Rabu, 29 Juni 2016

MAKALAH TELAAH INDIVIDU (NIKMATUL WAHIDAH)

MAKALAH
TELAAH SKI KELAS XII MA/SMA SEDERAJAD
(Khulafaur rosyidin)
Guna memenuhi tugas mandiri mata kuliah Telaah Materi PAI III
Oleh dosen pengampu : Drs. Abdurrozaq Assowy
KELOMPOK 12
Nama   : Nikmatul Wahidah
Nim      :  141310003149
 

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN SEMESTER 4
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
TAHUN AJARAN 2015/2016
Jln.Taman Siswa No9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode Pos 59427,Telp./Fax (0291)593132


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Identitas Materi
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Rasulullah SAW hingga perkembang peradaban Islam pada masa Khulafaur Rosyidin dan seterusnya.
2.      Standar Kompetensi
·      Memahami masalah kepemimpinan umat Islam pasca Nabi wafat
3.      Kompetensi Dasar
·      Menceritakan model- model pemilihan kepemimpinan pada masa Khulafaur Rasyidin
·      Mendeskripsikan strategi kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
·      Mengambil ibrah dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
4.      Indikator Pencapaian
·      Menjelaskan model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah
·      Menjelaskan model pemilihan Umar bin Khattab sebagai khalifah 
·      Menjelaskan model pemilihan Usman bin Affan sebagai khalifah
·      Menjelaskan model pemilihan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
·      Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Abu Bakar
·      Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
·      Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan
·      Menjelaskan strategi kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib
·      Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran yang bisa diambil dari kepemimpinan Khalifah Abu Bakar untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang.
·      Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran yang bisa diambil dari  kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
·      Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran yang bisa diambil dari kepemimpinan Khalifah Usaman bin Affan untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
·      Mengemukakan pendapat (dengan alasan) tentang pelajaran yang bisa diambil dari kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang
5.      Tujuan dan Orientasi
·         Menjelasakan model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah, Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
·         Mendiskusikan model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah, Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
·         Mempresentasikan model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah, Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
·         Menceritakan model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah, Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah
·         Membuat kesimpulan tentang  model pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah, Umar bin Khattab sebagai khalifah, Usman bin Affan sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
6.      Materi Pembelajaran
a.      Materi Pokok
                                      i.      Materi Fakta
§  Berikan arahan kepada peserta didik untuk mengamati gambar yang disediakan pada rubrik A. Mari Mengamati.
§  Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya pada kotak yang telah disediakan pada rubrik B. Mari Bertanya!
                                    ii.      Materi Konsep
§  Jelaskan peta konsep secara singkat dan jelas kepada peserta didik.
§  Ajaklah peserta didik untuk membaca materi inti pada rubrik C. Mari Tambah Wawasan Kamu! tentang Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. periode Mekkah.
                                  iii.      Materi Inti
Setelah Rasulullah Saw wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema yang berat, karena nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. kemudian terpilihlah Khalifah Abu Bakar As-Shidiq, selanjutnya setelah Abu Bakar Wafat digantikan oleh Umar bin Khattab, setelah Umar wafat digantikan oleh Utsman bin Affan, dan setelah Utsman Wafat yang terakhir digantikan oleh Ali bin Abi Thalib yang menimbulkan perpecahan golongan.










BAB II
PEMBAHASAN
KHULAFAUR ROSYIDIN
A.    Wafatnya Rasulullah SAW
Sekitar dua bulan setengah, setelah kembalinya Rasulullah dari menunaikan ibadah haji, Rasulullah menderita sakit. Dan hari demi hari, sakitnya semakin bertambah parah. Setelah merasa tidak mampu menjadi imam shalat, beliau meminta Abu Bakar untuk menggantikannya. Tepat tanggal 12 Rabiul Awwal, hari senin, akhir beliau menghadap Allah dalam usia 63 tahun.
Berita kematian beliau sampai kepada para sahabat, dan hampir saja mereka tak sadar dan tidak mempercayai berita tersebut, hingga akhirnya Abu Bakar as-Shiddiq bangkit untuk menenangkan dan menjelaskan bahwa Rasulullah hanya manusia biasa yang juga mati seperti manusia lain. Merekapun akhirnya sadar. Acara memandikan, mengkafani, menyolati, dan memakamkan Rasulullah Saw telah dilaksanakan. Dan setelah kematian Rasulullah, kaum muslimin mengangkat Abu Bakar sebagai Khalifah (pemimpin) mereka yang pertama.
Masa kehidupan Rasulullah di Mekkah sebelum diangkat menjadi Rasul selama empat puluh tahun, dan setelah menjadi Rasul selama tiga belas tahun. Sedangkan di Madinah beliau hidup selama sepuluh tahun.

B.     Terpilihnya Khulafaurrasyidin
Setelah Rasulullah Saw wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema. Yang berat, karena nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Suasana wafatnya rasul tersebut menjadikan umat islam dalam kebingungan. Hal ini karena mereka sama sekali tidak siap kehilangan beliau baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun sebagai pembimbing yang mereka cintai.
Di tengah kekosongan pemimpin tersebut, ada golongan sahabat dari Anshor yang berkumpul ditempat Saqifah bani Sa’idah, sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai pertemuan dan musyawarah penduduk kota Madinah. Pertemuan golongan Anshor di Saqifah bani Sa’idah tersebut dipimpin oleh seorang sahabat yang sangat dekat Rasulullah Saw, ia adalah Sa’ad bin Ubadah tokoh terkemuka suku Khazraj.
Pada waktu Sa’ad bin Ubadah mengajukan wacana dan gagasan tentang siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin sebagai pengganti Rasulullah ia menyatakan bahwa kaum Anshor lah yang pantas memimpin kaum muslimin. Ia mengemukakan demikian sambil berargumen bahwa golongan anshor lah yang telah banyak menolong Nabi dan kaum muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang kafir Quraisy. Tentu saja gagasan dan wacana ini disetujui oleh para sahabat dari golongan Anshor. Pada saat beberapa tokoh muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat Muhajirin yang lain mengetahui pertemuan orang-orang Anshor tersebut, mereka menuju ke Saqifah bani Sa’idah. Dan pada orang-orang muhajirin datang menemui Saqifah Bani Sa’idah, kaum Anshar nyaris bersepakat untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah menjadi Khalifah. Karena pada saat tersebut para tokoh muhajirin datang maka mereka juga diajak untuk mengangkat dan membaiat Saad bin Ubadah. Namun kaum Muhajirin yang diwakili Abu Bakar menolaknya dengan tegas pembaiatan Saad bin Ubadah. Abu Bakar mengatakan pada golongan Anshar bahwa jabatan Khalifah sebaiknya diserahkan kepada kaum Muhajirin. Alasannya adalah merekalah yang lebih dahulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya mempertahankan islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di Mekah. Dengan usulan Abu Bakar r.a. golongan Anshar tidak dapat membantah usulannya. Kaum Anshar menyadari dan ingat, bagaimana keadaan mereka sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Mekah mengajak masuk islam, bukankah diantara mereka sering terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Dan dari segi kwalitas tentu saja para sahabat Muhajirin adalah manusia-manusia terbaik yang pantas menggantikan kedudukan Nabi dan menjadi Khalifah untuk memimpin kaum muslimin. Pada saat yang bersamaan Abu Bakar menunjuk dua orang muhajirin disampingnya yang dikenal sangat sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Abu Bakar mengusulkan agar memilih satu diantara keduanya untuk menjadi Khalifah. Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum Anshar merespon usulan Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah justru menolaknya dan keduanya justru balik menunjuk Abu Bakar. Secara cepat dan tegas umar mengayungkan tangannya ke tangan Abu Bakar dan mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. Lalu apa yang dilakukan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Dan akhirnya diikuti kaum Anshar untuk membaiat Abu Bakar kecuali Sa’ad bin Ubadah. Hal ini bersumber dari hadits Riwayat Bukhori juz 4 hal 194.
Lalu pada esok harinya, baiat terhadap Abu Bakar secara umum dilakukan untuk umat muslim di Madinah dan dalam pembaiatannya tersebut, Abu Bakar berpidato sebagai berikut:
“saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasulnya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan Rasulnya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya. (Achmadi Wahid; 2008 hal 39)
Demikian proses terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah sebagai pengganti Rasulullah. (pada pembaiatan Abu Bakar cocok sekali bila menggunakan metode Sosiodrama, siswa memainkan peran agar lebih faham)
Lain Abu Bakar lain pula Umar bin Khattab. Pada saat khalifah Abu Bakar merasa dekat dengan ajalnya, ia menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya, namun sebelum menyampaikan ide dan gagasannya untuk menunjuk Umar, Abu Bakar memanggil beberapa sahabat terkemuka  seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Ashid bin Hudhair Al-Anshari, Said bin Ziad dan sahabat lain dari golongan kaum Muhajirin dan Anshor untuk diminta penilaian dan pertimbangan dan akhirnya mereka menyetujui.
Setelah Umar bin Khattab meninggal, khalifah dipegang oleh Utsman bin Affan. Pada waktu Umar hendak mengimami shalat shubuh, tiba-tiba diserang oleh Lu’lu’ah Fairuz dan berhasil menikam perut Umar bin Khattab namun tidak langsung meninggal. Pada saat-saat tersebut, pemilihan terjadi paska terjadi tragedi shubuh, Umar membentuk Dewan yang beranggotakan enam orang sahabat yaitu Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Saat bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Dalam sidang yang alot dan waktu yang panjang Akhirnya, Utsman yang berusia 70 tahun terpilih untuk menggantikan Umar bin Khattab.
Setelah Utsman meninggal, dalam sebuah kerusuhan tanggal 17 Juni 656 M. Terjadilah kekosongan kekuasaan, Ali bin Abi Thalib diusulkan oleh Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah untuk mengganti Utsman, dan pada awalnya ali menolak, namun setelah banyaknya dukungan yang mengalir dan atas desakan banyak sahabat akhirnya Ali menerima dan di baiat menjadi khalifah di masjid tanggal 24 juni 656 M.
(Drs. H. Achmadi Wahid, Mag, dkk, 2008 : 33-34)

C.     Usaha Perluasan Islam Masa Khulafaurrasyidin
Pada masa Rasulullah Saw menyampaikan dakwah islamiyah, bangsa Romawi dan bangsa persia selalu merespon dengan kemarahan dan hujatan, bahkan mereka bergerak menyerang akan menghancurkan dan memusnahkan umat islam. Oleh karena itu dalam sejarah tercatat beberapa kali terjadi peperangan antara umat Islam dengan tentara Romawi dan Persia.
Ketika terjadi perang Tabuk pada tahun 9 H/631 M dimana kaisar Heraclius beserta sejumlah pasuka Arab yang tunduk dibawah kekuasaannya, berusaha melakukan konsolidasi kekuatan untuk menyerang kota Madinah, dan berusaha menghancurka Islam. Nabi Muhammad Saw beserta para sahabatnya yang setia berusaha menyambut pasukan musuh itu dengan kekuatan besar pulayaitu dengan mempersiapkan sejumlah kurang lebih 300 ribu orang. Demi mendengar berita itu, kaisar Heraclius yang semula begitu ambisi untuk membumihanguskan kota Madinah dan memusnahkan Umat Islam, merasa gentar dan takut. Untuk itu kemudian ia meminta perdamaian dengan Nabi Muhammad Saw, dan bersedi membayar pajak atau Jizyah. Sebenarnya peperangan tersebut dimaksudkan untuk membalas kekalahan kaum muslimin dalam perang Mut’ah, tetapi karena ada berita kewafatan Rasulullah, keinginan tersebut tidak tercapai.
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha mewujudkan keinginan tersebut dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan islam ke daerah Syiria yang berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi Timur dibawah pimpinan kaisar Heraclius, dengan menugaskan 4 orang panglima perang yaitu :
-          Yazid ibn Abi Sofyan yang ditugaskan di Damaskus.
-          Abu Ubaidah ibn Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya
-          Amr ibn Ash ditugaskan di Palestina
-          Surabil ibn Hasanah, ditugaskan di Yordania.
Sebenarnya pengembangan islam ke Syiria ini sudah dimulai sejak Nabi saw akan wafat, dibawah pimpinan Usamah ibn Zaid. Namun terhenti karena pasukan mendengar berita wafatnya Nabi Saw. Di masa Abu Bakar, usaha ini dilanjutkan lagi. Usaha perluasan yang dipimpin oleh 4 orang panglima ini diperkuat lagi dengan datangnya pasukan Khalid ibn Walid yang berjumlah lebih dari 1500 orang, dan juga mendapat bantuan dari Mutsanna ibn Haritsah. Khalid ibn Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah di Irak dan Persia. Karena di dengar oleh Abu Bakar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam menghadapi pasukan Romawi Timur di Syiria, lalu Khalid diperintahkan untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.
Ditengah berkecambuknya perang melawan tentara Romawi Timur ini, datang berita kewafatan Abu Bakar (13H/634M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu Bakar adalah Umar ibn Khattab.
Pada masa pemerintahan Umar ibn Khattab, usaha pengembangan wilayah islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya, sehingga mendapatkan kemenangan atas tentara Romawi di Ajnadin pada tahun 16H/636M dan beberapa kota di pesisir Syiria dan Palestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramia, Typus, Uka (Aceh), Askalon dan Beirut. Kota ini dapat ditundukkan pada tahun 18 H/636 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar ibn Khattab.
Umar bin Khattab melanjutkan perluasan dan pengembangan islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa khalifah Abu Bakar. Pasukan islam yang menuju persia ini berada di bawah pimpinan panglima saad ibn abi waqqash. Dalam perkembangan berikutnyaberturut-turut dapat ditaklukkan beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H / 636 M kota jalula tahun 17 H / 638 M, Madain tahun 18  / 639 M, dan nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah umar bin khattab juga mengembangkan kekuasaan islam di mesir, yang saat itu penduduk mesir, yaitu suku bangsa qibti (qopti) sedang mendapat penganiyayaan dari bangsa romawi. Bangsa qibti sangat mengharapkan bantuan dari orang-orang islam. Setelah berhasil menaklukkan syiria dan palestina, khalifah umar memberangkatkan pasukanya yang berjumlah 4000 orang menuju mesir dibawah pimpinan amr ibn ash. Sasaran pertama adalah menghancurkan pintu gerbang al-arisy, lalu berturut-turut al-farma. Bilbis, tendonius (ummu dunain), ain syam, dan juga berhasil merebut benteng babil dan iskandariyah.
Diantara jasa abu bakar adalah membukukan al-qur’an menjadi satu mushaf dan memerangi kaum murtad dan membasmi munculnya nabi-nabi palsu seperti musailamah bin habib dari yamamah, thulaihah dari bani asad, zut taj laqit bin malik dari oman, asawad al-ansi dari yaman, dan ada juga dari kaum hawa yang mengaku menjadi nabi yaitu sajah dari bani tamim.
Dan peninggalan umar bin khattab selama ia menjabat khalifah, adalah menerbitkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang. Diadakan kebijakan peraturan perundang-undangan mengenai ketertiban pasar dan ukuran dalam jual beli, mengatur keberhasilan jalan dan lain-lain. Khalifah umar juga membagi daerah menjadi beberapa daerah pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat sedangkan pemerintahan daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah.
Selain itu, khalifah umar juga membentuk beberapa dewan, diantaranya dewan perbendaharaan negara, dan dewan militer. Ia juga membentuk urusan kehakiman, dimana hakim yang masyhur kala itu adalah ali bin abi thalib.
Sepeninggal khalifah umar, pemerintahan diteruskan oleh khalifah usman bin affan. Pada masa khalifah usman terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah kekuasaan islam. Diantaranya adalah melanjutkan usaha menaklukkan persia. Kemudian tabaristan, azerbaijan dan armenia.
Usaha perluasan daerah kekuasaan islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunya armada laut. Satu persatu daerah diseberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah asia kecil, pesisir laut hitam, pulau cyprus, rhodes, tunisia dan nubia
Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan islam diluar kota madinah, khalifah usman telah melakukan pengamanan terhadap para pemberontak yang melakukan makar di daerah azerbaijan dan rai, karena mereka enggan membayar pajak, begitu juga di iskandariyah dan di persia.
Dengan banyaknya unsur kekeluargaan yang masuk kedalam sistem pemerintah khalifah usman pada paruh kedua dari pemerintahanya, sering terjadi ketidak senangan dikalangan masyarakat islam. Akibatnya, terjadilah kerusuhan yang berakhir dengan kematianya tahun 35 H / 656 M.
Sepeninggal khalifah Utsman, umat islam yang pro Ali kemudian mengangkat Ali sebagai khalifah ke empat. Pada masa Ali ibn Thalib, timbul beberapa gerakan yang menentang pemerintahannya. Karena itu, selama pemerintahan beliau banyak mencurahkan perhatiannya pada pembangunan dan penerbitan keadaan dalam negri.
Dua macam kebijakan Khalifah Ali r.a dalam rangka penerbitan itu adalah:
1.      Mengganti para wali di daerah-daerah yang diangkat Utsman bin Affan.
2.      Mencabut kembali tanah-tanah yang dibagikan oleh khalifah Utsman.
Kebijakan Khalifah Ali r.a. mengganti para wali itu menimbulkan beberapa akibat:
1.      Timbulnya 3 golongan dikalangan umat islam yaitu:
a.       Golongan Ali yaitu terdiri dari orang-orang yang mendukung Ali sebagai khalifah.
b.      Golongan Mu’awiyah, yaitu orang-orang yang menghendaki Mu’awiyah sebagai Khalifah dengan dalih menuntut pembunuhan Utsman.
c.       Golongan Aisyah., Zubair dan Thalhah yang tidak setuju adanya penuntutan pembunuhan Utsman, tetapi mereka juga tidak setuju pengangkatan Ali sebagai Khalifah.
2.      Terjadinya perang jamal (perang berunta)
3.      Adanya perselisihan Ali r.a dengan Mu’awiyah sehingga meletus perang siffin.


I.     Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a.      Strategi                      : Contectual Teaching Learning (CTL)
Keterangan               :
§  Strategi Contectual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan  dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.

b.      Model                         : Kooperatif
Keterangan               :
§  Model Kooperatif
Model pembelajaran Kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok untuk mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
c.       Pendekatan               : Analisis dan pendekatan proses
Keterangan               :
§  Pendekatan Analisis dan pendekatan proses
Definisi dari pendekatan adalah proses, perbuatan atau cara untuk mendekati. Sedangkan pendekatan Analisis (Analytical Approach) merupakan pendekatan yang didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi. Pendekatan Proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses.

d.      Metode            : Ceramah, Diskusi, Metode Resitrasi (Recitation method), Learning starts with a question, Metode Sosiodrama dan bermain peran, Metode Discovery, Metode Inquiry, Metode Jigsaw, Metode penyajian sistem regu (team work).
Keterangan :
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh para guru. Dengan penyajian materi melalui penuturan dan penerangan lisan guru kepada siswa. Metode ini digunakan apabila pelajaran tersebut banyak mengandung hal-hal yang mengandung penjelasan dari guru. Metode ini hendaknya digunakan bersama-sama metode lain seperti metode tanya jawab. Pada metode ceramah, siswa dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. Agar siswa dapat berperan secara aktifdalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah ini, siswa perlu dilatih mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan, memahami suatu informasi, dan mencatat dengan baik. Siswa hendaknya diminta mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan terhadap informasi-informasi tertentu.
Metode ini tidak jelek apabila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas penggunaannya. Adapun keterbatasan metode ceramah adalah:
a.       Keberhasilan siswa tidak terukur
b.      Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur,
c.       Peran siswa dalam pembelajaran rendah,
d.      Materi kurang terfokus
e.       Pembicara sering melantur.
2.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah, memperjelas suatu bahan serta pelajaran dan mencapai kesepakatan. Melalui metode ini, berbagai ketrampilan, seperti bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan
Jika metode diskusi ini digunakan, maka guru harus:
a.       Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan:
b.      Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan penugasan studi khusus kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi;
c.       Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis dan meringkas;
d.      Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah;
e.       Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikanya;
f.       Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu;
g.      Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain;
Metode diskusi ini tepat digunakan apabila:
a.       Siswa berada pada tahap menengah atau tahap akhir proses belajar;
b.      Pelajaran berbentuk formal atau magang;
c.       Siswa telah menguasai perluasan pengetahuan;
d.      Siswa belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan;
3.      Learning starts with a question
Strategi ini bila diterapkan dalam bidang studi SKI ini cocok untuk memulai topik baru dimana karakteristik materi pelajaran SKI kadang sudah dibahas pada kelas sebelumnya. Untuk menghindari pengulangan pembahasan topik, perlu ditanyakan sesuai tingkat pemahaman dan kebutuhan siswa. Adapun langkah-langkahnya:
-          Bagikan bahan belajar dan mintalah para siswa belajar berpasangan.
-          Siswa diminta buat pertanyaan hal-hal yang belum dimengerti.
-          Kumpulkan semua pertanyaan dan kelompokkanjenisnya atau yang paling banyak dibutuhkan siswa.
-          Mulailah pelajaran dengan menjawab dan menjelaskan hal-hal yang mereka tanyakan.
4.      Metode Sosiodrama dan bermain peran
Metode Sosiodrama dan bermain peran merupakan suatu metode mengajar siswa untuk mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Kelebihan metode sosiodrama dan bermain peran adalah :
a.       Siswa lebih tertarik perhatiannya pada bermain pelajaran.
b.      Karena bermain peran sendiri, mereka mudah memahami masalah-masalah sosial tersebut.
c.       Dengan bermain peran sebagai orang lain, siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain.
d.      Siswa dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling perhatian.
Kelemahan metode sosiodrama yaitu :
a.       Apabila guru tidak menguasai tujuan intruksional penggunaan teknik ini untuk sesuatu unit pelajaran, sosiodrama tidak akan berhasil.
b.      Apabila guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini, sosiodrama akan menjadi kacau.
5.      Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Kelebihan dari metode inquiry antara lain:
a.       Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
b.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.       Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.      Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e.       Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.       Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g.      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.        Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Jadi kekurang dari metode ini hampir sama dengan metode discovery.

6.      Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini:
a.       Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif,
b.      Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa,
c.       Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
d.      Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
e.       Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probelma yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan. Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Kelebihan dari metode discovery antara lain:
a.       Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.
b.      Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
c.       metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
d.      metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
e.       Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
f.       Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
Kelemahan dari metode discovery antara lain:
a.       Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak atau sulit dipahami sendidri. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
b.      Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
c.       Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional,
d.      Mengajar dengan metode ini mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan,
e.       Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya.
7.      Metode resitrasi (recitation method)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri dari buku pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a.       Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.      Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a.       Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.      Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c.       Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
8.      Metode jigsaw
Dalam metode ini, guru membagi satuan yang besar menjadi komponen yang lebih kecil. Kemudian guru membagi siswa dalam kelompok belajar kooperatif, yang terdiri atas 4 orang siswa sehingga setiap siswa bertanggung jawab atas komponen atau subtopik yang ditugaskan  guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok baru yang terdiri atas dua sampai tiga orang.
Siswa-siswi ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:
a.       Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagihannya
b.      Merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting alam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Dengan demikian seluruh siswa bertugas menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.
9.      Metode penyajian sistem regu (team work)
Metode penyajian sistem regu merupakan metode penyajian dengan seorang guru yang dibantu tenaga teknis atau tim guru dalam menjelaskan suatu persoalan atau objek belajar. Sistem beregu ditangani oleh lebih dari dua orang guru.
Kelebihan metode penyajian sistem regu:
a.       Interaksi belajar mengajar akan lebih lancar
b.      Siswa memperoleh perhatian yang luas dan mendalam karena diberikan oleh beberapa guru,
c.       Guru akan lebih ringan tugas mengajarnya sehingga cukup waktu untuk menyiapkan diri dalam membuat perencanaan.
Kelemahan penyajian sistem regu:
Apabila guru yang tidak mendapatkan giliran mengajar tidak memanfaatkan waktu untuk belajar lebih lanjut atau membuat perencanaan lebih matang.

II. Langkah-langkah Pembelajaran
a.       Kegiatan Awal
1.      Membuka pelajaran
2.      Menarik perhatian, dengan memusatkan perhatian pada guru dari awal akan membuat siswa mendengarkan pelajaran yang disampaikan guru. Guru bisa menggunakan alat bantu seperti alat peraga/surat kabar/gambar-gambar, namun kesemuanya itu harus relevan dengan isi dan indikator kompetensi SKI kelas XII yang akan dipelajari siswa.  
3.      Memberi Motivasi
b.      Kegiatan Inti
1.      Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing 4 orang
2.      Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok
3.      Mengumpulkan kisah-kisah mengenai Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah pengganti Rasulullah.
4.      Mendiskusikan dalam kelompok tentang bagaimana cara pemilihan Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah pengganti Rasulullah
5.       Presentasi hasil diskusi kelompok tentang Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah pengganti Rasulullah
c.       Kegiatan Akhir
1.      Menyampaikan dan mengulas kesimpulan akhir tentang Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah pengganti Rasulullah.
2.      Memberikan salam penutup
d.      Evaluasi Hasil Belajar Mengajar
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
1.      Pertanyaan lisan dikelas tentang materi Khulafaur Rosyidin sebagai khalifah pengganti Rasulullah.
2.      Ulangan Harian, ujian ini dilaksanakan setelah materi pokok disampaikan.
3.      Tugas Kelompok, dalam tugas ini peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan tentang judul tugas yang diberikan oleh guru.
4.      Ulangan Tengah Semester.
5.      Ulangan Semester, dalam ulangan ini dilakukan pada akhir semester dengan bentuk soal ujian pilihan ganda semua atau campuran dan ada yang berupa essay semua.

III.      Analisis Komprehensif Silabus dan Mata Pelajaran SKI
Dari format silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):

Tabel  Kesesuaian Materi SKI Madrasah Aliyah Kelas X
dengan Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
Prinsip Pengembangan
Hasil Analisis
Terpenuhi
Cukup
Kurang
1
Ilmiah
2
Relevan
3
Sistematis
4
Konsisten
5
Memadai
6
Aktual dan kontekstual
7
Fleksibel
8
Menyeluruh
9
Efektif
10
Efisien

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang dan membangun pelajaran SKI agar maksiamal dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)      Aspek Prinsip Ilmiah
Pada aspek keilmiahan menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus sudah terpenuhi. Pengembangan indilkator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu menjadikan materi ini sesuai bila digunakan dalam pembelajaran SKI siswa Madarasah Aliyah kelas XII.
2)      Aspek Relevansi
pada aspek relevansi yang termuat dalam materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap potensi-potensi belajar lain. Seperti Meneladani perilaku sabar dan semua sifat-sifat baik yang dimiliki oleh Khulafaur Rosyidin. Pada aspek ini masih kurang terpenuhi karena belum ada relevansi antara materi yang diajarkan dengan realita atau kehidupan sehari-hari siswa. Seharusnya ada keterkaitan anatara materi pelajaran yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari, agar hal itu dapat membekas diingatan siswa dan berpengaruh pada sikap siswa dalam keseharian. Maka dari itu siswa dituntut untuk meneladani sifat-sifat baik Kepemimpinan Khulafaur Rosyidin dengan cara siswa menrapkannya pada kehidupan sehari-hari. Misalnya Abu Bakar As-Shidiq yang mempunyai sifat kepemimpinan yang istiqomah, ‘arif dan bijaksana. siswa dapat menerapkannya saat memimpin dikelas. siswa harus istiqomah dalam belajar, dalam hal ini akan memberi manfaat yang baik untuk siswa karena bila belajarnya dapat istiqomah maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak mudah lupa karena terus menerus (ajeg) dipelajari.
3)      Aspek Sistematis
Pada aspek silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Hal tersebut menunjukan bahwa aspek ini sudah terpenuhi. Silabus yang dirancang dengan sistematis menjadikan materi yang akan disampaikan dapat diajarkan kepada siswa dengan runtut. Dalam penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per-semester. Implementasi pemelajaran per-semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan kurikulum yang ada. Dalam merumuskan silabus harus dibuat dengan runtut dan terdiri dari beberapa komponen dan harus disusun secara sistematis. Komponen yang terdapat dalam silabus meliputi: Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi Inti (KI), Hasil belajar, indicator hasil belajar, meteri pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, sarana dan sumber belajar. Pelaksanaan strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menuntut guru untuk bisa menjabarkan rencana pembelajaran secara sistematis dengan target lebih konkret, serta didukung pula dengan penggunaan metode dan media yang tepat.
4)      Aspek Konsisten
pada aspek ini, di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang ajek (tetap) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Pada aspek ini konsitensinya telah terpenuhi, ini menandakan adanya hubungan yang terus-menerus dan saling berkesinambungan antara komponen-komponen tersebut. Konsistensi sangat diperlukan karena menghidari perubahan-perubahan yang menyebabkan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan maksimal dan akan membuat guru kebingungan ketika menyampaikan materi ajar dan siswa pun akan dibuat kebingunan karena ketidak konsistensinan antara komponen-komponen yang ada pada meteri pembelajaran yang digunakan.
5)      Aspek Memadai
artinya cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Pada aspek ini dirasa belum terpenuhi dengan maksimal. Pada pengalaman belajar cenderung terabaikan karena kebanyakan siswa meneyepelekan pengalaman yang diterima saat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa sangat lemah terhadap pelajarn ini dan ditambah lagi kurang didukung dan ditunjang oleh metode-metode yang kreatif dan kooperatif. Siswa sering kali megabaikan pengalaman yang didapat selama proses belajar suatu materi pembelajaran yang dianggapnya membosankan. Sehingga pada aspek ini hanya sekedar cukup.
6)      Aspek Aktual Dan Kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian sudah memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dengan peristiwa yang terjadi. Sekarang saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam guru sudah menggunakan teknologi yang ada dan memadukannya dengan banyak metode yang memudahkan siswa untuk paham, guru sekarang sudah lebih inovatif dan mau menggunakan beragam media guna menunjang proses belajar mengajar dan juga membuat siswa lebih tertarik terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Guru Sejarah kebudayaan Islam (SKI) sekarangsudah mengkaitkan pelajaran yang ada dengan kehidupan sehari-hari yang terjadi disekitar, itu dilakukan untuk menambah kecepatan pemahaman siswa dan kekuatan ingatan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
7)      Aspek Fleksibel
Komponen silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada kehidupan sekarang. Pada aspek ini masih dirasa kurang, hal ini menandakan kurang diperhatiakannya penerapan-penerapan aspek fleksibel terhadap perkembangan zaman. Materi pembelajaran seharusnya ada aktualisi yang tercermin pada kehidupan sekarang dan fleksibel terhadap perkembangan zaman. Namun, kebanyakan materi dan cara mengajar yang diterapkan pada pelajarn Sejarah kebudayaan Islam (SKI) cenderung kaku terhadap perubahan zaman dan monoton, padahal nilai-nilai yang penting terdapat dalam pelajaran SKI karena membahas sejarah umat islam. Mengapa hal ini dapat terabaiakan? Mungkin, hal ini disebabkan aspek fleksibelitas tidak terpenuhi dengan baik sehingga yang didapati saat ini pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi pelajaran yang dihindari oleh siswa. Guru Sejarah Kebudayaan Islam harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaruan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, serta dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman. Guru sebagai pendidik yang profesional hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, sehingga apa yang disampaikan pada siswa selalu berkena dihati siswa dan bersifat up to date. Sekalipun hanya membelajarkan sejarah akan tetapi dengan melihat perubahan berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru dan siswa dapat memberikan perbandingan. Dengan demikian pembelajaran sejarah tidak hanya mencakup aspek politik saja, tapi juga aspek sosial, budaya, pendidikan serta ekonomi masuk di dalamnya.
8)      Aspek Menyeluruh
Silabus belum menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan kognitif lebih banyak ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif (yang terdiri dari penerimaan, respons, menghargai, mengorganisasi, dan pola hidup) dan tujuan psikomotorik (yang terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) belum terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena saat menyampaikan materi lebih sering menggunakan metode ceramah dan ini berakibat pada ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan pskomotorik) pada siswa tidak meningkat karena siswa cenderung pasif dan mungkin hanya beberapa siswa yang mampu mengembangkan ranah kognitifnya bila siswa tersebut memperhatikan pelajaran dengan seksama. Ranah kognitif sendiri memiliki enam tingkatan yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan tingkat evaluasi. Melihat banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua diterapkan dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada umumnya. Jika melihat pada pelaksanaannya, maka sebenarnya ranah kognitif yang paling dominan dikembangkan adalah pada tingkatan pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan untuk tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X juga cenderung kurang memperhatikan aspek afektif siswa, Kawasan afektif mencakup beberapa tingkatan yaitu tingkatan menerima, menilai, organisasi, dan tingkat karakteristik. Sedangkan ranah psikomotor mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi, komunikasi dan kemampuan berbicara hal ini karena materi yang ada kurang mendukung untuk perkembangan ranah afektif siswa. Untuk ranah afektif tidak secara penuh dimasukkan dalam rumusan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian afektif siswa melalui pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran. Begitu juga untuk ranah psikomotor tidak terinci secara jelas dalam rumusan tujuan pembelajaran. Seharusnya dalam materi pelajaran ada beberapa indikator yang harus digunakan seperti siswa diperintahkan mampu menerapkan sifat-sifat baik (terpuji) yang telah dicontohkon oleh Rasulullah SAW, siswa harus memiliki akhalak mulia yang harus tercermin pada perilakunya. Sering kali ranah psikomotorik siswa terabaikan pada pelajaran SKI. Siswa hanya pasif mendengarkan materi yang disampaikan saja, sehingga psikomotorik siswa tidak terasah dengan baik. Ranah psikomotor yang dikembangkan dalam rumusan tujuan pembelajaran adalah tingkatan praktek. Namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian-penilaian lain misalnya komunikasi, hanya saja kesemuanya tidak dirinci dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA masih merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk umum belum begitu mendalam atau rinci. Namun seharusnya akan lebih baik jika dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dirinci dengan jelas mengenai ketiga ranah tersebut. Karena hal itu akan memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap siswa, meski hal ini membutuhkan kejelian serta keuletan tersendiri dari guru Sejarah Kebudayaan Islam. Materi SKI sebaiknya dibuat dengan baik dan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dengan menerapkan beberapa materi ajar yang membuat siswa aktif, siswa dapat melaksanakan apa yang terkandung dalam materi. Hal-hal ini seharusnya dapat menjadi bahan koreksi ketika membuat materi pelajarn yang baik dan perlu juga ditunjang dengan metode-metode pembelajaran yang sesuai dan tidak monoton.
9)      Aspek Efektif
Komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan. Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.
10)  Aspek Efisien
Efisiensi waktu dirasa masis sangat kurang. Daya dan waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru. Sedangkan dalam proses pembelajaran penguasaan dan pengembangan materi lebih dititik beratkan pada kemampuan dan kreativitas oleh seorang guru. Problematika penguasaan dan pengembangan materi disebabkan kurangnya atau terbatasnya alokasi waktu yang disediakan untuk materi Sejarah Kebudayaan Islam, sementara materi yang disampaikan terlalu banyak. Dari penjelasan di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan pembelajaran sangat kompleks. Untuk itu strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya membantu siswa menyelesaikan materi secara efisien dengan waktu yang terbatas.
Demikian uraian analisis dari silabus dan materi dari mata pelajaran SKI kelas X di Madrasah Aliyah yang telah ditampilkan..
A.      Analisis SWOT Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang. Namun, pada kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X. Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1.    Strength (kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran tersebut. Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a.       Membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
b.      siswa mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang.
c.       Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang meyakininya dan merupakan sumber syariah yang besar.
d.      Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasul
e.       Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi dalam segi kelebihan atau keunggulan, antara lain sebagai berikut:
§  Fungsi edukatif
Melalui sejarah peserta didik ditanamkan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
§  Fungsi keilmuan
Peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
§  Fungsi transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat.
2.    Weaknesses (kelemahan).
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan prasarana atau sumber daya pendidik dan isi dalam materi pembelajaran, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, hal-hal tersebut meliputi:
a.       Materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi oleh tujuan pada aspek kognitif bukan afektif apalagi sampai pada tingkat psikomotorik.
b.      Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
c.       Kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-­nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari, Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di Madrasah, sebab SKI di Madrasah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
d.      Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik
3.    Opportunities (Peluang).
Peluang adalah suatu kondisi keadaan atau lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Hal-hal yang menjadi peluang dalam pembelajaran SKI di Madrasah aliyah kelas X tersebut meliputi:
a.       Memberi peluang peserta didik untuk menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.
b.      Memberi ibrah pelajaran sejarah dan kebudayaan Islam, sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.
c.       Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategis bagi pentingnya meningkatkan pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4.    Threats (ancaman atau hambatan).
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor laiannya yang tidak menguntungkan bagi sebuah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XII. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh faktor yang menjadi ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain. Hal-hal yang menjadi ancaman dalam pembelajaran SKI meliputi:
a.       Kurangnya waktu atau waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.
b.      Antara harapan dan kenyataan SKI di MA kelas XII memang kurang ideal karena kebanyakan para pendidik menggunakan metode hafalan yang berakibat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya terbatas.
c.       Antara harapan dan kenyataan SKI di MA kelas XII memang kurang ideal karena kebanyakan para pendidik menggunakan metode hafalan yang berakibat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya terbatas.

B.       Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Tingkat Madrasah Aliyah
1.      Problematika Yang Berhubungan Dengan, Materi Metode Dan Proses Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian ummat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi mana yang perlu dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu dikembangkan. Keteladan dari tokoh-tokoh / pelaku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada generasi muda, disamping nilai informasi sejarah penting lainnya.
Walaupun demikian penting materi sejarah bagi pengembangan kepribadian suatu bangsa, Namun dalam realitasnya sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran sejarah kurang diminati. Mata pelajaran sejarah justru hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, baik oleh siswa maupun oleh guru. Ini terbukti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Aliyah waktu ajarnya hanya 1 jam dalam seminggu, padahal materi pelajaran SKI cukup banyak.
Tidak hanya masalah jam pelajaran, dari hasil pengamatan, kami juga menjumpai masalah-masalah lain yang berkaitan dengan metodologi pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada sekolah tersebut, yaitu :
§  Baru menekankan pada aspek sejarah politik para tokoh penguasa pada zamannya. Sementara aspek sosial, aspek ekonomi, budaya dan pendidikan kurang mendapatkan porsi yang memadai.
§  Kurang tersedianya bahan ajar dan sumber belajar yang cukup untuk proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, menambah permasalahan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Guru maupun sekolah hanya memiliki bahan ajar serta sumber ajar berupa buku pegangan berjumlah satu. Hal ini yang mengakibatkan kurang bertambahnya pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam yang ada.
§  Apresiasi siswa terhadap sejarah kebudayaan islam masih rendah. Bahkan beberapa guru sejarah Islam juga menunjukkan apresiasi yang rendah terhadap mata pelajaran ini. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya perhatian mereka terhadap pengajaran sejarah. Siswa menganggap materi sejarah merupakan materi yang memiliki sedikit manfaat dibanding dengan materi keislaman lain. Minat yang rendah ditambah penyampaian materi yang monoton menyebabkan kejenuhan pada diri siswa dalam pembelajaran sejarah. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam menurun yang berakibat pada hasil belajar siswa rendah.
§  Sikap inferiority complex, perasaan rendah diri yang komplek. Sikap inferiority complex ummat Islam terhadap nilai-nilai sejarah budayanya sendiri ini merupakan bagian dari masalah dalam pengajaran sejarah. Generasi muda pada umumnya lebih bangga terhadap hasil kebudyaan Barat, sementara terhadap kebudayaan Islam sendiri, mereka merasa malu untuk mengakuinya, apalagi menirunya. 
§  Penjelasan guru kurang memperhatikan aspek-aspek lain, misalnya faktor sosiologis, faktor antropologis, ekonomis, geografis dan sebagainya. Dalam menjelaskan satu materi dapat diterangkan dengan beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih komprehensif.
Menurut Fatah Syukur diantara kelemahan metode dalam pengajaran sejarah Islam adalah berawal dari pendekatan yang dipakai. Pelajaran sejarah di sekolah cenderung disampaikan dengan pendekatan ekspositori. Dalam pendekatan ekspositori, guru memegang peranan yang sangat dominan dan sentral. Sementara siswa hanya aktif mencatat atau menghafal fakta-fakta historis yang terdapat dalam buku teks. Akibatnya siswa kurang mengerti apa sebetulnya yang diinginkan atau tujuan mempelajari sejarah Islam. Pendekatan ekspositori dalam pengajaran sejarah menjadikan anak tidak kreatif, dan bosan dengan materi yang selalu diulang-ulang. Dari penjelasan di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan pembelajaran sangat kompleks. Oleh karenanya perlu adanya berbagai upaya dalam membelajarkan Sejarah Kebudayaan Islam lebih menarik dibanding dengan kebudayaan lain.

C.      Penyelesaian Masalah Terhadap Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Setelah diketahui adanya problematika seperti pada uraian di atas, maka diperlukan adanya tindakan dalam memecahkan masalah tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sehingga kompetensi dasar dapat dicapai. Meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Adapun alternatif dalam penyelesaian masalah dalam pengajaran SKI antara lain: 
§  Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini langkah yang dilakukan adalah:
1)      Membuat perencanaan metode pembelajaran yang tepat sesuai materi pembelajaran.
2)      Membuat lembar observasi untuk menilai pola interaksi yang terjadi antara siswa dan guru peneliti, yang diamati langsung oleh kolaborator.
3)      Guru membuat evaluasi formatif untuk mengetahui daya serap siswa.
§  Pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran guru mengamati langsung kepada peserta didik bagaimana respons peserta didik dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan dengan penggunaan metode yang diterapkan oleh guru. Apabila dirasa kurang bisa diserap oleh sebagian murid maka sewaktu-waktu guru akan mengganti strategi pembelajaran sesuai kemampuan siswa yang dirasa siswa enak dalam menerima pelajaran tersebut.
§  Refleksi dari berbagai tindakan yang dilakukan, melalui Perencanaan, tindakan, pengamatan diperoleh sebuah kesimpulan saran-saran yaitu Guru hendaknya harus mempersiapkan diri sebelum dimulainya proses pembelajaran dengan baik, baik dalam persiapan personal maupun materi, metode yang digunakan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
§  Melalui pendekatan pengajaran, cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi:
1)      Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT. Sebagai sumber kehidupan. 
2)      Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dilakukan Sahabat, khalifah, dan para ulama. 
3)      Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Sahabat, khalifah dan para ulama.
4)      Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran SKI dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran. 
5)      Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati berbagai peristiwa dalam sejarah Islam sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik. 
6)      Fungsional, menyajikan materi SKI yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. 
7)      Keteladanan, yaitu pendidikan yang guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang meneladani sahabat, khalifah dan para ulama’.

Tidak ada komentar: