dengan psikologis perkembangan kognitif remaja.
Sedangkan Pada aspek relevansi antara materi yang diajarkan dengan realita masih belum terpenuhi karena belum ada. Materi yang diajarkan belum ada relevansi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Seharusnya ada keterkaitan antara materi pelajaran yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari, agar hal itu dapat membekas diingatan siswa dan berpengaruh pada sikap siswa dalam keseharian. Seperti halnya materi menunjukkan sikap yang berpegang teguh untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an. Jika materi tersebut diajrakan dengan realitas yang sesungguhnya maka akan membekas pada peserta didik.



3.      Analisis Efesien dan Efektifitas
Komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan. Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.
Analisis efesien dalam materi al-Quran Hadist kelas 10 sudah mencapai hasil yang maksimal jika di gunakan dalam proses pembelajaran karena seorang siswa sangat diperlukan pengetahuan tentang al-Quran sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.



4.      Analisis Inovatif dan Pengembangan
Siswa mampu mengembangkan materi yang sudah disampaikan dengan baik dan mengetahui bagamana mengamalkan ajaran yang terkandung dari al-Quran dengan baik. Guru bisa mengarahkan peserta didiknya untuk memahami dengan baik tentang pelajaran al-Quran Hadist, dan guru juga bisa member tauladan yang baik, karena itu merupakan pembelajaran yang baik. Guru juga tidak hanya member pengetahuan kognitif saja, tetapi juga pengetahuan afektif dan psikomotorik. Jika seorang peserta didik hanya mengetahui pengetahuan kognitif saja, maka di hanya mengetahui teori tapi tidak bisa mempraktekan apa yang dia ketahui.
Pada ranah kognitif sendiri memiliki enam tingkatan yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan tingkat evaluasi. Melihat banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua diterapkan dalam tujuan pembelajaran Al-Quran Hadist pada umumnya. Jika melihat pada pelaksanaannya, maka sebenarnya ranah kognitif yang paling dominan dikembangkan adalah pada tingkatan pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan untuk tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Pada pelajaran Al-Quran Hadist kelas X juga cenderung kurang memperhatikan aspek afektif siswa, Kawasan afektif mencakup beberapa tingkatan yaitu tingkatan menerima, menilai, organisasi, dan tingkat karakteristik. Sedangkan ranah psikomotorik mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi, komunikasi dan kemampuan berbicara hal ini karena materi yang ada kurang mendukung untuk perkembangan ranah afektif siswa. Untuk ranah afektif tidak secara penuh dimasukkan dalam rumusan tujuan pembelajaran Al-Quran Hadist  namun guru tetap melakukan penilaian afektif siswa melalui pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran. 


B.     ANALISI SWOT
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang. Namun, pada kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata pelajaran Al-Quran Hadist di Madrasah Aliyah Kelas X. Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1.      Strength (kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Al-Quran Hadist Kelas X meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran tersebut. Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a.       Membentuk perilaku umat yang sesuai dengan Al-Quran. Karena dalam materi pelajaran Al-Quran Hadist peserta didik akan mendapatkan pelajaran yang berkaitan perilaku sesuai dengan Al-Quran.
b.      Siswa dapat mampu berpikir secara kritis mengenai pengertian Al-Quran serta dapat menghayati secara mendalam apa itu Al-Quran. Karena Al-Quran merupakan pedoman umat Islam.
c.       Pelajaran Al-Quran Hadist akan memberikan contoh teladan dan karakter dari seorang peserta didik. Karena perilaku yang baik dan pedoman yang baik adalah bersumber dari Al-Quran Hadist.
d.      Dalam buku materi Al-Quran Hadist kelas X Kurikulum 2013, komponen materi disusun secara detai dan terperinci, serta disertai gambar atu skema (peta konsep) yang bisa menarik peserta didik dan bisa memudahkan dalam pembelajaran.
2.      Weakness (kelemahan)
a.        Kurangnya dan Lemahnya tenaga pengajar yang professional serta  lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.
b.      Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
c.       Materi Al-Quran Hadist dalam implementasinya juga lebih didominasi oleh tujuan pada aspek kognitif bukan afektif apalagi sampai pada tingkat psikomotorik yang sering kali terabaikan karena sempit atau sedikitnya waktu pelajaran yang ada dan kurang tepatnya seorang guru dalam memilih metode pembelajaran.
d.        Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.
3.      Opportunities (peluang)
a.       Memberi pengetahuan tentang al-Quran, sehingga peserta didik dapat mengamalkan ajaran yang sesuai dengan al-Quran dan menunjukkan sikap yang sesuai dengan al-Quran.
b.      Memberi peluang pada peserta didik untuk menjadi pribadi yang bertaqwa dan menjadi orang yang selalu berpegang teguh pada ajaran al-Quran dan Hadist.


4.      Threats (ancaman dan hambatan)
a.       Antara harapan dan kenyataan memang kurang terpenuhi, karena pendidik kurang memperhatikan peluang dan hanya menggunakan metode yang kurang tepat sehingga berakibat pada peserta didik yang kurang bisa menyikapi realitas kehidupan yang sebenarnya.
b.      Penggunaan metode yang tidak tepat menyebabkan kejenuhan pada peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA
Ø  Buku Ajar Siswa PRASASTI Quran Hadis LP Ma’arif (Semester Gasal) 
Ø  Buku Pelajaran Ma’arif untuk Madrasah Aliyah Al-Quran Hadis kelas X (Semester Genap)
Ø  Fatah, Nanang. 2006.  Landasan Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya:Bandung
Ø  Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya:Bandung
Ø  http//:muktialistkipnganjuk.blogspot.com/metode-tanya-jawab.html(Diakses:31 Mei 2016,7:03 AM)
Ø  Jahja, Yurdrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Kencana
Ø  Sanjaya, Wina.  2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta: Kencana







[1] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006), hlm. 91.
[2] Nanang Fatah, Landasan Pengembangan Kurikulum, (Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006), hlm. 5.
[3] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), cet ke 12, hlm 225.
[4] Ibid. hlm 225.
[5] Ibid. hlm 227.
[6] Ibid. hlm 231.
[7] Ibid. hlm 234-236.
[8] Ibid. hlm 255.
[9] Ibid. hlm 147.
[10] Ibid.
[11] Ibid. 148.
[12] http//:muktialistkipnganjuk.blogspot.com/metode-tanya-jawab.html(Diakses:31 Mei 2016,7:03 AM)
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] Wina Sanjaya, Op.Cit. hlm 163.
[16] Ibid. hlm 163.
[17] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Kencana,2011), hlm .231
[18] Ibid.  hlm 232.

Tidak ada komentar: