Rabu, 29 Juni 2016

MAKALAH TELAAH INDIVIDU (BACHRUL ULUM RULLY)

MAKALAH TELAAH PAI III
TUGAS INDIVIDU

Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Telaah Materi PAI III Dosen pengampuDrs. ABDURROZAQ ASSOWY.



Disusun oleh:
Bachrul Ulum Rully                (141310003151)









 


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA TAHUN 2015/2016

Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara
Kode Pos. 59427, Telp / Fax (0291) 593132


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia dan nikmat-Nya, sehingga tugas mata kuliah “Telaah Materi PAI III”yang membahas tentang “Telaah Materi Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas X” dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa sholawat beserta salam, kami haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, karena syafa’atnya yang senantiasa kita nantikan kelak di akhirat.
Kami juga mengucapkan baanyaak terima kasih atas bantuan dari rekan-rekan yang telah  berkontribusi memberikan sumbangan kritik dan pikirannya, hingga pada akhirnya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya lapoaran ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Āmīn...

Jepara, 30 Mei 2016
Penulis


Bachrul Ulum Rully









DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................... 1
BAB II MATERI
A.    Deskripsi Materi ....................................................................................... 2
B.     Strategi Dan Substansi Dakwah Khulafaur Rasyidin............................... 3
BAB III ANALISIS
A.    Analisis Materi ......................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
A.    KESIMPULAN ....................................................................................... 16
B.     SARAN .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
















BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang peradaban sebelum Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Madinah, sejarah perkembangan Islam masa Khulafaur Rosyidin, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin.
Yang Saya bahas di sini adalah Strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin. Kita sebagai mahasiswa yang menekuni bidang PAI harus dapat menyiapkan segala sesuatu mengenai proses kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi mahasiswa yang berkompeten di bidangnya dalam garis besar sebagai seorang guru. Yang harus diperhatikan sebelum melakukan proses tersebut adalah menelaah materi yang akan diajarkan, apakah itu sudah sesuai dengan kurikulum, peserta didik maupun pengajar. Tidak hanya dengan menelaah materinya saja, tapi juga menelaah kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang akan kita ajarkan kepada peserta didik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana deskripsi tentang materi SKI?
2.      Seperti apa ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah?
3.      Bagaimana analisis materi SKI di Madrasah Aliyah kelas X?

C.    Tujuan Penulisann
1.      Dapat mengetahui deskripsi tentang materi SKI.
2.      Mengetahui  ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah.
3.      Dapat  menganalisis materi SKI di Madrasah Aliyah kelas X.



BAB II
MATERI

1.         Identitas Materi
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islampada masa Rasulullah SAW hingga perkembang peradaban Islam pada masa Khulafaur Rosyidin dan seterusnya.
2.      Standar Kompetensi/Kompetensi Inti
§  Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
§  Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, ressponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian darisolusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
§  Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan kenegaraan dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.      Kompetensi Dasar
§  Memahami Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.
4.      Indikator
§  Mengidentifikasi substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW Pada periode Mekkah.
5.    Tujuan dan Orientasi
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan untuk:
§  Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
§  Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan  sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
§  Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
§  Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
§  Mengembangkan  kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

STRATEGI DAN SUBSTANSIDAKWAH KHULAFAUR RASYIDIN

1.      Kebijakan dan Strategi Abu Bakar as Shiddiq
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun  (632 – 634 M), maka mempunyai beberapa kebijakan dan strategi ketika memimpin negara yaitu :

A.    Pembukuan Al-Qur’an
Perang Riddah menimbulkan banyak kurban, termasuk sebagaian para penghafal Al-Qur’an. Kenyataan ini sangat merugikan sekaligus menghawartirkan  Jika semakin banyak penghafal  Al-Qur’an gugur, akibatnya Al-Qur’an bisa hilang. Menyadari hal ini, Umur bin Khatab mencatat semua hafalan Al-Qur’an pada para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al-Qur’an dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Abu Bakar ragu, apakah harus menerima usulan Umar bin Khatab ataukah menolaknya ? Ia ragu sebab Nabi belum pernah melakukannya. Namun, Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan Al-Qur’an akan sangat bermanfaat bagi keutuhan Al-Qur’an sendiri. Akhirnya, Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Qur’an. Zaid ditunjuk karena ia pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al-Qur’an. Zaid bin  Tsabit dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik.

B.     Perluasan wilayah baru (Futuhat)
Keberhasilan dalam perang Riddah, ancaman dari dalam Jazirah Arab, dapat dikatakan teratasi. Namun ancaman dari luar sedang bergerak.
Kekuasaan yang dijalankan pada masa Kholifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral. Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu  mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha mewujudkan keinginan tersebut dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan Islam ke daerah Syiria. Untuk keperluan tersebut Abu Bakar menugaskan 4 orang panglima perang, yaitu :
1)      Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus.
2)      Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya.
3)      Amru bin Ash ditugaskan di Palestina.
4)      Surahbil bin Hasanah ditugaskan di Yordania.
Ketika itu Syiria berada di bawah kekuasaan Romawi pimpinan Kaisar Heraklius sebenarnya pengembangan Islam ke Syiria ini telah dimulai sejak Nabi akan wafat, di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Namun terhenti karena pasukan Islam mendengar berita tentang wafatnya nabi Muhammad Saw..kemudian ini dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar. Usaha perluasan ini dipimpin oleh 4 orang panglima dan diperkuat lagi dengan datngnya pasukan Khalid ibnu Walid yang berjumlah lebih kurang 1500 orang, juga mendapat bantuan dari Mutsanna ibnu Haritsah. Khalid ibnu Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah di Irak dan Persia. Karena Abu Bakar mendengar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam menghadapi pasukan Romawi Timur di Syiria, lalu Khalid diperintahkan untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.
Pada waktu berlangsungnya perang melawan tentara Romawi Timur ini, datang sebuah berita tentang wafatnya Abu Bakar (13 H/634 M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu Bakar adalah Umar ibnu Khatab.

2.      Kebijakan dan Strategi Umar bin Khattab
A.    Pengembangan Wilayah Islam
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, usaha pengembangan Wilayah Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya. Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan. Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18 H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab.
Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa dan pengembangan wilayah Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi Waqas. Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M. Madain tahun 18 H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan kekuasaan Islam ke Mesir. Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang mengalami penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan bantuan dari orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah Umar bin Khatab memberankatkan pasukannya yang berjumlah 4000 orang menuju Masir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma, bilbis, tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng babil dan Iskandariyah.

B.     Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia menjabat khalifah adalah  menertibkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang. Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.

C.    Membagi Wilayah Pemerintahan
Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah.
D.    Membentuk beberapa dewan
Selain itu, Khalifah Umar bin Khatab juga membentuk beberapa dewan,  di antarannya  Dewan Perbendaharaan Negara, dan Dewan Militer. Ia juga membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang terkenal pada waktu itu adalah Ali bin Abu Thalib.

3.      Kebijakan dan Strategi Usman bin Affan

A.    Perluasan Wilayah
Pada masa khalifah Usman terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan Persia. Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan daerah kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunnya armada laut. Satu persatu daerah di seberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah Asia Kecil, pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia.
Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan Islam di luar kota Madinah, khalifah Usman bin Affan telah melakukan pengamanan terhadap para pemberontak yang melakukan maka di daerah Azerbaijan dan Rai, karena mereka enggan membayar pajak, begitu juga di Iskandariyah dan di Persia.

B.     Standarisasi Al-Qur’an
Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal secara baca Al-Qur’an (qiraat). Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan beragam cara baca. Karena perselisihan ini, hampir saja terjadi perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh Hudzaifah al Yamani kepada Khalifah Usman. Menanggapai laporan tersebut, Khalifah Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an. Cara baca inilah yang akhirnya secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
Dalam menyusun cara baca Al-Qur’an resmi ini, Khalifah Usman melakukannya berdasarkan cara baca yang dipakai dalam Al-Qur’an yang disusun leh Abu Bakar. Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam, Yaman, Kufah, Basrah dan Mekkah. Satu mushaf disimpan di Madinah.Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Usmani. Khalifah Usman mengharuskan umat Islam menggunakan Al-Qur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf Al-Qur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar.
C.    Pengangkatan Pejabat Negara
 Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdir dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibnu Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting. Usman laksana boneka dihadapan kerabatnya tersebut. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.

D.    Pembangunan Fisik
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masa Usman tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.  

4.      Kebijakan dan Strategi Ali bin Abi Thalib.


A.    Penggantian pejabat lama dengan yang baru
Khalifah Ali bin Abu Thalib memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi dikarenakan keteledoran mereka.

B.     Penarikan Kembali Tanah Hadiah
Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasl pendapatannya kepada negara., dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan oleh Umar bin Khatab.

C.    Mengadapi Para Pemberontak
Setelah kebijakan  tersebut diterapkan, Ali bin Abu Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun terjadi. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Perang Unta), karena Aisyah dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijasanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus yaitu Muawiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah di Siffin. Pertempuran tersebut dikenal dengan nama perang Sif¿n. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tetapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga yaitu al Khawarij, artinya orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya di ujung masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syi’ah (pengikut) Ali dan al Khawarij  atau orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Keadaan Iini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin melemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah satu anggota kelompok Khawarij yakni Ibnu Muljam.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putranya yang bernama Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun karena Hasan ternyata lemah, sementara Muawiyah kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjajian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan ini dikenal dalam sejarah sebagai tahun Amul Jamaah. Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan Khulafaur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.










BAB III
ANALISIS

A.      Analisis SWOT Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islamdi Madrasah Aliyah Kelas X
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.Namun,pada kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X. Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1.    Strength (kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran tersebut. Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a.       Membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
b.      Siswa mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan tentang perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang.
c.       Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang meyakininya dan merupakan sumber syariah yang besar.
d.      Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasulullah SAW.
e.       Pada materi SKI di dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013, komponen materi disusun sangat runtut, detail dan disertakan pula potret gambaran tempat-tempat bersejarah yang berhubungan dengan materi yang disampaikan, sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku pelajaran tersebut. Dan disertakan sebuah bagan atau skema (peta konsep) yang bisa memudahkan pemahan siswa.
f.       Dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh siswa dan penjelasan yang sederhana menjadikan siswa tidak merasa kebingungan apabila ingin mempelajari sendiri di rumah.
g.      Di dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 dilengkapi dengan glosarium dan hal tersebut akan membantu siswa ketika menemukan pengertian dari sebuah istilah atau kalimat yang sulit dipahami.
h.      Lembar evaluasi siswa yang lengkap, di dalamnya terdapat lembar mari berdiskusi, latihan menalar dan menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada lembar mari bercerita, terdapat pula lembar mari merenung sejenak yang dimaksudkan agar siswa mampu mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang terdapat dalam materi pelajaran, terdapat pula lembar mari merefleksikan diri, yang artinya siswa dituntut mampu mengambil ibrah dan juga mampu menerapkanya pada kehidupan sehari-hari. Dan terdapat lembar mari berlatih yang bertujuan untuk mengasah pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
i.        Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi dalam segi kelebihan atau keunggulan, antara lain sebagai berikut:
§  Fungsi edukatif
Melalui sejarah peserta didik ditanamkan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
§  Fungsi keilmuan
Peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islamdan kebudayaannya.
§  Fungsi transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat.
2.    Weaknesses (kelemahan).
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan prasarana atau sumber daya pendidik dan isi dalam materi pembelajaran, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, hal-hal tersebut meliputi:
a.       Materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi oleh tujuan pada aspek kognitif bukan afektif apalagi sampai pada tingkat psikomotorik yang sering kali terabaikan karena sempit atau sedikitnya waktu pelajaran yang ada dan kurang tepatnya seorang guru dalam memilih metode pembelajaran.
b.      Kurangnya dan Lemahnya tenaga pengajar yang professional dalam bidang pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.
c.       Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d.      Muatan materi yang sangat banyak karena untuk menjelaskan secara detail terhadap suatu peristiwa jutru mengakibatkan kesulitan belajar yaitu sulit untuk mengingat pelajaran yang diberikan.
e.       Kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-­nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari, Memang tidak mebebankan seluruh tanggung jawab atas munculnya kesenjangan tersebut kepada pelajaran SKI di Madrasah, sebab SKI di Madrasah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
f.       Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.
3.    Opportunities (Peluang).
Peluang adalah suatu kondisi keadaan atau lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Hal-hal yang menjadi peluang dalam pembelajaran SKI di Madrasah aliyah kelas X tersebut meliputi:
a.       Memberi peluang peserta didik untuk menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.
b.      Memberi ibrah pelajaran sejarah dan kebudayaan Islam, sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.
c.       Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategis bagi pentingnya meningkatkan pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4.    Threats (ancaman atau hambatan).
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor laiannya yang tidak menguntungkan bagi sebuah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh faktor yang menjadi ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain. Hal-hal yang menjadi ancaman dalam pembelajaran SKI meliputi:
a.       Kurangnya waktu atau waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting sering kali tidak dapat disampaikan secara maksimal, oleh karena itu waktu yang disediakan heendaaknya bisa lebih panjang. Karena pelajaran SKI menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.
b.      Antara harapan dan kenyataan SKI di MA kelas X memang kurang ideal karena kebanyakan para pendidik menggunakan metode ceramah dan hafalan yang berakibat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya terbatas.
c.       Sedikitnya guru profesional yang benar-benar mendalami materi SKI atau ketidak sesuaian materi yang diajarkan dengan keilmuan yang dipelajari sewaktu menempuh program sarjana. Hal ini merupakan kelemhan dan sekaligus ancaman terhadap materi pelajaran Sejaraah kebudayaan Islam (SKI).
d.      Penggunaan metode yang tidak efektif dan efisien yang menimbulkan kejenuhan belajar pada siswa.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demikian uraian analisis dari silabus mata pelajaran SKI yang ditampilkan. dan sebagai perbandingan dibawah ini akan ditampilkan silabus yang telah disusun kembali.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian ummat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi mana yang perlu dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu dikembangkan. Keteladan dari tokoh-tokoh / pelaku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada generasi muda, disamping nilai informasi sejarah penting lainnya.
B.     Saran
Demikian makalah telaah SKI Madrasah Aliyah kelas X dari saya, semoga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita semua. Karena kritik dan saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan intropeksi. Sehingga di masa yang mendatang, saya dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan, sekian dan terima kasih.










DAFTAR PUSTAKA

§  Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 (Khusus Siswa).
§  Silabus dan RPP Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013.

Tidak ada komentar: