MAKALAH
TELAAH SKI KELAS XII MA/SMA
SEDERAJAD
(Khulafaur rosyidin)
Guna memenuhi tugas mandiri mata
kuliah Telaah Materi PAI III
Oleh dosen pengampu : Drs. Abdurrozaq Assowy
KELOMPOK 12
Nama : Nikmatul Wahidah
Nim : 141310003149
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
SEMESTER 4
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TAHUN AJARAN 2015/2016
Jln.Taman
Siswa No9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode
Pos 59427,Telp./Fax (0291)593132
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Identitas Materi
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bagian mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA merupakan salah
satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/peradaban Islam pada masa Rasulullah SAW hingga perkembang
peradaban Islam pada masa Khulafaur Rosyidin dan seterusnya.
2.
Standar Kompetensi
· Memahami masalah kepemimpinan umat Islam pasca Nabi wafat
3.
Kompetensi Dasar
· Menceritakan model- model pemilihan kepemimpinan pada masa
Khulafaur Rasyidin
· Mendeskripsikan strategi kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
· Mengambil ibrah dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin untuk
kepentingan masa kini dan yang akan datang
4.
Indikator Pencapaian
· Menjelaskan model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah
· Menjelaskan model pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah
· Menjelaskan model pemilihan Usman bin Affan sebagai khalifah
· Menjelaskan model pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
· Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Abu Bakar
· Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
· Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan
· Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib
· Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran yang bisa
diambil dari kepemimpinan Khalifah Abu Bakar untuk kepentingan masa kini dan
yang akan datang.
· Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran yang bisa
diambil dari kepemimpinan Khalifah Umar
bin Khattab untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
· Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran
yang bisa diambil dari kepemimpinan Khalifah Usaman bin Affan untuk kepentingan
masa kini dan yang akan datang
· Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran yang bisa
diambil dari kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk kepentingan masa
kini dan yang akan datang
5.
Tujuan dan Orientasi
·
Menjelasakan
model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah,
Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
·
Mendiskusikan
model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah,
Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
·
Mempresentasikan
model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah,
Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
·
Menceritakan
model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah,
Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
·
Membuat
kesimpulan tentang model pemilihan Abu
Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah, Usman bin Affan
sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
6.
Materi Pembelajaran
a.
Materi Pokok
i.
Materi Fakta
§ Berikan arahan kepada peserta didik untuk mengamati gambar yang disediakan
pada rubrik A. Mari Mengamati.
§ Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya
pada kotak yang telah disediakan pada rubrik B. Mari Bertanya!
ii.
Materi Konsep
§ Jelaskan peta konsep secara singkat dan jelas kepada peserta
didik.
§ Ajaklah peserta didik untuk membaca materi inti pada rubrik C.
Mari Tambah Wawasan Kamu! tentang Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW.
periode Mekkah.
iii.
Materi Inti
Setelah
Rasulullah Saw wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat,
karena nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan
mengganti sebagai pimpinan umat. kemudian terpilihlah Khalifah Abu Bakar
As-Shidiq, selanjutnya setelah Abu Bakar Wafat digantikan oleh Umar bin
Khattab, setelah Umar wafat digantikan oleh Utsman bin Affan, dan setelah
Utsman Wafat yang terakhir digantikan oleh Ali bin Abi Thalib yang menimbulkan
perpecahan golongan.
BAB II
PEMBAHASAN
KHULAFAUR
ROSYIDIN
A.
Wafatnya
Rasulullah SAW
Sekitar dua bulan setengah, setelah kembalinya Rasulullah dari
menunaikan ibadah haji, Rasulullah menderita sakit. Dan hari demi hari, sakitnya
semakin bertambah parah. Setelah merasa tidak mampu menjadi imam shalat, beliau
meminta Abu Bakar untuk menggantikannya. Tepat tanggal 12 Rabiul Awwal, hari
senin, akhir beliau menghadap Allah dalam usia 63 tahun.
Berita kematian beliau sampai kepada para sahabat, dan hampir saja
mereka tak sadar dan tidak mempercayai berita tersebut, hingga akhirnya Abu
Bakar as-Shiddiq bangkit untuk menenangkan dan menjelaskan bahwa Rasulullah
hanya manusia biasa yang juga mati seperti manusia lain. Merekapun akhirnya
sadar. Acara memandikan, mengkafani, menyolati, dan memakamkan Rasulullah Saw
telah dilaksanakan. Dan setelah kematian Rasulullah, kaum muslimin mengangkat
Abu Bakar sebagai Khalifah (pemimpin) mereka yang pertama.
Masa kehidupan Rasulullah di Mekkah sebelum diangkat menjadi Rasul
selama empat puluh tahun, dan setelah menjadi Rasul selama tiga belas tahun.
Sedangkan di Madinah beliau hidup selama sepuluh tahun.
B.
Terpilihnya
Khulafaurrasyidin
Setelah Rasulullah Saw wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu
problema. Yang berat, karena nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan
apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya rasul
tersebut menjadikan umat islam dalam kebingungan. Hal ini karena mereka sama
sekali tidak siap kehilangan beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun
sebagai pembimbing yang mereka cintai.
Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari
Anshor yang berkumpul ditempat Saqifah bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa
digunakan sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan
golongan Anshor di Saqifah bani Sa’idah tersebut dipimpin oleh seorang sahabat
yang sangat dekat Rasulullah Saw, ia adalah Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka
suku Khazraj.
Pada waktu Sa’ad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan tentang
siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah ia
menyatakan bahwa kaum Anshor lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia
mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan anshor lah yang telah
banyak menolong Nabi dan kaum muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang
kafir Quraisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para sahabat
dari golongan Anshor. Pada saat beberapa tokoh muhajirin seperti Abu Bakar,
Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat Muhajirin yang lain
mengetahui pertemuan orang-orang Anshor tersebut, mereka menuju ke Saqifah bani
Sa’idah. Dan pada orang-orang muhajirin datang menemui Saqifah Bani Sa’idah,
kaum Anshar nyaris bersepakat untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah
menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut para tokoh muhajirin datang maka
mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun kaum
Muhajirin yang diwakili Abu Bakar menolaknya dengan tegas pembaiatan Saad bin
Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar bahwa jabatan Khalifah
sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasannya adalah merekalah yang
lebih dahulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan perjuangan yang berat
selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan islam dari
gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di Mekah. Dengan usulan Abu Bakar
r.a. golongan Anshar tidak dapat membantah usulannya. Kaum Anshar menyadari dan
ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Mekah
mengajak masuk islam, bukankah diantara mereka sering terlibat perang saudara
yang berlarut-larut. Dan dari segi kwalitas tentu saja para sahabat Muhajirin
adalah manusia-manusia terbaik yang pantas menggantikan kedudukan Nabi dan
menjadi Khalifah untuk memimpin kaum muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu
Bakar menunjuk dua orang muhajirin disampingnya yang dikenal sangat sangat
dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar
mengusulkan agar memilih satu diantara keduanya untuk menjadi Khalifah.
Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu
Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu
Ubaidah justru menolaknya dan keduanya justru balik menunjuk Abu Bakar. Secara
cepat dan tegas umar mengayungkan tangannya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat
tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera
diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu
Bakar kecuali Sa’ad bin Ubadah. Hal ini bersumber dari hadits Riwayat Bukhori
juz 4 hal 194.
Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum
dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu
Bakar berpidato sebagai berikut:
“saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian
sementara saya bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika saya berlaku baik,
bantulah saya. Kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta merupakan
pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasulnya. Tetapi
bila saya melanggar perintah Allah dan Rasulnya, maka gugurlah ketaatanmu
kepada saya. (Achmadi Wahid; 2008 hal 39)
Demikian proses terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai
pengganti Rasulullah. (pada pembaiatan Abu Bakar cocok sekali bila menggunakan
metode Sosiodrama, siswa memainkan peran agar lebih faham)
Lain Abu Bakar lain pula Umar bin Khattab. Pada saat khalifah Abu
Bakar merasa dekat dengan ajalnya, ia menunjuk Umar bin Khattab untuk
menggantikannya, namun sebelum menyampaikan ide dan gagasannya untuk menunjuk
Umar, Abu Bakar memanggil beberapa sahabat terkemuka seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin
Affan, Ashid bin Hudhair Al-Anshari, Said bin Ziad dan sahabat lain dari
golongan kaum Muhajirin dan Anshor untuk diminta penilaian dan pertimbangan dan
akhirnya mereka menyetujui.
Setelah Umar bin Khattab meninggal, khalifah dipegang oleh Utsman
bin Affan. Pada waktu Umar hendak mengimami shalat shubuh, tiba-tiba diserang
oleh Lu’lu’ah Fairuz dan berhasil menikam perut Umar bin Khattab namun tidak
langsung meninggal. Pada saat-saat tersebut, pemilihan terjadi paska terjadi
tragedi shubuh, Umar membentuk Dewan yang beranggotakan enam orang sahabat
yaitu Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saat bin Abi Waqash, Thalhah bin
Ubaidillah, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Dalam sidang yang alot
dan waktu yang panjang Akhirnya, Utsman yang berusia 70 tahun terpilih untuk
menggantikan Umar bin Khattab.
Setelah Utsman meninggal, dalam sebuah kerusuhan tanggal 17 Juni
656 M. Terjadilah kekosongan kekuasaan, Ali bin Abi Thalib diusulkan oleh
Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah untuk mengganti Utsman, dan pada
awalnya ali menolak, namun setelah banyaknya dukungan yang mengalir dan atas
desakan banyak sahabat akhirnya Ali menerima dan di baiat menjadi khalifah di
masjid tanggal 24 juni 656 M.
(Drs.
H. Achmadi Wahid, Mag, dkk, 2008 : 33-34)
C.
Usaha
Perluasan Islam Masa Khulafaurrasyidin
Pada masa Rasulullah Saw menyampaikan dakwah islamiyah, bangsa
Romawi dan bangsa persia selalu merespon dengan kemarahan dan hujatan, bahkan
mereka bergerak menyerang akan menghancurkan dan memusnahkan umat islam. Oleh
karena itu dalam sejarah tercatat beberapa kali terjadi peperangan antara umat
Islam dengan tentara Romawi dan Persia.
Ketika terjadi perang Tabuk pada tahun 9 H/631 M dimana kaisar
Heraclius beserta sejumlah pasuka Arab yang tunduk dibawah kekuasaannya,
berusaha melakukan konsolidasi kekuatan untuk menyerang kota Madinah, dan
berusaha menghancurka Islam. Nabi Muhammad Saw beserta para sahabatnya yang
setia berusaha menyambut pasukan musuh itu dengan kekuatan besar pulayaitu
dengan mempersiapkan sejumlah kurang lebih 300 ribu orang. Demi mendengar
berita itu, kaisar Heraclius yang semula begitu ambisi untuk membumihanguskan
kota Madinah dan memusnahkan Umat Islam, merasa gentar dan takut. Untuk itu
kemudian ia meminta perdamaian dengan Nabi Muhammad Saw, dan bersedi membayar
pajak atau Jizyah. Sebenarnya peperangan tersebut dimaksudkan untuk membalas kekalahan
kaum muslimin dalam perang Mut’ah, tetapi karena ada berita kewafatan
Rasulullah, keinginan tersebut tidak tercapai.
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha
mewujudkan keinginan tersebut dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan islam ke
daerah Syiria yang berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi Timur dibawah
pimpinan kaisar Heraclius, dengan menugaskan 4 orang panglima perang yaitu :
-
Yazid
ibn Abi Sofyan yang ditugaskan di Damaskus.
-
Abu
Ubaidah ibn Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya
-
Amr
ibn Ash ditugaskan di Palestina
-
Surabil
ibn Hasanah, ditugaskan di Yordania.
Sebenarnya pengembangan islam ke Syiria ini sudah dimulai sejak
Nabi saw akan wafat, dibawah pimpinan Usamah ibn Zaid. Namun terhenti karena
pasukan mendengar berita wafatnya Nabi Saw. Di masa Abu Bakar, usaha ini
dilanjutkan lagi. Usaha perluasan yang dipimpin oleh 4 orang panglima ini
diperkuat lagi dengan datangnya pasukan Khalid ibn Walid yang berjumlah lebih
dari 1500 orang, dan juga mendapat bantuan dari Mutsanna ibn Haritsah. Khalid
ibn Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah di
Irak dan Persia. Karena di dengar oleh Abu Bakar bahwa Abu Ubaidah kewalahan
dalam menghadapi pasukan Romawi Timur di Syiria, lalu Khalid diperintahkan
untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.
Ditengah berkecambuknya perang melawan tentara Romawi Timur ini,
datang berita kewafatan Abu Bakar (13H/634M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan
Abu Bakar adalah Umar ibn Khattab.
Pada masa pemerintahan Umar ibn Khattab, usaha pengembangan wilayah
islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu Bakar,
membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya, sehingga mendapatkan
kemenangan atas tentara Romawi di Ajnadin pada tahun 16H/636M dan beberapa kota
di pesisir Syiria dan Palestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramia, Typus, Uka
(Aceh), Askalon dan Beirut. Kota ini dapat ditundukkan pada tahun 18 H/636 M
dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar ibn Khattab.
Umar bin Khattab melanjutkan perluasan dan pengembangan islam ke
Persia yang telah dimulai sejak masa khalifah Abu Bakar. Pasukan islam yang
menuju persia ini berada di bawah pimpinan panglima saad ibn abi waqqash. Dalam
perkembangan berikutnyaberturut-turut dapat ditaklukkan beberapa kota, seperti
kadisia tahun 16 H / 636 M kota jalula tahun 17 H / 638 M, Madain tahun 18 / 639 M, dan nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah umar bin khattab juga mengembangkan kekuasaan islam di
mesir, yang saat itu penduduk mesir, yaitu suku bangsa qibti (qopti) sedang
mendapat penganiyayaan dari bangsa romawi. Bangsa qibti sangat mengharapkan
bantuan dari orang-orang islam. Setelah berhasil menaklukkan syiria dan
palestina, khalifah umar memberangkatkan pasukanya yang berjumlah 4000 orang
menuju mesir dibawah pimpinan amr ibn ash. Sasaran pertama adalah menghancurkan
pintu gerbang al-arisy, lalu berturut-turut al-farma. Bilbis, tendonius (ummu
dunain), ain syam, dan juga berhasil merebut benteng babil dan iskandariyah.
Diantara jasa abu bakar adalah membukukan al-qur’an menjadi satu
mushaf dan memerangi kaum murtad dan membasmi munculnya nabi-nabi palsu seperti
musailamah bin habib dari yamamah, thulaihah dari bani asad, zut taj laqit bin
malik dari oman, asawad al-ansi dari yaman, dan ada juga dari kaum hawa yang
mengaku menjadi nabi yaitu sajah dari bani tamim.
Dan peninggalan umar bin khattab selama ia menjabat khalifah,
adalah menerbitkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang. Diadakan
kebijakan peraturan perundang-undangan mengenai ketertiban pasar dan ukuran
dalam jual beli, mengatur keberhasilan jalan dan lain-lain. Khalifah umar juga
membagi daerah menjadi beberapa daerah pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat
dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat
sedangkan pemerintahan daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu tugas
pemerintahan khalifah di daerah-daerah.
Selain itu, khalifah umar juga membentuk beberapa dewan, diantaranya
dewan perbendaharaan negara, dan dewan militer. Ia juga membentuk urusan
kehakiman, dimana hakim yang masyhur kala itu adalah ali bin abi thalib.
Sepeninggal khalifah umar, pemerintahan diteruskan oleh khalifah
usman bin affan. Pada masa khalifah usman terdapat juga beberapa upaya
perluasan daerah kekuasaan islam. Diantaranya adalah melanjutkan usaha
menaklukkan persia. Kemudian tabaristan, azerbaijan dan armenia.
Usaha perluasan daerah kekuasaan islam tersebut lebih lancar lagi
setelah dibangunya armada laut. Satu persatu daerah diseberang laut
ditaklukanya, antara lain wilayah asia kecil, pesisir laut hitam, pulau cyprus,
rhodes, tunisia dan nubia
Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan islam diluar
kota madinah, khalifah usman telah melakukan pengamanan terhadap para
pemberontak yang melakukan makar di daerah azerbaijan dan rai, karena mereka
enggan membayar pajak, begitu juga di iskandariyah dan di persia.
Dengan banyaknya unsur kekeluargaan yang masuk kedalam sistem
pemerintah khalifah usman pada paruh kedua dari pemerintahanya, sering terjadi
ketidak senangan dikalangan masyarakat islam. Akibatnya, terjadilah kerusuhan
yang berakhir dengan kematianya tahun 35 H / 656 M.
Sepeninggal khalifah Utsman, umat islam yang pro Ali kemudian mengangkat
Ali sebagai khalifah ke empat. Pada masa Ali ibn Thalib, timbul beberapa
gerakan yang menentang pemerintahannya. Karena itu, selama pemerintahan beliau
banyak mencurahkan perhatiannya pada pembangunan dan penerbitan keadaan dalam
negri.
Dua macam kebijakan Khalifah Ali r.a dalam rangka penerbitan itu
adalah:
1.
Mengganti
para wali di daerah-daerah yang diangkat Utsman bin Affan.
2.
Mencabut
kembali tanah-tanah yang dibagikan oleh khalifah Utsman.
Kebijakan Khalifah Ali r.a. mengganti para wali itu menimbulkan
beberapa akibat:
1.
Timbulnya
3 golongan dikalangan umat islam yaitu:
a.
Golongan
Ali yaitu terdiri dari orang-orang yang mendukung Ali sebagai khalifah.
b.
Golongan
Mu’awiyah, yaitu orang-orang yang menghendaki Mu’awiyah sebagai Khalifah dengan
dalih menuntut pembunuhan Utsman.
c.
Golongan
Aisyah., Zubair dan Thalhah yang tidak setuju adanya penuntutan pembunuhan
Utsman, tetapi mereka juga tidak setuju pengangkatan Ali sebagai Khalifah.
2.
Terjadinya
perang jamal (perang berunta)
3.
Adanya
perselisihan Ali r.a dengan Mu’awiyah sehingga meletus perang siffin.
I.
Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a.
Strategi : Contectual Teaching
Learning (CTL)
Keterangan :
§ Strategi
Contectual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
b.
Model : Kooperatif
Keterangan :
§ Model
Kooperatif
Model
pembelajaran Kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu
antara satu dengan yang lain dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok
untuk mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
c.
Pendekatan : Analisis
dan pendekatan proses
Keterangan :
§ Pendekatan
Analisis dan pendekatan proses
Definisi dari
pendekatan adalah proses, perbuatan atau cara untuk mendekati. Sedangkan
pendekatan Analisis (Analytical Approach) merupakan pendekatan yang didasarkan
pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi. Pendekatan Proses
merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghayati proses.
d.
Metode : Ceramah, Diskusi, Metode Resitrasi (Recitation
method), Learning starts with a question, Metode
Sosiodrama dan bermain peran, Metode Discovery, Metode Inquiry, Metode Jigsaw, Metode penyajian sistem regu (team work).
Keterangan :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara
mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh para guru.
Dengan penyajian materi melalui penuturan dan penerangan lisan guru kepada
siswa. Metode ini digunakan apabila pelajaran tersebut banyak mengandung
hal-hal yang mengandung penjelasan dari guru. Metode ini hendaknya digunakan
bersama-sama metode lain seperti metode tanya jawab. Pada metode ceramah, siswa
dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. Agar siswa dapat berperan secara
aktifdalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah ini, siswa
perlu dilatih mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan, memahami suatu
informasi, dan mencatat dengan baik. Siswa hendaknya diminta mengajukan
pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap informasi-informasi tertentu.
Metode ini tidak jelek apabila penggunaannya
betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta
memperhatikan batas-batas penggunaannya. Adapun keterbatasan metode ceramah
adalah:
a.
Keberhasilan
siswa tidak terukur
b.
Perhatian
dan motivasi siswa sulit diukur,
c.
Peran
siswa dalam pembelajaran rendah,
d.
Materi
kurang terfokus
e.
Pembicara
sering melantur.
2.
Metode
Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah,
memperjelas suatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan. Melalui
metode ini, berbagai ketrampilan, seperti bertanya, berkomunikasi, menafsirkan,
dan menyimpulkan
Jika metode diskusi ini digunakan,
maka guru harus:
a.
Menyediakan
bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan:
b.
Menyebutkan
pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan penugasan studi khusus
kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi;
c.
Menugaskan
siswa untuk menjelaskan, menganalisis dan meringkas;
d.
Membimbing
diskusi, tidak memberi ceramah;
e.
Sabar
terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikanya;
f.
Waspada
terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu;
g.
Melatih
siswa dalam menghargai pendapat orang lain;
Metode
diskusi ini tepat digunakan apabila:
a.
Siswa
berada pada tahap menengah atau tahap akhir proses belajar;
b.
Pelajaran
berbentuk formal atau magang;
c.
Siswa
telah menguasai perluasan pengetahuan;
d.
Siswa
belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan;
3.
Learning
starts with a question
Strategi
ini bila diterapkan dalam bidang studi SKI ini cocok untuk memulai topik baru
dimana karakteristik materi pelajaran SKI kadang sudah dibahas pada kelas
sebelumnya. Untuk menghindari pengulangan pembahasan topik, perlu ditanyakan
sesuai tingkat pemahaman dan kebutuhan siswa. Adapun langkah-langkahnya:
-
Bagikan
bahan belajar dan mintalah para siswa belajar berpasangan.
-
Siswa
diminta buat pertanyaan hal-hal yang belum dimengerti.
-
Kumpulkan
semua pertanyaan dan kelompokkanjenisnya atau yang paling banyak dibutuhkan
siswa.
-
Mulailah
pelajaran dengan menjawab dan menjelaskan hal-hal yang mereka tanyakan.
4.
Metode
Sosiodrama dan bermain peran
Metode Sosiodrama dan bermain peran
merupakan suatu metode mengajar siswa untuk mendramatisasikan tingkah laku atau
ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Kelebihan metode sosiodrama dan
bermain peran adalah :
a.
Siswa
lebih tertarik perhatiannya pada bermain pelajaran.
b.
Karena
bermain peran sendiri, mereka mudah memahami masalah-masalah sosial tersebut.
c.
Dengan
bermain peran sebagai orang lain, siswa dapat menempatkan diri seperti watak
orang lain.
d.
Siswa
dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling
perhatian.
Kelemahan metode sosiodrama yaitu :
a.
Apabila
guru tidak menguasai tujuan intruksional penggunaan teknik ini untuk sesuatu
unit pelajaran, sosiodrama tidak akan berhasil.
b.
Apabila
guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini, sosiodrama akan
menjadi kacau.
5.
Metode Inquiry
Metode
inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa
yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai
subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat
pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai
pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik
untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.
Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan
mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses
pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan
demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis
, dan kritis.
Kelebihan
dari metode inquiry antara lain:
a.
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar
kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan
lebih baik.
b.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer
pada situasi proses belajar yang baru.
c.
Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
merumuskan hipotesanya sendiri.
e.
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.
Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g.
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan
individu.
h.
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.
Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya
sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry
menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang
digunakan lebih mendalam. Jadi kekurang dari metode ini hampir sama dengan
metode discovery.
6.
Metode Discovery
Salah
satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah
yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode
discovery ini:
a.
Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif,
b.
Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan
mudah dilupakan siswa,
c.
Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan
pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam
situasi lain,
d.
Dengan menggunakan strategi penemuan, anak
belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya
sendiri,
e.
Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan probelma yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian
diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai
kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan. Metode Discovery menurut
Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum
sampai kepada generalisasi.
Kelebihan dari
metode discovery antara lain:
a.
Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat
pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.
b.
Strategi penemuan membangkitkan gairah pada
siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan
keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
c.
metode ini memberi kesempatan kepada siswa
untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
d.
metode ini menyebabkan siswa mengarahkan
sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi
sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
e.
Metode discovery dapat membantu memperkuat
pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui
proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang
mengecewakan.
f.
Strategi ini berpusat pada anak, misalnya
memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam
situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
Kelemahan dari
metode discovery antara lain:
a.
Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan
mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam
usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak
atau sulit dipahami sendidri. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli
penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
b.
Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas
besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata
tertentu.
c.
Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini
mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
secara tradisional,
d.
Mengajar dengan metode ini mungkin akan
dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang
memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan
ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan
emosional sosial secara keseluruhan,
e.
Strategi ini mungkin tidak akan memberi
kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan
ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula
proses-proses di bawah pembinaannya.
7.
Metode
resitrasi (recitation method)
Metode
resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume
dengan kalimat sendiri dari buku pelajaran atau materi yang disampaikan oleh
guru. Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a.
Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil
belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.
Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan
dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan
metode resitasi sebagai berikut :
a.
Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana
anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah
mengerjakan sendiri.
b.
Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain
tanpa pengawasan.
c.
Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual.
8.
Metode
jigsaw
Dalam metode ini, guru membagi
satuan yang besar menjadi komponen yang lebih kecil. Kemudian guru membagi
siswa dalam kelompok belajar kooperatif, yang terdiri atas 4 orang siswa
sehingga setiap siswa bertanggung jawab atas komponen atau subtopik yang
ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Siswa dari tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang
sama membentuk kelompok baru yang terdiri atas dua sampai tiga orang.
Siswa-siswi ini bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
a.
Belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagihannya
b.
Merencanakan
cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah
itu siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai ahli
dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting alam subtopik tersebut
kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Dengan
demikian seluruh siswa bertugas menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh
materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam kelompok
harus menguasai topik secara keseluruhan.
9.
Metode
penyajian sistem regu (team work)
Metode penyajian sistem regu
merupakan metode penyajian dengan seorang guru yang dibantu tenaga teknis atau
tim guru dalam menjelaskan suatu persoalan atau objek belajar. Sistem beregu
ditangani oleh lebih dari dua orang guru.
Kelebihan metode penyajian sistem
regu:
a.
Interaksi
belajar mengajar akan lebih lancar
b.
Siswa
memperoleh perhatian yang luas dan mendalam karena diberikan oleh beberapa
guru,
c.
Guru
akan lebih ringan tugas mengajarnya sehingga cukup waktu untuk menyiapkan diri
dalam membuat perencanaan.
Kelemahan penyajian sistem regu:
Apabila guru yang tidak mendapatkan giliran mengajar tidak
memanfaatkan waktu untuk belajar lebih lanjut atau membuat perencanaan lebih
matang.
II. Langkah-langkah Pembelajaran
a.
Kegiatan
Awal
1.
Membuka
pelajaran
2.
Menarik
perhatian, dengan memusatkan perhatian pada guru dari awal akan membuat siswa
mendengarkan pelajaran yang disampaikan guru. Guru bisa menggunakan alat bantu
seperti alat peraga/surat kabar/gambar-gambar, namun kesemuanya itu harus
relevan dengan isi dan indikator kompetensi SKI kelas XII yang akan dipelajari
siswa.
3.
Memberi
Motivasi
b.
Kegiatan
Inti
1.
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing 4 orang
2.
Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok
3.
Mengumpulkan kisah-kisah mengenai Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah
pengganti Rasulullah.
4.
Mendiskusikan dalam kelompok tentang bagaimana cara pemilihan Khulafaur Rosyidin
sebagai khalifah pengganti Rasulullah
5.
Presentasi hasil diskusi kelompok
tentang Khulafaur
Rosyidin sebagai khalifah pengganti Rasulullah
c.
Kegiatan
Akhir
1.
Menyampaikan dan mengulas kesimpulan akhir tentang Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah pengganti
Rasulullah.
2.
Memberikan salam penutup
d.
Evaluasi
Hasil Belajar Mengajar
Evaluasi
hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
1.
Pertanyaan
lisan dikelas tentang materi Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah pengganti
Rasulullah.
2.
Ulangan
Harian, ujian ini dilaksanakan setelah materi pokok disampaikan.
3.
Tugas
Kelompok, dalam tugas ini peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan tentang judul tugas yang diberikan oleh guru.
4.
Ulangan
Tengah Semester.
5.
Ulangan
Semester, dalam ulangan ini dilakukan pada akhir semester dengan bentuk soal
ujian pilihan ganda semua atau campuran dan ada yang berupa essay semua.
III.
Analisis Komprehensif Silabus dan
Mata Pelajaran SKI
Dari format
silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis
besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):
Tabel Kesesuaian Materi SKI Madrasah Aliyah Kelas X
dengan Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
|
Prinsip
Pengembangan
|
Hasil
Analisis
|
||
Terpenuhi
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1
|
Ilmiah
|
✓
|
||
2
|
Relevan
|
✓
|
||
3
|
Sistematis
|
✓
|
||
4
|
Konsisten
|
✓
|
||
5
|
Memadai
|
✓
|
||
6
|
Aktual dan
kontekstual
|
✓
|
||
7
|
Fleksibel
|
✓
|
||
8
|
Menyeluruh
|
✓
|
||
9
|
Efektif
|
✓
|
||
10
|
Efisien
|
✓
|
Dari tabel
diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan
prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang dan
membangun pelajaran SKI agar maksiamal dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Aspek Prinsip Ilmiah
Pada
aspek keilmiahan menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam
komponen silabus sudah
terpenuhi. Pengembangan indilkator, materi pembelajarn,
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah
mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang
ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu menjadikan materi ini
sesuai bila digunakan dalam pembelajaran SKI siswa Madarasah Aliyah kelas XII.
2) Aspek Relevansi
pada
aspek relevansi yang termuat dalam materi indikator dan teknik
penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi
dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap
potensi-potensi belajar lain. Seperti Meneladani perilaku sabar dan semua sifat-sifat baik yang dimiliki
oleh Khulafaur Rosyidin. Pada aspek ini masih kurang terpenuhi karena belum ada
relevansi antara materi yang diajarkan dengan realita atau kehidupan
sehari-hari siswa. Seharusnya ada keterkaitan anatara materi pelajaran yang
disampaikan dengan kehidupan sehari-hari, agar hal itu dapat membekas diingatan
siswa dan berpengaruh pada sikap siswa dalam keseharian. Maka dari itu siswa
dituntut untuk meneladani sifat-sifat baik Kepemimpinan Khulafaur Rosyidin dengan
cara siswa menrapkannya pada kehidupan sehari-hari. Misalnya Abu Bakar
As-Shidiq yang mempunyai sifat kepemimpinan yang istiqomah, ‘arif dan
bijaksana. siswa dapat menerapkannya saat memimpin dikelas. siswa harus
istiqomah dalam belajar, dalam hal ini akan memberi manfaat yang baik untuk
siswa karena bila belajarnya dapat istiqomah maka pelajaran yang disampaikan
oleh guru tidak mudah lupa karena terus menerus (ajeg) dipelajari.
3) Aspek Sistematis
Pada
aspek silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen
silabus dalam mencapai kompetensi. Hal tersebut menunjukan bahwa aspek ini sudah terpenuhi.
Silabus yang dirancang dengan sistematis menjadikan materi yang akan
disampaikan dapat diajarkan kepada siswa dengan runtut. Dalam penyusunan silabus
memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per-semester. Implementasi
pemelajaran per-semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan kurikulum yang ada. Dalam
merumuskan silabus harus dibuat dengan runtut dan terdiri dari beberapa
komponen dan harus disusun secara sistematis. Komponen yang terdapat dalam
silabus meliputi: Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi
Inti (KI), Hasil belajar, indicator hasil belajar, meteri pokok, kegiatan
pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, sarana dan sumber belajar. Pelaksanaan
strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menuntut guru untuk bisa
menjabarkan rencana pembelajaran secara sistematis dengan target lebih konkret,
serta didukung pula dengan penggunaan metode dan media yang tepat.
4) Aspek Konsisten
pada
aspek ini, di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada
hubungan yang ajek (tetap) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Pada aspek ini konsitensinya telah
terpenuhi, ini menandakan adanya hubungan yang terus-menerus dan saling
berkesinambungan antara komponen-komponen tersebut. Konsistensi sangat
diperlukan karena menghidari perubahan-perubahan yang menyebabkan pembelajaran
tidak dapat terlaksana dengan maksimal dan akan membuat guru kebingungan ketika
menyampaikan materi ajar dan siswa pun akan dibuat kebingunan karena ketidak
konsistensinan antara komponen-komponen yang ada pada meteri pembelajaran yang
digunakan.
5) Aspek Memadai
artinya
cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar. Pada aspek ini dirasa belum
terpenuhi dengan maksimal. Pada pengalaman belajar cenderung terabaikan karena
kebanyakan siswa meneyepelekan pengalaman yang diterima saat mempelajari
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa sangat
lemah terhadap pelajarn ini dan ditambah lagi kurang didukung dan ditunjang
oleh metode-metode yang kreatif dan kooperatif. Siswa sering kali megabaikan
pengalaman yang didapat selama proses belajar suatu materi pembelajaran yang dianggapnya
membosankan. Sehingga pada aspek ini hanya sekedar cukup.
6) Aspek Aktual Dan Kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian sudah memerhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dengan
peristiwa yang terjadi. Sekarang
saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam guru sudah menggunakan teknologi
yang ada dan memadukannya dengan banyak metode yang memudahkan siswa untuk
paham, guru sekarang sudah lebih inovatif dan mau menggunakan beragam media
guna menunjang proses belajar mengajar dan juga membuat siswa lebih tertarik
terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Guru Sejarah kebudayaan Islam (SKI)
sekarangsudah mengkaitkan pelajaran yang ada dengan kehidupan sehari-hari yang
terjadi disekitar, itu dilakukan untuk menambah kecepatan pemahaman siswa dan
kekuatan ingatan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
7) Aspek Fleksibel
Komponen
silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat.
Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan
aktualisasi pada kehidupan sekarang. Pada aspek ini masih dirasa kurang, hal ini menandakan
kurang diperhatiakannya penerapan-penerapan aspek fleksibel terhadap perkembangan
zaman. Materi pembelajaran seharusnya ada aktualisi yang tercermin pada
kehidupan sekarang dan fleksibel terhadap perkembangan zaman. Namun, kebanyakan
materi dan cara mengajar yang diterapkan pada pelajarn Sejarah kebudayaan Islam
(SKI) cenderung kaku terhadap perubahan zaman dan monoton, padahal nilai-nilai
yang penting terdapat dalam pelajaran SKI karena membahas sejarah umat islam.
Mengapa hal ini dapat terabaiakan? Mungkin, hal ini disebabkan aspek
fleksibelitas tidak terpenuhi dengan baik sehingga yang didapati saat ini
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi pelajaran yang dihindari oleh
siswa. Guru
Sejarah Kebudayaan Islam harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaruan, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, serta dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman. Guru sebagai pendidik yang profesional
hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, sehingga apa yang disampaikan pada
siswa selalu berkena dihati siswa dan bersifat up to date. Sekalipun hanya
membelajarkan sejarah akan tetapi dengan melihat perubahan berupa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi guru dan siswa dapat memberikan perbandingan.
Dengan demikian pembelajaran sejarah tidak hanya mencakup aspek politik saja,
tapi juga aspek sosial, budaya, pendidikan serta ekonomi masuk di dalamnya.
8)
Aspek
Menyeluruh
Silabus belum
menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori)
seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan kognitif
lebih banyak ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif (yang terdiri dari
penerimaan, respons, menghargai, mengorganisasi, dan pola hidup) dan tujuan
psikomotorik (yang terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan
dan naturalisasi) belum terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena saat
menyampaikan materi lebih sering menggunakan metode ceramah dan ini berakibat
pada ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan pskomotorik) pada siswa tidak
meningkat karena siswa cenderung pasif dan mungkin hanya beberapa siswa yang mampu
mengembangkan ranah kognitifnya bila siswa tersebut memperhatikan pelajaran
dengan seksama. Ranah
kognitif sendiri memiliki enam tingkatan yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan tingkat evaluasi.
Melihat
banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua
diterapkan dalam tujuan
pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam pada umumnya. Jika melihat pada pelaksanaannya, maka sebenarnya
ranah
kognitif yang
paling dominan dikembangkan adalah pada tingkatan pengetahuan dan
pemahaman. Sedangkan untuk
tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Pada pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam kelas X juga cenderung kurang memperhatikan aspek afektif siswa, Kawasan afektif mencakup beberapa tingkatan yaitu
tingkatan menerima, menilai, organisasi, dan tingkat karakteristik.
Sedangkan ranah psikomotor mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi,
komunikasi dan kemampuan berbicara hal ini karena materi yang ada
kurang mendukung untuk perkembangan ranah afektif siswa. Untuk ranah
afektif tidak secara penuh dimasukkan dalam rumusan tujuan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian
afektif siswa melalui pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran. Begitu
juga untuk ranah psikomotor tidak terinci secara jelas dalam rumusan tujuan
pembelajaran.
Seharusnya dalam materi pelajaran ada beberapa
indikator yang harus digunakan seperti siswa diperintahkan mampu menerapkan sifat-sifat baik
(terpuji) yang telah dicontohkon oleh Rasulullah SAW, siswa harus memiliki
akhalak mulia yang harus tercermin pada perilakunya. Sering kali ranah
psikomotorik siswa terabaikan pada pelajaran SKI. Siswa hanya pasif
mendengarkan materi yang disampaikan saja, sehingga psikomotorik siswa tidak
terasah dengan baik. Ranah psikomotor yang dikembangkan dalam
rumusan tujuan pembelajaran adalah tingkatan praktek. Namun
guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian-penilaian
lain misalnya komunikasi, hanya saja kesemuanya tidak dirinci dalam
tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MA masih merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk umum
belum begitu mendalam atau rinci. Namun seharusnya akan lebih baik jika dalam
tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dirinci dengan jelas mengenai ketiga
ranah tersebut. Karena hal itu akan memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap
siswa, meski hal ini membutuhkan kejelian serta keuletan tersendiri dari guru
Sejarah Kebudayaan Islam. Materi
SKI sebaiknya dibuat dengan baik dan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa dengan menerapkan beberapa materi ajar yang membuat siswa
aktif, siswa dapat melaksanakan apa yang terkandung dalam materi. Hal-hal ini
seharusnya dapat menjadi bahan koreksi ketika membuat materi pelajarn yang baik
dan perlu juga ditunjang dengan metode-metode pembelajaran yang sesuai dan
tidak monoton.
9)
Aspek
Efektif
Komponen-komponen silabus cukup
menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses
pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum
menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat
penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran
yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai
hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu
penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan. Proses
pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru
profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah
guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta
memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai
pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan
bahwa pembelajaran
yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai
elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam
melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan
harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.
10) Aspek Efisien
Efisiensi waktu dirasa masis sangat kurang. Daya dan
waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar
kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan
bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru. Sedangkan
dalam proses pembelajaran penguasaan dan pengembangan materi lebih
dititik beratkan pada kemampuan dan kreativitas oleh seorang guru. Problematika
penguasaan dan pengembangan materi disebabkan kurangnya atau terbatasnya
alokasi waktu yang disediakan untuk materi Sejarah Kebudayaan Islam, sementara
materi yang disampaikan terlalu banyak. Dari penjelasan
di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan
pembelajaran sangat kompleks. Untuk itu
strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya membantu siswa
menyelesaikan materi secara efisien dengan waktu yang
terbatas.
Demikian
uraian analisis dari silabus dan materi dari mata pelajaran SKI kelas X di
Madrasah Aliyah yang telah ditampilkan..
A. Analisis
SWOT Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam
manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat
membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai
tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang. Namun,
pada kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X. Atau definisi
analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi
yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan
situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian
dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat
baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata
sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang
sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan
jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1. Strength
(kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas X meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan
lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran
tersebut. Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a. Membentuk watak dan kepribadian
umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam generasi muda akan
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau
generasi terdahulu.
b.
siswa mampu berpikir secara kronologis dan memiliki
pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan
menjelaskan perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya
Islam di masa yang akan datang.
c.
Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat
Islam yang meyakininya dan merupakan sumber syariah yang besar.
d.
Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang
sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan
pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang
baik, dan bertingkah laku seperti Rasul
e. Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi dalam segi kelebihan atau keunggulan,
antara lain sebagai berikut:
§ Fungsi edukatif
Melalui sejarah peserta didik ditanamkan menegakkan nilai,
prinsip, sikap hidup yang
luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
§ Fungsi keilmuan
Peserta
didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan
kebudayaannya.
§ Fungsi
transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat.
2. Weaknesses
(kelemahan).
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi
yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga
pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan
kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga
pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan
prasarana atau sumber daya pendidik dan isi dalam materi pembelajaran, kualitas
atau kemampuan tenaga pendidik, hal-hal tersebut meliputi:
a. Materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi oleh tujuan
pada aspek kognitif bukan afektif apalagi sampai pada tingkat psikomotorik.
b. Lembaga pendidikan swasta yang pada
umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan
yang dihadapi sekarang ini.
c. Kurangnya keikutsertaan guru mata
pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktekkan nilai-nilai SKI
dalam kehidupan sehari-hari, Memang tidak
adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di
Madrasah, sebab SKI di Madrasah
bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
dalam pembentukan watak dan
kepribadian peserta didik.
d. Minimnya
berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang
tua peserta didik
3. Opportunities
(Peluang).
Peluang adalah suatu kondisi keadaan atau lingkungan
eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, Hal-hal yang menjadi peluang dalam pembelajaran SKI
di Madrasah aliyah kelas X tersebut meliputi:
a. Memberi peluang peserta didik untuk
menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi,
dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.
b. Memberi ibrah pelajaran sejarah dan
kebudayaan Islam, sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan tergerak
untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka
membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti
luas.
c. Secara historis dan realitas,
mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan komunitas muslim
terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategis bagi
pentingnya meningkatkan pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam di
lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4. Threats (ancaman
atau hambatan).
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman
meliputi faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor laiannya yang tidak
menguntungkan bagi sebuah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII.
Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang
atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri.
Contoh faktor yang menjadi ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru
yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain. Hal-hal yang
menjadi ancaman dalam pembelajaran SKI meliputi:
a. Kurangnya waktu atau waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut
pemantapan pengetahuan hingga terbentuk
watak dan keperibadian yang berbeda
jauh dengan tuntutan terhadap mata
pelajaran lainnya.
b. Antara harapan
dan kenyataan SKI di MA kelas XII memang kurang ideal karena kebanyakan para
pendidik menggunakan metode hafalan yang berakibat pengetahuan yang dimiliki
oleh peserta didik hanya terbatas.
c. Antara harapan
dan kenyataan SKI di MA kelas XII memang kurang ideal karena kebanyakan para
pendidik menggunakan metode hafalan yang berakibat pengetahuan yang dimiliki
oleh peserta didik hanya terbatas.
B.
Problematika Pengajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Tingkat Madrasah Aliyah
1.
Problematika
Yang Berhubungan Dengan, Materi Metode Dan Proses Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan
pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian ummat.
Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang
sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari
proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi mana yang perlu
dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu dikembangkan. Keteladan dari
tokoh-tokoh / pelaku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada
generasi muda, disamping nilai informasi sejarah penting lainnya.
Walaupun demikian penting materi
sejarah bagi pengembangan kepribadian suatu bangsa, Namun dalam realitasnya
sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran sejarah kurang diminati. Mata
pelajaran sejarah justru hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, baik
oleh siswa maupun oleh guru. Ini terbukti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) di Madrasah Aliyah waktu ajarnya hanya 1 jam dalam seminggu,
padahal materi pelajaran SKI cukup banyak.
Tidak hanya masalah jam pelajaran,
dari hasil pengamatan, kami juga menjumpai masalah-masalah lain yang berkaitan
dengan metodologi pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada sekolah tersebut,
yaitu :
§ Baru menekankan pada aspek sejarah
politik para tokoh penguasa pada zamannya. Sementara aspek sosial, aspek
ekonomi, budaya dan pendidikan kurang mendapatkan porsi yang memadai.
§ Kurang
tersedianya bahan ajar dan sumber belajar yang cukup untuk proses pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, menambah permasalahan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Guru maupun sekolah hanya memiliki bahan ajar serta sumber ajar berupa buku
pegangan berjumlah satu. Hal ini yang mengakibatkan kurang bertambahnya
pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam yang ada.
§ Apresiasi siswa terhadap sejarah
kebudayaan islam masih rendah. Bahkan beberapa guru sejarah Islam juga
menunjukkan apresiasi yang rendah terhadap mata pelajaran ini. Hal ini
ditunjukkan dengan rendahnya perhatian mereka terhadap pengajaran sejarah. Siswa menganggap materi
sejarah merupakan materi yang memiliki sedikit manfaat dibanding dengan materi
keislaman lain. Minat yang rendah ditambah penyampaian materi yang monoton
menyebabkan kejenuhan pada diri siswa dalam pembelajaran sejarah. Keadaan
seperti ini dapat menyebabkan motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam menurun yang
berakibat pada hasil belajar siswa rendah.
§ Sikap inferiority complex,
perasaan rendah diri yang komplek. Sikap inferiority complex ummat Islam
terhadap nilai-nilai sejarah budayanya sendiri ini merupakan bagian dari
masalah dalam pengajaran sejarah. Generasi muda pada umumnya lebih bangga
terhadap hasil kebudyaan Barat, sementara terhadap kebudayaan Islam sendiri,
mereka merasa malu untuk mengakuinya, apalagi menirunya.
§ Penjelasan guru kurang memperhatikan
aspek-aspek lain, misalnya faktor sosiologis, faktor antropologis, ekonomis,
geografis dan sebagainya. Dalam menjelaskan satu materi dapat diterangkan
dengan beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman siswa menjadi
lebih komprehensif.
Menurut
Fatah Syukur diantara kelemahan metode dalam pengajaran sejarah Islam adalah
berawal dari pendekatan yang dipakai. Pelajaran sejarah di sekolah cenderung
disampaikan dengan pendekatan ekspositori. Dalam pendekatan
ekspositori, guru memegang peranan yang sangat dominan dan sentral.
Sementara siswa hanya aktif mencatat atau menghafal fakta-fakta historis yang
terdapat dalam buku teks. Akibatnya siswa kurang mengerti apa sebetulnya yang
diinginkan atau tujuan mempelajari sejarah Islam. Pendekatan ekspositori dalam
pengajaran sejarah menjadikan anak tidak kreatif, dan bosan dengan materi yang
selalu diulang-ulang.
Dari
penjelasan di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan
pembelajaran sangat kompleks. Oleh karenanya perlu adanya berbagai upaya dalam
membelajarkan Sejarah Kebudayaan Islam lebih menarik dibanding dengan kebudayaan lain.
C.
Penyelesaian Masalah Terhadap Problematika Pengajaran
Sejarah Kebudayaan Islam
Setelah
diketahui adanya problematika seperti pada uraian di atas, maka diperlukan adanya
tindakan dalam memecahkan masalah tersebut agar proses pembelajaran berjalan
dengan baik sehingga kompetensi dasar dapat dicapai. Meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Adapun alternatif dalam penyelesaian masalah dalam
pengajaran SKI antara lain:
§ Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini langkah yang
dilakukan adalah:
1) Membuat
perencanaan metode pembelajaran yang tepat sesuai materi pembelajaran.
2) Membuat
lembar observasi untuk menilai pola interaksi yang terjadi antara siswa dan
guru peneliti, yang diamati langsung oleh kolaborator.
3) Guru
membuat evaluasi formatif untuk mengetahui daya serap siswa.
§ Pengamatan
pada saat pelaksanaan pembelajaran guru mengamati langsung kepada peserta didik
bagaimana respons peserta didik dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan
dengan penggunaan metode yang diterapkan oleh guru. Apabila dirasa kurang bisa
diserap oleh sebagian murid maka sewaktu-waktu guru akan mengganti strategi
pembelajaran sesuai kemampuan siswa yang dirasa siswa enak dalam menerima
pelajaran tersebut.
§ Refleksi
dari berbagai tindakan yang dilakukan, melalui Perencanaan, tindakan, pengamatan
diperoleh sebuah kesimpulan saran-saran yaitu Guru hendaknya harus
mempersiapkan diri sebelum dimulainya proses pembelajaran dengan baik, baik
dalam persiapan personal maupun materi, metode yang digunakan agar proses
pembelajaran berjalan dengan baik.
§ Melalui pendekatan pengajaran, cakupan
materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu,
meliputi:
1)
Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT. Sebagai sumber
kehidupan.
2)
Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan
dan merasakan hasil-hasil pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari
sebagaimana yang dilakukan Sahabat, khalifah, dan para ulama.
3)
Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan
oleh Sahabat, khalifah dan para ulama.
4)
Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran SKI dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik,
sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan
penalaran.
5)
Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik
dalam menghayati berbagai peristiwa dalam sejarah Islam sehingga lebih terkesan
dalam jiwa peserta didik.
6)
Fungsional, menyajikan materi SKI yang memberikan manfaat
nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
7)
Keteladanan, yaitu pendidikan yang guru serta komponen
madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang
meneladani sahabat, khalifah dan para ulama’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar