MAKALAH
TELAAH PAI III
TUGAS INDIVIDU
Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Telaah Materi PAI III Dosen pengampuDrs. ABDURROZAQ ASSOWY.
Disusun oleh:
Bachrul Ulum Rully (141310003151)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA
TAHUN 2015/2016
Jln. Taman Siswa (Pekeng) No. 9 Tahunan Jepara
Kode Pos. 59427, Telp / Fax (0291) 593132
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia dan
nikmat-Nya, sehingga tugas mata kuliah “Telaah Materi PAI III”yang membahas tentang
“Telaah Materi Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas X” dapat
tersusun dengan baik. Tidak lupa sholawat beserta salam, kami haturkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW, karena syafa’atnya yang senantiasa kita nantikan
kelak di akhirat.
Kami juga mengucapkan
baanyaak terima kasih atas bantuan dari rekan-rekan yang telah berkontribusi memberikan sumbangan kritik dan
pikirannya, hingga pada akhirnya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari
makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari
bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami
sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
lapoaran ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini,
sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Āmīn...
Jepara, 30 Mei 2016
Penulis
Bachrul Ulum Rully
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ......................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah .................................................................................... 1
BAB II MATERI
A.
Deskripsi
Materi ....................................................................................... 2
B.
Strategi
Dan Substansi Dakwah Khulafaur Rasyidin............................... 3
BAB III ANALISIS
A.
Analisis
Materi ......................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
A.
KESIMPULAN
....................................................................................... 16
B.
SARAN .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah
merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang peradaban sebelum
Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah, perkembangan
dakwah Nabi Muhammad SAW periode Madinah, sejarah perkembangan Islam masa
Khulafaur Rosyidin, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin.
Yang Saya bahas di sini adalah Strategi
dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin. Kita sebagai mahasiswa yang
menekuni bidang PAI harus dapat menyiapkan segala sesuatu mengenai proses
kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi mahasiswa yang berkompeten di
bidangnya dalam garis besar sebagai seorang guru. Yang harus diperhatikan
sebelum melakukan proses tersebut adalah menelaah materi yang akan diajarkan,
apakah itu sudah sesuai dengan kurikulum, peserta didik maupun pengajar. Tidak
hanya dengan menelaah materinya saja, tapi juga menelaah kompetensi inti (KI)
dan kompetensi dasar (KD) yang akan kita ajarkan kepada peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi tentang materi SKI?
2. Seperti apa ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah
Aliyah?
3. Bagaimana analisis materi SKI di Madrasah Aliyah
kelas X?
C. Tujuan Penulisann
1. Dapat mengetahui deskripsi tentang materi SKI.
2. Mengetahui
ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah.
3. Dapat
menganalisis materi SKI di Madrasah Aliyah kelas X.
BAB II
MATERI
1.
Identitas Materi
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bagian
mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman
dan pembiasaan. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MA merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul,
perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islampada masa Rasulullah SAW hingga
perkembang peradaban Islam pada masa Khulafaur Rosyidin dan seterusnya.
2. Standar
Kompetensi/Kompetensi Inti
§ Menerima
dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
§ Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai) santun, ressponsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian darisolusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
§ Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan kenegaraan dan
peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
3. Kompetensi
Dasar
§ Memahami
Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.
4. Indikator
§ Mengidentifikasi substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW Pada
periode Mekkah.
5. Tujuan
dan Orientasi
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Aliyah bertujuan untuk:
§ Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW
dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
§ Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang
merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
§ Melatih
daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan
didasarkan pada pendekatan ilmiah.
§ Menumbuhkan
apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam
sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
§ Mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni,
dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
STRATEGI
DAN SUBSTANSIDAKWAH KHULAFAUR RASYIDIN
1. Kebijakan
dan Strategi Abu Bakar as Shiddiq
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun (632 – 634 M), maka mempunyai beberapa
kebijakan dan strategi ketika memimpin negara yaitu :
A.
Pembukuan Al-Qur’an
Perang Riddah menimbulkan banyak kurban,
termasuk sebagaian para penghafal Al-Qur’an. Kenyataan ini sangat merugikan
sekaligus menghawartirkan Jika semakin
banyak penghafal Al-Qur’an gugur,
akibatnya Al-Qur’an bisa hilang. Menyadari hal ini, Umur bin Khatab mencatat
semua hafalan Al-Qur’an pada para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian,
Al-Qur’an dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Abu Bakar ragu, apakah harus menerima usulan
Umar bin Khatab ataukah menolaknya ? Ia ragu sebab Nabi belum pernah
melakukannya. Namun, Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan
Al-Qur’an akan sangat bermanfaat bagi keutuhan Al-Qur’an sendiri. Akhirnya, Abu
Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Qur’an. Zaid
ditunjuk karena ia pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat
Al-Qur’an. Zaid bin Tsabit dapat
melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
B.
Perluasan wilayah baru (Futuhat)
Keberhasilan dalam perang Riddah, ancaman dari
dalam Jazirah Arab, dapat dikatakan teratasi. Namun ancaman dari luar sedang
bergerak.
Kekuasaan yang dijalankan pada masa Kholifah
Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral. Kekuasaan
legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun
demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya
bermusyawarah.
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah
pertama, ia berusaha mewujudkan keinginan tersebut dalam upaya memperluas
wilayah kekuasaan Islam ke daerah Syiria. Untuk keperluan tersebut Abu Bakar
menugaskan 4 orang panglima perang, yaitu :
1) Yazid
bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus.
2) Abu
Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya.
3) Amru bin
Ash ditugaskan di Palestina.
4) Surahbil
bin Hasanah ditugaskan di Yordania.
Ketika itu Syiria berada di bawah kekuasaan
Romawi pimpinan Kaisar Heraklius sebenarnya pengembangan Islam ke Syiria ini
telah dimulai sejak Nabi akan wafat, di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Namun
terhenti karena pasukan Islam mendengar berita tentang wafatnya nabi Muhammad
Saw..kemudian ini dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar. Usaha
perluasan ini dipimpin oleh 4 orang panglima dan diperkuat lagi dengan datngnya
pasukan Khalid ibnu Walid yang berjumlah lebih kurang 1500 orang, juga mendapat
bantuan dari Mutsanna ibnu Haritsah. Khalid ibnu Walid sebelumnya telah
berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah di Irak dan Persia. Karena Abu
Bakar mendengar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam menghadapi pasukan Romawi
Timur di Syiria, lalu Khalid diperintahkan untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.
Pada waktu berlangsungnya perang melawan
tentara Romawi Timur ini, datang sebuah berita tentang wafatnya Abu Bakar (13
H/634 M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu Bakar adalah Umar ibnu
Khatab.
2.
Kebijakan
dan Strategi Umar bin Khattab
A.
Pengembangan Wilayah Islam
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, usaha
pengembangan Wilayah Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk
pada masa Abu Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya.
Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan.
Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa,
Gizar, Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada
tahun 18 H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab.
Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa
dan pengembangan wilayah Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah
Abu Bakar. Pasukan Islam yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan
panglima Saad bin Abi Waqas. Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut
dapat ditaklukan beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula
tahun 17 H/638 M. Madain tahun 18 H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan
kekuasaan Islam ke Mesir. Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti
(Qopti) sedang mengalami penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat
mengaharapkan bantuan dari orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan
Syiria dan Palestina, Khalifah Umar bin Khatab memberankatkan pasukannya yang
berjumlah 4000 orang menuju Masir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran
pertama adalah menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al
Farma, bilbis, tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut
benteng babil dan Iskandariyah.
B.
Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab
selama ia menjabat khalifah adalah
menertibkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang. Diadakan
kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual
beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.
C.
Membagi Wilayah Pemerintahan
Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah
menjadi beberapa daerah pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat, sedangkan di
daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di
daerah-daerah.
D.
Membentuk beberapa dewan
Selain itu, Khalifah Umar bin Khatab juga
membentuk beberapa dewan, di
antarannya Dewan Perbendaharaan Negara,
dan Dewan Militer. Ia juga membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang
terkenal pada waktu itu adalah Ali bin Abu Thalib.
3. Kebijakan dan Strategi Usman bin Affan
A.
Perluasan Wilayah
Pada masa khalifah Usman terdapat juga beberapa
upaya perluasan daerah kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha
penaklukan Persia. Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan
daerah kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunnya armada
laut. Satu persatu daerah di seberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah
Asia Kecil, pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia.
Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah
kekuasaan Islam di luar kota Madinah, khalifah Usman bin Affan telah melakukan
pengamanan terhadap para pemberontak yang melakukan maka di daerah Azerbaijan
dan Rai, karena mereka enggan membayar pajak, begitu juga di Iskandariyah dan
di Persia.
B.
Standarisasi Al-Qur’an
Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah
kaum muslimin perihal secara baca Al-Qur’an (qiraat). Perlu diketahui terlebih
dahulu bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan beragam cara baca. Karena perselisihan
ini, hampir saja terjadi perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh Hudzaifah
al Yamani kepada Khalifah Usman. Menanggapai laporan tersebut, Khalifah Usman
memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an. Cara baca inilah
yang akhirnya secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Dengan demikian,
perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
Dalam menyusun cara baca Al-Qur’an resmi ini,
Khalifah Usman melakukannya berdasarkan cara baca yang dipakai dalam Al-Qur’an
yang disusun leh Abu Bakar. Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa
salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam, Yaman, Kufah, Basrah dan Mekkah. Satu
mushaf disimpan di Madinah.Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan
nama Mushaf Usmani. Khalifah Usman mengharuskan umat Islam menggunakan
Al-Qur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf
Al-Qur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar.
C.
Pengangkatan Pejabat Negara
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12
tahun. Pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan
kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman sangat berbeda
dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat
dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35
H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdir dari orang-orang yang
kecewa itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak
kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga
dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibnu Hakam.
Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya
menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam
jabatan-jabatan penting. Usman laksana boneka dihadapan kerabatnya tersebut.
Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga
tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya
dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.
D.
Pembangunan Fisik
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada
masa Usman tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun
bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke
kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas mesjid Nabi di Madinah.
4. Kebijakan dan Strategi Ali bin Abi Thalib.
A.
Penggantian pejabat lama dengan yang baru
Khalifah Ali bin Abu Thalib memerintah hanya
enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan.
Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil.
Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat
oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi dikarenakan
keteledoran mereka.
B.
Penarikan Kembali Tanah Hadiah
Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasl pendapatannya kepada negara., dan
memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam
sebagaimana pernah diterapkan oleh Umar bin Khatab.
C.
Mengadapi Para Pemberontak
Setelah kebijakan tersebut diterapkan, Ali bin Abu Thalib
menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak
mau menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah
Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali
menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya
mau berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara damai. Namun ajakan
tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun terjadi. Perang ini
dikenal dengan nama Perang Jamal
(Perang Unta), karena Aisyah dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali
berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak
melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu,
kebijaksanaan-kebijasanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
gubernur di Damaskus yaitu Muawiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil
memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah
menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan
pasukan Muawiyah di Siffin. Pertempuran tersebut dikenal dengan nama perang Sif¿n. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tetapi tahkim
ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan
ketiga yaitu al Khawarij, artinya orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Akibatnya di ujung masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib umat Islam terpecah
menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syi’ah (pengikut) Ali dan al Khawarij atau orang-orang yang keluar dari barisan
Ali. Keadaan Iini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin melemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat.
Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah satu anggota
kelompok Khawarij yakni Ibnu Muljam.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat
oleh putranya yang bernama Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun karena
Hasan ternyata lemah, sementara Muawiyah kuat, maka Hasan membuat perjanjian
damai. Perjajian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu
kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain,
perjanjian itu juga menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam.
Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan ini dikenal dalam sejarah sebagai tahun Amul Jamaah. Dengan demikian berakhirlah
apa yang disebut dengan Khulafaur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani
Umayyah dalam sejarah politik Islam.
BAB III
ANALISIS
A. Analisis
SWOT Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islamdi Madrasah Aliyah Kelas X
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam
manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat
membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai
tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.Namun,pada
kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X. Atau definisi analisis
SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi
dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan
menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh
para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu
sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi,
dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang
bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1. Strength
(kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas X meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan
lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran
tersebut. Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a. Membentuk
watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI) generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari
perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
b. Siswa
mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu
yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan tentang perkembangan,
perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan
datang.
c. Pelajaran
sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang meyakininya dan
merupakan sumber syariah yang besar.
d. Pembelajaran
sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah
laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan
mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik, dan bertingkah laku seperti
Rasulullah SAW.
e. Pada
materi SKI di dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X
Kurikulum 2013, komponen materi disusun sangat runtut, detail dan disertakan
pula potret gambaran tempat-tempat bersejarah yang berhubungan dengan materi
yang disampaikan, sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku pelajaran
tersebut. Dan disertakan sebuah bagan atau skema (peta konsep) yang bisa
memudahkan pemahan siswa.
f. Dalam
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013
menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh siswa dan penjelasan yang
sederhana menjadikan siswa tidak merasa kebingungan apabila ingin mempelajari
sendiri di rumah.
g. Di dalam
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 dilengkapi
dengan glosarium dan hal tersebut akan membantu siswa ketika menemukan
pengertian dari sebuah istilah atau kalimat yang sulit dipahami.
h. Lembar
evaluasi siswa yang lengkap, di dalamnya terdapat lembar mari berdiskusi,
latihan menalar dan menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada lembar mari
bercerita, terdapat pula lembar mari merenung sejenak yang dimaksudkan agar
siswa mampu mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang terdapat dalam materi
pelajaran, terdapat pula lembar mari merefleksikan diri, yang artinya siswa
dituntut mampu mengambil ibrah dan juga mampu menerapkanya pada kehidupan
sehari-hari. Dan terdapat lembar mari berlatih yang bertujuan untuk mengasah
pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
i.
Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi dalam segi
kelebihan atau keunggulan, antara lain sebagai berikut:
§ Fungsi edukatif
Melalui sejarah peserta didik ditanamkan
menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
§ Fungsi keilmuan
Peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islamdan kebudayaannya.
§ Fungsi transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat.
2. Weaknesses
(kelemahan).
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu
tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga
pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan
kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga
pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan
prasarana atau sumber daya pendidik dan isi dalam materi pembelajaran, kualitas
atau kemampuan tenaga pendidik, hal-hal tersebut meliputi:
a. Materi
SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim
dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam
implementasinya juga lebih didominasi oleh
tujuan pada aspek kognitif bukan afektif apalagi sampai pada tingkat
psikomotorik yang sering kali terabaikan karena sempit atau sedikitnya waktu
pelajaran yang ada dan kurang tepatnya seorang guru dalam memilih metode
pembelajaran.
b. Kurangnya
dan Lemahnya tenaga pengajar yang professional dalam bidang pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Lalu lemahnya sumber daya
guru dalam
pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.
c. Lembaga
pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga
mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d. Muatan
materi yang sangat banyak karena untuk menjelaskan secara detail terhadap suatu
peristiwa jutru mengakibatkan kesulitan belajar yaitu sulit untuk mengingat
pelajaran yang diberikan.
e. Kurangnya
keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktekkan nilai-nilai SKI
dalam kehidupan sehari-hari, Memang tidak mebebankan seluruh tanggung jawab
atas munculnya kesenjangan tersebut kepada pelajaran SKI di Madrasah, sebab SKI di Madrasah bukanlah satu-satunya
faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta
didik.
f. Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta
rendahnya peran serta orang tua peserta didik.
3. Opportunities
(Peluang).
Peluang adalah suatu kondisi keadaan atau lingkungan
eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, Hal-hal yang menjadi peluang dalam pembelajaran SKI
di Madrasah aliyah kelas X tersebut meliputi:
a. Memberi
peluang peserta didik untuk menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat
manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan
program pendidikan.
b. Memberi
ibrah pelajaran sejarah dan kebudayaan Islam, sehingga peserta didik mampu
menginternalisasi dan tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal
perbuatan, serta dalam rangka membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat
ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.
c. Secara
historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan
merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang
sangat strategis bagi pentingnya meningkatkan pengembangan materi Sejarah
Kebudayaan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4. Threats
(ancaman atau hambatan).
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang,
ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor laiannya yang
tidak menguntungkan bagi sebuah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X.
Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang
atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri.
Contoh faktor yang menjadi ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru
yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain. Hal-hal yang
menjadi ancaman dalam pembelajaran SKI meliputi:
a. Kurangnya
waktu atau waktu yang disediakan terbatas
sedang materi begitu padat dan memang
penting sering kali tidak dapat disampaikan secara maksimal, oleh karena itu
waktu yang disediakan heendaaknya bisa lebih panjang. Karena pelajaran SKI
menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk
watak dan keperibadian yang berbeda
jauh dengan tuntutan terhadap mata
pelajaran lainnya.
b. Antara harapan dan kenyataan SKI di MA kelas X memang
kurang ideal karena kebanyakan para pendidik menggunakan metode ceramah dan hafalan
yang berakibat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya terbatas.
c. Sedikitnya
guru profesional yang benar-benar mendalami materi SKI atau ketidak sesuaian
materi yang diajarkan dengan keilmuan yang dipelajari sewaktu menempuh program
sarjana. Hal ini merupakan kelemhan dan sekaligus ancaman terhadap materi
pelajaran Sejaraah kebudayaan Islam (SKI).
d. Penggunaan
metode yang tidak efektif dan efisien yang menimbulkan kejenuhan belajar pada
siswa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian uraian analisis dari silabus mata pelajaran SKI yang
ditampilkan. dan sebagai perbandingan dibawah ini akan ditampilkan silabus yang
telah disusun kembali.
Sejarah Kebudayaan Islam
merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian
ummat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan pelajaran
yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari
proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi mana yang perlu
dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu dikembangkan. Keteladan dari
tokoh-tokoh / pelaku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada
generasi muda, disamping nilai informasi sejarah penting lainnya.
B. Saran
Demikian makalah telaah SKI Madrasah Aliyah kelas X dari saya,
semoga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita semua. Karena kritik
dan saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan intropeksi. Sehingga
di masa yang mendatang, saya dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Dan
jika ada kesalahan mohon dimaafkan, sekian dan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
§ Buku
Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 (Khusus Siswa).
§ Silabus
dan RPP Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar