KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia dan nikmat-Nya, sehingga tugas mata
kuliah “Telaah Materi PAI III” yang membahas tentang “Telaah Materi Sejarah
Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas XII” dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa
sholawat beserta salam, kami haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, karena
syafa’atnya yang senantiasa kita nantikan kelak di akhirat.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari rekan-rekan yang telah
berkontribusi memberikan sumbangan kritik dan pikirannya, hingga pada
akhirnya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi
dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami
menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan dan
kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
lapoaran ini diwaktu mendatang.
Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan manfaat
kepada kita semua. Āmīn...
Jepara, 02 Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A.
Latar Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
D.
Manfaat Penulisan........................................................................................ 1
BAB II (PEMBAHASAN)
A.
Deskripsi Kurikulum.................................................................................... 3
B.
Ruang Lingkup.......................................................................................... 19
C.
Analisis Silabus Sejarah Kebudayaan Islam.............................................. 20
D.
Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan.......................................... 22
E.
Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Tingkat MA....... 23
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................ 25
B.
Kritik dan saran.......................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pelajaran yang memuat pembahasan yang
berkaitan dengan agama, dengan harapan setelah memepelajari agama ini,
tidak hanya paham dengan materi yang di sampaikan akan tetapi mampu juga
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sert dapat mendekatkan diri pada yang
Maha pencipta, memiliki akhlak yang mulia dalam bergaul, dengan sahabat, orang
tua, dan negaranya.
Berdasarkan peraturan menteri agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008
tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama islam dan
Bahasa Arab di Madrasah Aliyah untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan islam di Indonesia?
2. Bagaimana identifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang
berprestasi dalam perkembangan islam?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui perkembangan islam di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peranan tokoh-tokoh penting yang dapat berprestasi dalam
perkembangan islam
3. Untuk mengetahui sejarah perjalanan Wali Songo dalam penyebaran Islam
D. Manfaat Makalah
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memahami materi sejarah kebudayaan islam kelas XII dengan baik.
b. Dapat menjelaskan materi sejarah kebudayaan islam kelas XII
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemakalah
Untuk meningkatkan pengetahuan pemakalah, khususnya
islam kelas XII di Madrasah Aliyah.
b. Bagi pembaca
Sebagai dasar pengetahuan bagi mahasiswa agar nantinya
dapat mengaplikasikan dan menelaah materi sejarah kebudayaan islam kelas XII di
Madrasah Aliyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diskripsi Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan
suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi sebagai pedoman dan alat
dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan pembelajaran dalam rangka
pencapaian tujuan. adapun fungsi lain dari kurikulum, yaitu sebagai berikut :
1)
Kurikulum
berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan.
2)
Kurikulum
sebagai batasan dari program kegiatan pada tingkatan pendidikan.
3)
Kurikulum
sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
Berdasarkan penjelasan fungsi kurikulum diatas,
dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen dari pendidikan yang
memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi pelaksanaan dan
penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam merupakan
salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan ini,
kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam
pencapaian tujuan dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam
merencanakan dan menyusun kurikulum, guru diharapkan agar cermat dan teliti.
Karena, sebuah kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang saling terkait
erat satu sama lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum harus
berdasarkan asas dan orientasi tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami menganggap
bahwa penulisan mengenai Telaah Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam ini sangat
penting unttuk
dibahas, karena mengingat peranan dan fungsinya
yang cukup penting dalam pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai
tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta
didik di madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Kebudayaan Islam ialah salah satu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Madrasah Aliyah, SKI ini merupakan perkembangan perjalanan hidup
manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan
bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang
dilandasi oleh akidah.
Mata pelajaran SKI Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah
Aliyah memiliki karakteristik tersendiri, aspek Sejarah Kebudayaan Islam
menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh Islam berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain
untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
1. Identitas Materi
Mata pelajaran SKI kelas XII
adalah mata pelajaran yang menjelaskan tentang perkembangan Islam pada masa modern / zaman kebangkitan
(1800-sekarang) dan perkembangan Islam di Indonesia dan masih banyak
2. Standar Kompetensi :
a.
Memahami perkembangan Islam di Indonesia
3. Kompetensi
Dasar
a.1. Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
a.2.
Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi
dalam perkembangan Islam di Indonesia
a.3. Mengambil
ibrah dari peristiwa perkembangan Islam di Indonesia
4. Indikator
1. Menjelaskan proses masuknya Islam ke Indonesia.
2. Menjelaskan pengaruh Islam terhadap peradaban
bangsa Indonesia
3. Menyebutkan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia
4. Mengidentifikasi peninggalan-peninggalan
kerajaan Islam
5. Menyebutkan ulama’-ulama’ awal di Indonesia
6. Menjelaskan peranan ulama-ulama awal dalam
penyebaran Islam di Indonesia
7. Menyebutkan nama-nama wali songo
8. Menjelaskan peranan wali songo dalam pengembangan Islam di Indonesia
5. Tujuan Dan Orientasi
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah kelas 12 yang bertujuan untuk:
a. Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari sejarah
peradaban islam sampai pada zaman Modern
b. Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang menjadi
sejarah dan yang dipelopori boleh para tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam
pada masa modern.
c. Melatih daya kritis peserta didik untuk
memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d. Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari sejarah
peradaban islam sampai masuknya islam di Indonesia.
e. Mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam).
f. Meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan
seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam di Indonesia.
Setelah mengamati, menanya,
mengeksplorasi, menganalisis dan mengkomunikasikan peserta didik diharapkan
dapat memahami perkembangan islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dan perkembangan Islam yang di
bawa oleh para tokoh sampai masuk ke Indonesia.
6. Materi Pembelajaran
1.1
Menjelaskan
perkembangan islam di Indonesia
Di
tinjau dari sudut sejarah, agama islam masukke Indonesia melalui berbagai cara.
Pada umumnya masuknya islam ke Indonesia melalui para pedagang dari jazirah
Arab, Persia, dan India pada abad ke-7 M.
Para
pedagang tersebut menyebarkan islam dengan cara berdagang dengan penduduk Indonesia,
menikahi penduduk Indonesia, atau meliputi pendidikan yang meliputi pendidikan
kesenian, pemerintahan, dan tasawuf kepada masyarakat Indonesia hingga islam
bisa diterima dan menjadi mayoritas di Indonesia.
Dalam perkembangan
selanjutnya, islam berkembang dengan menyatukan budaya local Indonesia dengan
ajaran islam. Namun, perpaduan itu tidak menyebabkan ajaran islam keluar dari
jalur dan tetap berpegang teguh pada tuntunan Allah SWT dan Rasullah SAW.
Pada umumnya pembawa
agama islam ke Indonesia adalah para pedagang yang berasal dari Arab. Selain
berdagang, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama islam kepada orang lain.
Agama islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak dengan kekerasan atau
peperangan, dan tidak dengan paksaan. Adapun daerah Indonesia yang mula-mula di
masuki islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa Tengah. Kemudian
agam islam berkembang ke seluruh pelosok tanah air.
Berdasarkan para ahli,
dapat di simpulkan bahwa agama islam masuk di Indonesia pada abad ke -7. Pada
abad ke 13 agama islam berkembang dengan pesat ke seluruh Indonesia. Hal itu di
tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan atau makam-makam yang berciri
khas islam, misalnya di Leran
(dekat Gresik) terdapat sebuah batu yang berisi tentang meninggalnya seorang
perempuan bernama Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 M dan makam-makam Islam
di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M dan di Samudera Pasai terdapat
makam-makam raja islam, di antaranya makam Sultan Malik as-Saleh yang meninggal
tahun 676 H atau 1292 M.
1.
Perkembangan Islam di Sumatera
Agama Islam
masuk ke Sumatera sekitar abad ke-7. Pertumbuhan Islam di Sumatera di tandai
dengan berdirinya kerajaan islam pertama di Sumatera dan juga pertama di Indonesia,
yaitu kerajaan Samudera Pasai di Aceh yang didirikan oleh raja pertama yaitu
Malik as-Saleh. Selanjutnya agama islam berkembang hampir ke seluruh wilayah sumatera,
seperti Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci, Bangka, Belitung, Indragiri,
Lampung serta daerah-daerah lainnya.
2.
Perkembangan Islam di Jawa
Agama islam
masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Sima (674). Kerajaan islam pertama
adalah kerajaan Demak yang di pimpin oleh raja pertama yaitu Raden Patah. Sedangkan masuknya islam di Jawa Timur terbukti dengan
ditemukannya makam Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 dan di temukannya batu
nisan bertuliskan Arab yang kemudian di sebut “batu leran”. Masuknya islam di
Jawa Barat disiarkan oleh Haji Purba pada saat pemerintahan Prabu Mundingsari
pada tahun 1190.
Perkembangan
agama islam di Jawa juga tidak dapat lepas dari peranan dan andil Walisongo.
3.
Perkembangan Islam di Sulawesi
Perkembanga
agama islam di Sulawesi tidak sebaik dan sepesat di Jawa dan Sumatera. Cara
pengislaman di Sulawesi juga dilakukan dengan cara damai, tanpa kekerasan,
peperangan, atau paksaan. Terkadang timbul pertentanagan antara kerajaan yang
telah islam dengan kerajaan yang belum memeluk islam. Pertentangan tersebut
bukan karena masalah agama, akan tetapi masalah politik, misalnya kerajaan Gowa
dengan kerajaan Sopeng. Adapun yang menyiarka agama islam di Sulawesi adalah
Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman. Dato’ri Bandang adalah murid Sunan Giri dan beliau mengajarkan agama islam
kepada rakyat dan para raja. Daerah pelopor pengembangan agama islam adalah di
Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo di Sulawesi Selatan. Kedua kerajaan itu
kemudian bergabung menjadi Makasar kemudian bergelar Sultan Alaudin. Sedangkan
Raja Tallo menjadi Mangkubumi dengan gelar Sultan Abdullah.
4.
Perkembangan Islam di Kalimantan
Sekitar tahun
1550 di Banjar berdiri kerajaan islam dengan rajanya bergelar Sultan
Suryanullah. Sejak itu pula rakyat Banjar banyak yang memeluk agama islam. Begitu
pula daerah-daerah di bawah kekuasaan Banjar, satu persatu masuk islam sehingga
agama islam dengan cepat dan pesat berkembang di Kalimantan.
Sebelum agama
islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah berhala. Kemudian lama-lama mereka
banyak yang memeluk agama islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan
perdagangan, pernikahan, dan dakwah. Penyiaran islam di Dayak dilakukan oleh
pendatang dari Arab, Bugis, dan Melayu. Perkembangan islam selanjutnya
dilakukan oleh keturunan-keturunan mereka.
1.2 Mengidentifikasi Peristiwa-Peristiwa
Penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi
dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Agama
islam di Indonesia menjadi agama mayoritas yang hampir dipeluk seluruh
masyarakat Indonesia. Umat islam di Indonesia juga menentukan maju mundurnya
kehidupan bangsa ini. Umat islam juga dituntut untuk mengisi kemerdekaan dengan
bekerja keras agar tercapai kemajuan bangsa Indonesia.
Agar
hal tersebut terwujud, maka seluruh umat islam di Indonesia harus bersatu dalam
usaha untuk memajukan Indonesia. Berikut ini merupakan berbagai usaha umat
islam Indonesia dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Tokoh-tokoh yang Berprestasi dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat di
lepaskan dari peran aktif yang dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah
islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat Nusantara. Para ulama
yang pertama kali menyebarkan islam di Nusantara antara lain sebagai berikut:
a.
Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri hidup pada masa perintahan Sultan Iskandar Muda,
sekitar tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh,
tetapi juga ke India, Persia, Makkah dan Madina. Karena itu ia menguasai
berbagai bahasa selain bahasa Melayu. Dalam pengembaraannya itu, ia sempat
mempelajari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan intelektualnya.
Hamzah Fansuri kembali ke kampong halamannya di
Fansur, Aceh. Untuk mengajarkan keilmuan islam yang diperolehnya dari guru-guru
yang di datanginya di negeri-negeri yang telah di singgahi. Ia mengajarkan
keilmuan islam tersebut di Dayah (pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
Hamzah Fansuri bukan hanya sebagai seorang ulama, sufi dan sastrawan terkemuka, ia juga sebagai perintis pengembangan peradaban Islam di Nusantara. Dalam
bidang keilmuan tafsir, Hamzah Fansuri telah mempelopori penggunaan metode ta’wil,
karyanya Asrarul Arifin.
b.
Syamsudin Al-Sumatrani
Syamsudin Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di
Aceh dan Nusantara yang hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki
peran dan posisi penting di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena berprofesi sebagai Qadli (HakimAgung), juga
kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai seorang Syeikh Al-Islam.
Syeikh Al-Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama, kadi, imam, atau syeikh,
penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan dan juru bicara Kerajaan
Aceh Darussalam. Karya-karya
Syamsudin Al-Sumtrani adalah : Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin
Al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa Al-Mubiddinfi Dzikr Allah, Mir’ah Al-Mukminin,
Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah Syair Ikan Tongkol.
c.
Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah
pelabuhan tua di Gujarat. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy,
Arab Selatan, yang menetap di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab,
Ar-Raniri dianggap lebih dikenal sebagai seorang ulama Melayu dari pada India
atau Arab.
Ar-Raniri di angkat sebagai Syeikh Al-Islam, pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Tsani. Dengan memperoleh dukungan dari Sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan
berbagai pembaruan pemikiran islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam
bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid dalam bidang aqidah
islam.
d.
Abdurrauf Singkel
Abdurrrahman Singkel lahir di Singkel pada tahun 1024 H/1615 M. Ia
memperoleh pengetahuan Islam dari ayahnya yang seorang ulama. Setelah itu, ia
melanjutkan pendidikannya di Banda Aceh. Setelah itu melanjutkan ke Haramain
pada tahun 1052 H/1642 M. karyanya yang paling terkenal adalah Tafsir
Tarjuman Al-Mustafid (Tafsir Penafsir yang Bermanfaat) dan Al-Miratu
Thulab fi tashilil Ma’rifatul Ahkamus Syar’iyah lil Malikil Wahhab (cermin
Mudd untuk memudahkan pengetahuan tentang Hukum Syari’at yang Di hadiahkan
kepada raja) dalam bidang fikih muamalah.
e.
Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
Muhammad Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati
Al-Makassari, dilahirkan di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3
Juli 1626 M/1037 H. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama. Ia belajar
bahasa Arab, fikih, tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham
Al-Thahir, seorang Arab yang menetap
di Bontoala. Setelah berusia 15tahun, ia melanjutkan pelajarannya di Cikoang dengan
Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru pengembara, yang datang dari Aceh ke Kutai,
sebelum sampai di Cikoang. Diantara
karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang
Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud).
f.
Syeikh Abdussamad Al-Palimbani
Syeikh Abdussamad Al-Palimbani merupakan salah seorang ulama
terkenal yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Ayahnya adalah seorang
sayid dari San’a, Yaman, yang sering melakukan perjalanan ke India dan Jawa
sebelum menetap di Kedah, Semenanjung Malaka. Di Kedah ia di angkat menjadi
Qadli (Hakim Agung) di Kesultanan Kedah.
Salah satu karyanya adalah Nasihah Al-Muslimin wa Tazkiyarah
Al-Mukmininfi Tadla’ililfibadfi Sabilillah (Nasihat bagi Kaum Muslimin dan
Peringatan bagi Orang Beriman tentang Keutamaan Jihad di Jalan Allah).
g.
Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Muhammad Arsyad Al-Banjari lahir pada tahun 1122 H/1710 M di
Martapura, Kalimantan Selatan. Ia memperoleh pendidikan dasar keagamaan dari
ayahnya dan para guru setempat didesanya sendiri. Dalam usia 7 tahun, Muhammad
Arsyad telah mampu membaca al-qur’an secara sempurna. Kemampuan ini menarik perhatian Sultan Tahlilullah
sehingga ia di minta tinggal bersama sultan di istana. Karyanya adalah Sabilul Muhtadin (jalan bagi orang yang
mencari petunjuk) dalam bidang ilmu lahir dan Kanzul Ma’rifah (Gudang Pengetahuan)
dalam bidangilmi batin.
h.
Syeikh Muhammad Nafis Al-Banjari
Muhammad Nafis lahir pada tahun 1148 H/1735 M di Martapura. Ia
berasal dari keluarga bangsawan Banjar. Ia merupakan tokoh terpenting kedua
setelah Muhammad Arsyad Al-Banjari. Ia meninggal dan di kuburkan di Kelua,
sekitar 125 km dari Banjarmasin.
Karyanya tasawufnya yang terkenal adalah Ad-Durrun Nafis fi
Bayanil Wabdab wal Afalul Asma wa Sifat wa Zatut Taqdis.
i.
Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani
Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang,
Banten pada tahun 1230 H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan
Abmad, di didik ayahnya dalam bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan
tafsir.
Syeikh Nawaei Al-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara
yang cukup berpengaruh dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas
melayu Haramain secara keseluruhan.
j.
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau lahir di bukittinggi, Sumatera
Barat pada tahun 1276 H/1855 M. Ayahnya adalah seorang jaksa di Padang,
sedangkan ibunya adalah anak dari Tuanku Nan Renceh, seorang ulama terkemuka
dari golongan Padri. Ahmad Khatib kecil memperoleh pendidikan awal pada sekolah pemerintahyang
didirikan Belanda.
k.
Wali Songo
Dalam sejarah penyebaran islam di Indonesia, khususnya di Jawa
terdapat Sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka di kenal
dengan sebutan Wali Songo.
1.
Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim nama aslinya adalah Maulana
Makhdum Ibrahim As-Samarkandy. Beliau lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada
paruh pertama pada abad ke-14. Maulana Malik Ibrahim juga di sebut Syeikh
Magribi. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudera Pasai,
sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari
seorang Persia, bernama Maulana Jumada’ Kubro, yang menetap di Samarkand. Pada
tahun 1392, Maulana Malik Ibrahim hijah ke Pulau Jawa tepatnya di desa Sembalo
(sekarang Leran), Manyar, sebelah utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang di
lakukan di desa itu adalah berdagangan dengan cara membuka warung, yang
menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu, Maulana Malik
Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara cuma-cuma.
2.
Sunan Ampel
Sunan Ampel adalah putra tertua dari Maulana Malik
Ibrahim. Nama aslinya adalah Raden Rahmat. Beliau di lahirkan pada 1401 di
Campa. Nama Ampel sendiri di identikkan pada nama ia lama bermukim, yaitu di
daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian Surabaya, kota
Wonokromo sekarang. Sunan Ampel masuk ke pulau jawa pada tahun 1443. Sunan
Ampel membangun dan mengembangkan pondok pesantren, yang kemudian dikenal
dengan sebutan Pesantren Ampel Denta. Pada pertengahan abad ke-15, pesantren Ampel
Denta menjadi pusat Pendidikan Islam yang sangat berpengaruh di wilayah
Nusantara, bahkan hingga ke mancanegara. Dalam menyampaikan materi yang sangat
sederhana. Sunan Ampel pula yang mengenalkan istilah Mo Limo (moh main. Moh
ngombe, moh maling, moh madat, moh madon).
3.
Sunan Giri
Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin. Nama
kecil Sunan Giri ialah Raden Paku. Ia lahir di Blambangan (kini Banyuwangi)
pada 1442. Ayahnya adalah Muhammad Ishak, saudara kandung Maulana Malik
Ibrahom. Maulana Ishak berhasil mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia
meninggalkan keluarga istrinya dan berkelana hingga Samudra Pasai. Sunan Giri
kecil menuntut ilmu di Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Sunan Ampel,
Ia juga berkelana ke Malakadan Pasai. Setelah itu ia membuka pesantren di
daerah perbukitan desa Sidomukti, Selatan Gresik. Materi yang di sampaikan
Sunan Giri adalah soal akidah dan ibadah dengan pendekatan fikih yang
disampaikannya secara lugas. Pesantern ini tidak hanya digunakan sebagai tempat
pendidikan, tetapi juga dijadikan sebagai pusat pengembangan masyarakat.
4.
Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, yang berarti
juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Beliau lahir pada tahun 1465. Ibunya bernama
nyi Ageng Manila, putri seorang Adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama
dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah dewasa, ia berkelana untuk
berdakwah di berbagai pelosok pulau Jawa. Pada awalnya ia berdakwah di Kediri
dan kemudian menetap di Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Di desa itu ia membangun
pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar.
Sunan Bonang juga banyak menulis karya sastra berupa
suluk atau tembang tamsil. Salah satunya Suluk Wijil yang di pengaruhi
kitab Al-Shidiq karya Abu Sa’id Al-Khayr. Dan tembang Tombo Ati
juga termasuk salah satu karyanya.
5.
Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling
banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir di sekitar tahun 1450. Ayahnya adalah
Arya Wilatikta, Adipati Tuban, salah seorang keturunan tokoh pemberontak
Majapahit bernama Ronggolawe. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia
juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran
Tuban, atau Raden Abdurrahman.
Dalam melaksanakan gerakan dakwahnya, Sunan Kalijaga
menggunakan sarana kesenian dan kebudayaan, misalnya seni ukir, wayang gamelan,
serta seni suara suluk. Beberapa karya Sunan Kalijaga diantaranya adalah
menciptakan perayaan sekatenan, grebek maulud, Layang Kalimasada, dan
lakon wayang Petruk Jadi Raja.
6.
Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir
sekitar tahun 1448. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, Putri dari Raja Pajajaran,
Raden manah Rarasa. Ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda,
pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Sejak kecil Syarif
Hidayatullah belajar agama islam dan baru mulai mendalami ilmu agama secara
intensif sejak berusia 14 tahun dari ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke
berbagai negara.
Setelah berdirinya Kesultanan Bintoro Demak dan atas
restu ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga di kenal sebagai
Kasultanan Pakungwati. Dengan demikian Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya
Wali Songo yang memimpin pemerintahan.
7.
Sunan Drajat
Sunan Drajat di lahirkan pada 1470. Nama kecil Sunan
Drajat adalah Raden Qosim dan bergelar Syaifuddin. Ayahnya adalah Sunan Ampel.
Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke
pesisir Gresik, melalui Laut. Tetapi ia kemudian terdampar di Dusun Jelog,
daerah pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Setahun berikutnya, Sunan
Drajat pindah ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini
bernama desa Drajat, Paciran, Lamongan.
Sunan Drajat dikenal sebagai seorang yang bersahaja
dan suka menolong, serta memelihara anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. Dalam
berdakwah, Sunan Drajat tidak menggunakan cara dengan mendekati budaya lokal
melainkan secara langsung yaitu tentang tauhid dan akidah.
8.
Sunan Kudus
Nama kecil Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Sunan
Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Sunan Kudus berdakwah ke berbagai
daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo, hingga Gunung Kidul. Cara
berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga, yaitu sangat toleran pada
budaya setempat. Cara penyampaianya bahkan lebih halus. Oleh karena itu, para
wali menunjuknya menjadi penyebar islam di Kudus. Hal itu terjadi karena ia
merupakan salah seorang wali yang mencoba mengakomodasi budaya lokal dalam
berdakwah di kalangan masyarakat Kudus yang mayoritasnya beragama Hindu.
9.
Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Dewisaroh dari hasil
perkawinannya dengan Sunan Kalijaga. Dewi Saroh adalah adik kandung Sunan Giri
sekaligus anak Syekh Muhammad Ishak. Nama kecil Sunan Muria adalah Raden
Prawoto. Nama Muria di ambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung
Muria, yaitu sebelah utara Kota Kudus.
Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga
sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom
dan Kinanti.
3.
Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a.
Strategi : Contectual Teaching Learning
(CTL)
b.
Model : Kooperatif
c.
Pendekatan : Analisis dan
pendekatan proses
d.
Metode : Apresepsi dan Diskusi
4.
Langkah-Langkah Pembelajaran
A.
Kegiatan Awal
1)
Motivasi
2)
Penjelasan singkat tentang sejarah dakwah Rasulullah SAW pada periode
Makkah dan Madinah.
3)
Appersepsi
B.
Kegiatan Inti
1)
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing 4 orang
a.
Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok Mengkaji beberapa sumber atau literatur
tentang ulama’-ulama’ awal di Indonesia, peranan ulama-ulama awal dalam
penyebaran Islam di Indonesia, serta mengidentifikasi nama-nama wali songo dan
peranan wali songo dalam pengembangan
Islam di Indonesia
b.
Diskusi kelompok
dan diskusi kelas
C.
Kegiatan Akhir
1)
Menyampaikan kesimpulan akhir tentang perkembangan islam di indonesia dan tokoh-tokoh
yang paling berpengaruh.
2)
Memberikan salam penutup
5.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya:
a.
Pertanyaan lisan dikelas tentang materi perkembangan islam di indonesia.
b.
Ulangan Harian, ujian ini dilaksanakan setelah materi pokok
disampaikan.
c.
Tugas Kelompok, dalam tugas ini peserta didik diberi kesempatan
untuk melakukan pengamatan tentang judul tugas yang diberikan oleh guru.
d.
Ulangan Tengah Semester.
e.
Ulangan Semester, dalam ulangan ini dilakukan pada akhir semester
dengan bentuk soal ujian pilihan ganda semua atau campuran dan ada yang berupa
essay semua.
6.
Sumber dan Referensi Pembelajaran
a.
Sari Sejarah
Kebudayaan Islam, jilid 1 a, Abu Muhammad: 1982
b.
Sejarah
Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern, Siti Maryam dkk.
c.
Tim Perumus,
2006, Menjelajahi Peradaban Islam, untuk Madrasah Aliyah Kelas XII, Yogyakarta,
Pustaka Insan Madani
d.
Dan lain-lain.
7.
Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
§
Pertemuan pertama (90 menit)
Menjelaskan perkembangan islam di
Indonesia
1.
Perkembangan Islam di Sumatera
2.
Perkembangan Islam di Jawa
3.
Perkembangan Islam di Sulawesi
4.
Perkembangan Islam di Kalimantan.
§ Pertemuan kedua (90 menit)
Mengidentifikasi Peristiwa-Peristiwa
Penting dan Tokoh-Tokoh yang Berprestasi
dalam Perkembangan Islam di Indonesia
1. Hamzah Fansuri
2. Syamsudin Al-Sumatrani
3. Nuruddin Ar-Raniri
4. Abdurrauf Singkel
5. Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari
6. Syeikh Abdussamad Al-Palimbani
7. Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
8. Syeikh Muhammad Nafis Al-Banjari
9. Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani
10. Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau
11. Wali Songo
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di
Madrasah Aliyah meliputi:
1.
Proses masuknya Islam ke Indonesia
2.
Pengaruh Islam terhadap peradaban bangsa Indonesia
3.
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
4.
Peninggalan-peninggalan kerajaan Islam di Indonesia
5.
Ulama’-ulama’ awal di Indonesia
6.
Peranan ulama-ulama awal dalam penyebaran Islam di
Indonesia
7.
Nama-nama wali songo
8.
Peranan wali songo
dalam pengembangan Islam di Indonesia
C. Analisis Silabus
Dari format
silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis
besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):
Tabel Kesesuaian Materi SKI Madrasah Aliyah Kelas XII dengan
Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
|
Prinsip Pengembangan
|
Hasil Analisis
|
||
Terpenuhi
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1
|
Ilmiah
|
√
|
||
2
|
Relevan
|
√
|
||
3
|
Sistematis
|
√
|
||
4
|
Konsisten
|
√
|
||
5
|
Memadai
|
√
|
||
6
|
Aktual dan kontekstual
|
√
|
||
7
|
Fleksibel
|
√
|
||
8
|
Menyeluruh
|
√
|
||
9
|
Efektif
|
√
|
||
10
|
Efisien
|
√
|
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian
silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya
menjadi rujukan dalam merancang bangun dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, dari aspek
prinsip ilmiah menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen
silabus dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. Pengembangan indikator,
materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber
belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik
mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang
ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008. Nah untuk sesuatu yang harus
digaris bawahi adalah kesesuaia dalam materi ajar, dan yang terpenting adalah kesiapan seorang
guru itu sendiri, meskipun sekarang sudah mulai diberlakukan pembelajaran
menggunakan K-13 dengan materi ajar yang lebih lengkap, oleh karena itu
kesiapan seorang tenaga pendidik harus benar-benar menjadi tolak ukur
tersendiri dalam proses belajar.
Kedua, dari aspek
relevansi materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan
adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar, namun akan lebih baik jika siswa
juga mampu memahami
perkembangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan sampai masuk ke indonesia
yang di bawa oleh para Tokoh Walisongo. Dan yang menjadi alasan saya kenapa
untuk Relevansi saya mencontreng cukup, karena banyak buku yang mempunyai Reverensi
yang berbeda dan dari masing-masing buku tersebut ada perbedaan tentang apa
yang dibahas didalam buku, meskipun dengan Tema yang sama. Karena kita membahas
tentang sejarah, dimana sejarah itu mempunyai banyak sumber.
Ketiga, dari aspek
sistematis silabus meskipun telah terlihat adanya hubungan fungsional antar
komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi, namun terkadang Sustematis
penulisannya masih banyak mengandung perbedaan sudut pandang dan salah persepsi
dari setiap anak yang membacanya, dan itu saya alami sendiri sampai-sampai saya
pernah beradu argumen dengan teman dan
baru bertanya pada seorang Guru.
Keempat, dari aspek
konsisten di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang
tetap atau ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar dan sistem penilaian entah untuk perubahan Kurikulum
yang dulunya menggunakan KTSP sekarang diberlakukan K-13.
Kelima, dari aspek
memadai cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar, sudah bisa dikatakan terpenuhi.
Keenam, dari aspek
aktual dan kontekstual cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan
perkembangan Iptek,
padahal seandainya dapat disesuaikan dengan pengembangan IPTEK proses belajar
akan lebih menunjang dan mungkin juga akan lebih mudah untuk diterima setiap
peserta didik.
Ketujuh, dari aspek
fleksibel komponen silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
masyarakat. Padahal ini sangat penting untuk pembelajaran perkembangan Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad dan masuk sampai keIndonesia yang di bawa oleh para
Wali Songo.
Kedelapan, dari aspek
menyeluruh silabus belum menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, dan psikomotorik) seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus
tersebut tujuan kognitif lebih banyak ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif
(yang terdiri dari penerimaan, respons, menghargai, mengorganisasi, dan pola
hidup) dan tujuan psikomotorik (yang terdiri dari meniru, menggunakan,
ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) belum terpenuhi.
Kesembilan, dari aspek
efektif komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan
silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes
yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan
informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau
efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan
oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif
saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum
dimunculkan.
Kesepuluh, dari aspek yang terakhir ini yang menjadi
pemasalahannya adalah, ternyata dari alokasi waktu seorang pengajar tidak mampu
menyelesaikan mata pelajarannya sesuai dengan SK KD yang sebelumnya telah
dibuat,dan yang paling mengenaskan adalah terkadang guru meloncati sebagian
pembahasan. Dan itulah yang menjadi pengalaman belajar saya tentang mata
pelajaran SKI.
Demikian uraian analisis dari silabus mata pelajaran
SKI yang dapat saya sampaikan. Dan sebagai perbandingan dibawah ini akan
ditampilkan silabus dengan masalah yang ada, dan semoga dengan saya menampilkan
permasalan ini bagi pembaca dapat membentuk Kurikulum baru dimana dari sisi isi
itu mudah dipahami dan penggunaan alokasi waktusesingkat mungkin dan tampa meloncati
pembahasan yang sebelumnya telah dicantumkan dalam sebuah buku.
D.
Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Tingkat MA
Sejarah
Kebudayaan Islam merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk
watak dan kepribadian ummat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau
generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi
mana yang perlu dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu dikembangkan.
Keteladan
dari tokoh-tokoh / pelaku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada
generasi muda, disamping nilai informasi sejarah penting lainnya yang akan
membentuk karakter setiap anak didik sesuai yang diharapkan ileh setiap orang
tua.
Walaupun demikian penting materi
sejarah bagi pengembangan kepribadian suatu bangsa, Namun dalam realitasnya
sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran sejarah kurang diminati. Mata
pelajaran sejarah justru hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, baik
oleh siswa maupun oleh guru. Ini terbukti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) di Madrasah Aliyah waktu ajarnya hanya 2 jam dalam seminggu, padahal materi
pelajaran SKI cukup banyk. Akan tetapi hal yang palig penting adalah penggunan
Metode sorang guru, dimana metodenya kurang menarik perhatian seorang peserta
didik.padahal setidaknya seorang guru dapat menggunakan metode yang bersifat
mengenang, seperti metode belajar sambil bermain. Contoh kita berikan setiap
anak pertanyaan dengan cara kita memberikan Clue atau sedikit bocoran dalam
menjawab.
Tidak hanya masalah jam pelajaran,
dari hasil pengamatan, kami juga menjumpai masalah-masalah lain yang berkaitan
dengan metodologi pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada sekolah tersebut,
yaitu :
§
Baru menekankan pada aspek sejarah
politik para tokoh penguasa pada zamannya. Sementara aspek sosial, aspek
ekonomi, budaya dan pendidikan kurang mendapatkan porsi yang memadai. Dan dari
aspek politik ini yang menjadi tolak ukur aalah politik pada zaman dahulu dan
zaman sekarang dan itulah yang menjadi perbandingannya untuk selarang ini.
§
Apresiasi siswa terhadap sejarah
kebudayaan islam masih rendah. Bahkan beberapa guru sejarah Islam juga
menunjukkan apresiasi yang rendah terhadap mata pelajaran ini. Hal ini
ditunjukkan dengan rendahnya perhatian mereka terhadap pengajaran sejarah, itu
dikarenakan sulitrnya mempelajari Sejarah dengan menggunakan banyak sudut
pandang yang menjadi tolak ukur atau perbandingan.
§
Sikap inferiority complex,
perasaan rendah diri yang komplek. Sikap inferiority complex ummat Islam
terhadap nilai-nilai sejarah budayanya sendiri ini merupakan bagian dari
masalah dalam pengajaran sejarah. Generasi muda pada umumnya lebih bangga
terhadap hasil kebudyaan Barat, sementara terhadap kebudayaan Islam sendiri,
mereka merasa malu untuk mengakuinya, apalagi menirunya. Itulah yang
menjadi turunnya Moral generasi Muda Indonesia, bahkan kebudayaannya sendiri
hamper hilang seperti ditelan Bumi dengan menggantinya dengan budaya baru
dengan meniru Budaya Negara lain.
§
Penjelasan guru kurang memperhatikan
aspek-aspek lain, misalnya faktor sosiologis, faktor antropologis, ekonomis,
geografis dan sebagainya. Dalam menjelaskan satu materi dapat diterangkan
dengan beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman siswa menjadi
lebih komprehensif.
E. Alternatif
Penyelesaian Masalah Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Adapun alternatif dalam penyelesaian masalah dalam
pengajaran SKI antara lain:
Melalui pendekatan pengajaran, cakupan materi pada setiap
aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi:
§ Keimanan,
dimana guna untuk mendorong peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan
keyakinan tentang adanya Allah SWT. Sebagai sumber kehidupan.
§ Pengamalan,
mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil
pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dilakukan Sahabat,
khalifah, dan para ulama dengan cara memberikan contoh dalam bersikap
sehari-hari kita sendiri.
§ Pembiasaan,
melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang
sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Sahabat, khalifah dan para
ulama.
§ Rasional,
usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran SKI dengan pendekatan
yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang
ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
§ Emosional,
upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati berbagai
peristiwa dalam sejarah Islam sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta
didik.
§ Fungsional,
menyajikan materi SKI yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
Keteladanan, yaitu pendidikan yang guru serta komponen
madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang
meneladani sahabat, khalifah dan para ulama'.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pelaksanaan pembelajaran sejarah kebudayaan islam
kelas XII semester 2 di MA/SMA, dalam pembelajaran khususnya materi memahami
perkembangan Islam di indonesia ini dilakukan seperti halnya yang sudah
tertulis dalam RPP.
Pencapaian indikator dengan metode yang variasi ini
memudahkan siswa dalam menangkap pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga
keberhasilan dalam pencapaian indikator
bisa tercapai.
Antara prota, promes, silabus, dan RPP terdapat
permasalahan ketidak sesuaian pada alokasi waktu yang ditentukan. Pada RPP penulisan
sumber pembelajaran tidak diperjelas buku yang diambil. Pada kegiatan awal di
RPP setelah guru memberikan salam, tidak memeriksa kehadiran siswanya.
KRITIK
DAN SARAN
1. Saran untuk guru.
Guru hendaknya memperhatikan
lebih detail mengenai pembuatan silabus, RPP, prota dan promes, sehingga tidak
ada kekeliruan dalam penulisan dan bisa dibaca dengan baik untuk para penelaah
selanjutnya dan semoga dari masalah yang saya cantumkan ini dapat menjadi tolak ukur
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Saran untuk pengkaji selanjutnya.
Untuk pengkaji selanjutnya supaya
dalam pengkajian lebih detail dalam menelaah sehingga kekurangan yang ada di
dalam kajian bisa teratasi mendapatkan solusi yang tepat, dan seandainya ada kesalahan dari apa yang saya
telaah dan analisismohon kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sabri,
Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Ciputat:
Quantum Teaching
Subchi,
Imam. 2007. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Yudhistira.
Nama
; Ikhsanul Khafidzin
NIM ; 141310003118
Kelas ; A2 smt.4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar