MAKALAH
"Al-QUR’AN HADIST KELAS X MA"
Makalah Ini Ditujukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah PAI III
Oleh Dosen Pengampu : Bapak Drs. AbdurRozaq Assowy
1. Mike Fatmawati
2. Liyanalul Maghfiroh
3. Nurul Nikmatun
4. Abdul Jamal Dwi Choironi
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
KELAS A2 SEMESTER 4 2016/2017
Jln.Taman Siswa No 9 Pekeng Tahunan Jepara
Kode Pos 59427,Telp./Fax (0291)593132
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di gunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangannya karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Jepara, 27 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
a. Latar Belakang................................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
c. Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
a. Diskripsi Kurikulum Al-Quran Hadist bagi Madrasah Aliyah............................... 3
BAB III ANALISIS ............................................................................................ 64
a. Analisis ............................................................................................................ 64
REFERENSI BUKU ............................................................................................ 65
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam membentuk lulusan yang memiliki keunggulan maka diperlukan kurikulum yang dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal tersebut dilakukan untuk dapat merespon secara proaktif dari berbagai perkembangan informasi, pengetahuan dan teknologi bagi suatu madrasah secara kelembagaannya.
Pendekatan berbasis kompetensi yang dikembangkan harus menjamin keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. penguasaan ketrampilan dan kemapuan akademik, seni, dan pengembangan kepribadian. Maka dari itu, disusunlah kurikulum Nasional Pendidikan Agama Islam yang berbasis kompetensi dasar yang dapat mencerminkan kebutuhan bagi peserta didik.
Peranan pendidikan agama Islam di madrasah aliyah dijadikan sebagai landasan pengembangan spiritual bagi peserta. Karena peranan agama islam di madrasah dijadikan pengembangan spiritual maka pendidikan agama islam di madrasah harus ditingkatkan untuk menjadikan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT. yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Al-Quran Hadist adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam pada madrasah aliyah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan, dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam isi alquran dan hadist sehingga dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi iman dan taqwa kepada Allah SWT. serta berahlak mulia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Diskripsi Kurikulum Al-Quran Hadist bagi Madrasah Aliyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Diskripsi Kurikulum Al-Quran Hadist bagi Madrasah Aliyah
BAB II
PEMBAHASAN
1) DISKRIPSI KURIKULUM (Semester Gasal)
MATERI I
AL-QURAN KITABKU
A. Kompetensi Inti:
1. Mengahyati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Meghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakonigtif, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara afektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar:
1.1 Menghayati keautentikan al-Qur’an sebagai wahyu Allah.
2.1 Menunjukkan sikap yang berpegang teguh untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an.
3.1 Memahami pengertian al-Qur’an menurut para ulama.
4.1 Menyajikan pengertian al-Qur’an yang disampaikan para ulama.
C. Tujuan dan orientasi Pembelajaran:
Setelah melakukan pengamatan, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasidan mengkomunikasi diharapkan:
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian al-Qur’an menurut para ahli tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru dengan benar.
2. Peserta didik dapat menjelaskan nama-nama al-Qur’an dengan benar.
3. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku orang yang berpegang teguh kepada al-Qur’an.
D. Materi Pokok Pembelajaran
1. Pengertian al-Qur’an
Secara etimologi para ulama’ berbeda pendapat dalam mendefinisikan al-Qur’an. Berikut adalah beberapa pendapat tersebut.
a. Menurut al-Lihyany (w. 215 H) dan segolongan ulama lain
Kata Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il), قرأartinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/tasrif (قرأ-يقرأ-قرأنا). Dari tasrif tersebut, kata -قرأناartinya bacaan yang bermakna isim maf’ul (مقروء) artinya yang dibaca. Karena al-Quran itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan untuk kitab suci yang diturunkan Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw.
Ditinjau dari pengertian secara terminologi, para ulama’ juga berbeda-beda pendapat dalam mendefinisikan al-Qur’an. Perbedaan itu terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan sudut pandang dan perbedaan dalam menyebutkan unsur-unsur, sifat-sifat atau aspek-aspek yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri yang memang sangat luas dan komprehensif. Semakin banyak unsur dan sifat dalam mendefinisikan al-Qur’an, maka semakin panjang redaksinya. Namun demikian, perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat prinsipil, justru perbedaan pendapat tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain, sehingga jika pendapatpendapat itu digabungkan, maka pemahaman terhadap pengertian al-Qur’an akan lebih luas dan komprehensif.
Beberapa pendapat ulama’ mengenai definisi al-Qur’an secara terminologi di antaranya adalah:
1. Syeikh Muhammad Khuiari Beik. Dalam kitab Tarikh at-Tasyri’ al-Islami,menerangkan bahwa definisi al-Qur’an sebagai berikut:
القرأن هو اللفظ العربي المنزل على محمد للتدبر والتذكر المنقول متواترا وهو ما بين
دفتين المبدوء بسورة الفاتحة والمختوم بسورة الناس
Artinya:
al-Qur’an ialah lafaz (firman Allah) yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada Muhammad Saw, untuk dipahami isinya dan selalu diingat, yang disampaikan dengan cara mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulai dengan surat al-Fwtihah dan diakhiri dengan surat an-Nas.
2. Subhi ash-Salih
Subhi ash salih mengemukakan definisi al-Qur’an sebagai berikut :
القرأن هو الكتاب المعجز المنزل على النبي صلى الله عليه وسلم المكتوب في المصاحف المنقول عليه
بالتواتر المتعبد بتلاوة
Artinya:
al-Qur’an adalah kitab (Allah) yang mengandung mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang disampaikan secara mutawatir, dan bernilai ibadah membacanya.
3. Syeikh Muhammad Abduh
Sedangkan Syeikh Muhammad Abduh mendefinisikan al-Qur’an dengan pengertian sebagai berikut :
الكتاب هو القرأن المكتوب في المصاحف المحفوظ في صدور من عنى بحفظه
من المسلمين
Artinya:
Kitab (al-Qur’an) adalah bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang terpelihara di dalam dada orang yang menjaga(nya) dengan menghafalnya (yakni) orang-orang Islam.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan beberapa unsur dalam pengertian al-Qur’an sebagai berikut:
1. Al-Qur’an adalah firman atau kalam Allah Swt.
2. Al-Qur’an terdiri dari lafaz berbahasa Arab.
3. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
4. Al-Qur’an merupakan kitab Allah Swt., yang mengandung mu’jizat bagi Nabi Muhammad Saw, yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril.
5. Al-Qur’an disampaikan dengan cara mutawatir.
6. Al-Qur’an merupakan bacaan mulia dan membacanya merupakan ibadah.
7. Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf, yang diawali dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.
8. Al-Qur’an senantiasa terjaga/terpelihara kemurniannya dengan adanya sebagian orang Islam yang menjaganya dengan menghafal Al-Quran.
2. Nama-nama al-Qur’an
Nama al-Qur’an bukanlah satu-satunya nama yang diberikan Allah Swt. Terhadap kitab suci yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad Saw. Menurut Az-Zarkasyi dan As-Suyuti dalam kitab al-Itqwn menyebutkan bahwa al-Qur’an mempunyai 55 nama. Bahkan dalam Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, disebutkan ada 78 nama-nama bagi kitab suci al-Qur’an. Namun, jika diperhatikan dan dicermati lebih lanjut berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an secara redaksional, maka akan didapatkan beberapa nama saja, yang lainnya bukanlah nama melainkan hanya sifat, fungsi atau indikator al-Qur’an. Beberapa nama al-Qur’an tersebut adalah:
1. al-Qur’an(القرأن)
Al-Qur’an merupakan nama yang paling populer dan paling sering dilekatkan pada kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, al-Qur’an artinya bacaan atau yang dibaca. Adapun beberapa ayat yang di dalamnya terdapat istilah al-Qur’an adalah sebagai berikut:
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). …..” (QS. al-Baqarah[2]: 185)
2. Al-Kitab (الكتاب)
Al-Qur’an sering disebut sebagai Kitabullah artinya kitab suci Allah. Al-Kitab juga bisa diartikan yang ditulis. Sedangkan ayat al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata al-Kitab sebagai nama bagi al-Qur’an yaitu :
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (al-Baqarah [2]: 2)
tA¨tR øn=tã |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ $]%Ïd|ÁãB $yJÏj9 tû÷üt/ Ïm÷yt tAtRr&ur sp1uöqG9$# @ÅgUM}$#ur ÇÌÈ
“Dia menurunkan Kitab (al-Qur›an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS.Ali ‹Imran [3]: 3)
3. Al-Furqan (الفرقان)
Al-Furqan artinya pembeda, maksudnya yang membedakan antara yang haq dan yang batil. Al-Furqan merupakan salah satu nama al-Qur’an, sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Furqan [25]: 1
x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9 úüÏJn=»yèù=Ï9 #·ÉtR ÇÊÈ
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqân (al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruhalam (jin dan manusia).” (QS. al-Furqan [25]: 1)
4. Adz- Zikr (الذكر)
Adz-zikr berarti pemberi peringatan, maksudnya yang memberi peringatan kepada manusia. Ayat yang menyebutkan Adz-zikr sebagai nama lain kitab al-Qur’an adalah :
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. al-Hijr [15]: 9)
5. Al-Tanzil (التنزل)
At-Tanzil artinya yang diturunkan, maksudnya al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw, melalui perantaan malaikat Jibril As. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. At-Tanzil sebagai nama lain al-Qur’an dikemukakan oleh Dr. Shubhi as-Shalih, sebagaimana termaktub dalam ayat al-Qur’an yang berbunyi :
¼çm¯RÎ)ur ã@Í\tGs9 Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÒËÈ
“Dan sungguh, (al-Qur’an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam.” (QS. asy-Syu’ara [26]: 192).
E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan penugasan
F. Strategi Pembelajara
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup
G. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
H. Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI II
BETAPA AUTENTIKNYA KITABKU
A. Kompetensi Inti:
1. Mengahyati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakonigtif, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara afektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar:
1.2 Meyakini al-Qur’an sebagai pedoman hidup
2.2 Menunjukkan perilaku cermat terhadap dalil syar’i sebagai implementasi dari belajar tentang bukti keautentikan al-Qur’an
3.2 Memahami bukti keautentikan al-Qur’an
4.2 Menunjukkan contoh bukti-bukti keautentikan al-Qur’an
C. Tujuan dan Orientasi Pembelajaran
Setelah melakukan pengamatan, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi diharapkan:
1. Peserta didik dapat menjelaskan bukti-bukti keotentikan al-Qur’an dengan benar.
2. Peserta didik dapat membuktikan keotentikan al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya dengan benar.
3. Peserta didik dapat menunjukkan contoh keotentikan al-Qur’an dengan benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Keotentikan al-Qur’an
Allah Swt. menegaskan akan senantiasa menjaga atau memelihara kesucian, kemurniaan dan keotentikan kitab suci al-Qur’an. Hal ini dapat telah dijelaskan dalam QS.al-Hijr ayat 9:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur›an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. al-Hijr [15]: 9)
Sejak diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan keontentikan al-Qur’an akan senantiasa terjaga. Hal ini disebabkan karena kemu’jizatan yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri, baik dari aspek bahasa dan uslubnya maupun dari aspek isi kandungannya yang memang terbukti tak satupun manusia yang dapat meniru atau mendatang semisal-nya.
Dalam hal terjaganya kemurnian dan keotentikan al-Qur’an ini, al-Qur’an mengajukan tantangan terutama kepada orang-orang kafir dan siapapun yang meragukan kebenarannya. Mereka menuduh bahwa al-Qur’an hanyalah sejenis mantera-mantera tukang tenung dan kumpulan syair-syair. Mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad Saw. Tantangan al-Qur’an diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut:
a. al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung dalam QS.At-Tur [52] ayat 33-34:
÷Pr& tbqä9qà)t ¼ã&s!§qs)s? 4 @t/ w tbqãZÏB÷sã ÇÌÌÈ
(#qè?ù'uù=sù ;]Ïpt¿2 ÿ¾Ï&Î#÷WÏiB bÎ) (#qçR%x. úüÏ%Ï»|¹ ÇÌÍÈ
33. Ataukah mereka berkata, “Dia (Muhammad) mereka-rekanya.” Tidak! Merekalah yang tidak beriman.
34. Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (al-Qur’an) jika mereka orang-orang yang benar.(At-Tur: 33-34)
Pada ayat lain ditegaskan bahwa manusia (dan jin) tidak akan pernah mampu untuk mendatangkan semisal al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Isra’ [17]: 88.
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.”. (QS. Al- Isra’[17]: 88)
b. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam QS.Yunus [10] ayat 38
÷Pr& tbqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$#
bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ
“Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuatbuatnya?.Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (al-Qur’an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.» (QS.Yunus [10]: 38)
c. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk mendatangkan satu surah saja semisal al-Qur’an. Hal ini terkandung dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 23.
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷u $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB
(#qãã÷$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrß «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ
“Dan jika kamu meragukan (al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. “(QS.al-Baqarah [2]: 23)
Dari ketiga tantangan tersebut terbukti bahwa ternyata tidak ada yang dapat mendatangkan atau membuat yang serupa dengan al-Qur’an, karena memang al-Qur’an bukan buatan manusia, al-Qur’an adalah wahyu Allah Swt.
Dari informasi sejarah juga telah terbukti bahwa al-Qur’an terjaga kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan. Hal ini disebabkan karena banyak diantara umat Islam yang menjaganya dengan kekuatan hafalan mereka.
Dan ternyata kekuatan hafalan ini pulalah yang menjadi jaminan penguat dalam menjaga kemurnian dan keotentikan al-Qur’an tersebut. Al-Qur’an diturunkan selama lebih kurang 23 tahun secara berangsuransur. Kala itu banyak sahabat Nabi Saw, yang menghafal al-Qur’an, di samping juga setiap kali turun ayat, maka ayat tersebut ditulis dalam media yang sangat sederhana, seperti: tulang, batu, pelepah kurma, kulit binatang, dan lain-lain. Sehingga pada masa khalifah Usman bin ‘Affan ra. Al-Qur’an dikodifikasi dalam bentuk mushaf, kekuatan hafalanlah yang menjadi satu unsur terpenting dalam menjaga kemurnian dan keotentikan al-Qur’an. Singkatnya, kemurnian dan keotentikan al-Qur’an terletak pada kemu’jizatan al- Qur’an yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, dan adanya kekuatan hafalan orang-orang Islam yang juga berperan dalam menjaga keotentikannya. Sejarahpun telah membuktikannya.
E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode cerama, diskusi dan penugasan
F. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup
G. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
H. Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI III
TUJUAN DAN FUNGSI AL-QUR’AN
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1. Memfungsikan al-Qur’an secara tepat dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menunjukkan prilaku yang mengamalkan ajaran al-Qur’an.
3. Memahami tujuan dan fungsi al-Qur’an.
4. Menceritakan kisah orang yang menjadikan al-Qur’an sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan tujuan dan fungsi al-Qur’an dengan benar.
2. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku orang yang memfungsikan al-Qur’an dengan benar.
3. Peserta didik dapat menerapkan fungsi al-Qur’an dengan benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Kedudukan al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber pokok bagi ajaran Islam. Al-Qur’an juga merupakan sumber hukum yang utama dan pertama dalam Islam. Sebagai sumber pokok ajaran Islam, al-Qur’an berisi ajaran-ajaran yang lengkap dan sempurna yang meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, terutama umat Islam. Sebagai sumber hukum, al-Qur’an telah memberikan tata aturan yang lengkap, ada yang masih bersifat global (mujmal) dan ada pula yang bersifat detail (tafsil). Al-Qur’an mengatur dengan disertai konsekuensi-konsekuensi demi terciptanya tatanan kehidupan manusia yang teratur, harmonis, bahagia dan sejahtera, baik lahir maupun batin.
2. Tujuan dan Fungsi al-Qur’an
Allah telah menurunkan al-Qur’an dengan membawa kebenaran yang hakiki. Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi dan tujuan bagi kehidupan umat manusia, terutama umat Islam. Di antara tujuan dan fungsi diturunkannya al-Qur’an oleh Allah Swt. adalah:
a. Al-Qur’an sebagai Petunjuk bagi Manusia
Al-Qur’an telah diturunkan oleh Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw, melalui perantaraan malaikat Jibril As. sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan mengikuti petunjuk al-Qur’an tersebut, manusia akan mempunyai arah dan tujuan hidup yang jelas dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Beberapa ayat di antaranya adalah sebagai berikut:
øÎ)ur $uZù=yèy_ |Møt7ø9$# Zpt/$sWtB Ĩ$¨Z=Ïj9 $YZøBr&ur (#räϪB$#ur `ÏB ÏQ$s)¨B zO¿Ïdºtö/Î) ~?|ÁãB ( !$tRôÎgtãur #n<Î) zO¿Ïdºtö/Î)
@Ïè»yJóÎ)ur br& #tÎdgsÛ zÓÉLøt/ tûüÏÿͬ!$©Ü=Ï9 úüÏÿÅ3»yèø9$#ur Æì29$#ur Ïqàf¡9$# ÇÊËÎÈ
Artinya:
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)…” (QS. al-Baqarah [2]:185)
Atau ayat lain yang lebih khusus menegaskan bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia yang bertakwa.
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Artinya:
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” (QS. al-Baqarah [2]:2)
Atau ada pula ayat yang khusus menegaskan bahwa al-Qur›an berfungsi sebagai petunjuksebagai manusia yang beriman:
öqs9ur çm»oYù=yèy_ $ºR#uäöè% $|ÏJygõr& (#qä9$s)©9 wöqs9 ôMn=Å_Áèù ÿ¼çmçG»t#uä (
@ÏJygõ#uä @Î1ttãur 3 ö@è% uqèd úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( úïÏ%©!$#ur
w cqãYÏB÷sã þÎû öNÎgÏR#s#uä Öø%ur uqèdur óOÎgøn=tæ ¸Jtã
4 Í´¯»s9'ré& c÷ry$uZã `ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ ÇÍÍÈ
Artinya:
“Dan sekiranya al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain Bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, «Mengapa tidak dijelaskan ayatayatnya? Apakah patut (al-Qur›an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah, «al-Qur›an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman” (QS. Fussilat [41]: 44)
Dari beberapa penjelasan ayat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu fungsi terpenting al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Petunjuk-petunjuk al-Qur’an itu secara garis besar meliputi petunjuk tentang bagaimana hubungan manusia dengan Allah Swt., manusia dengan sesama manusia dan bahkan manusia dengan alam sekitarnya. Manusia yang mau mengikuti petunjuk al-Qur’an, niscaya akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
a. al-Qur’an sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam
Salah satu fungsi penting al-Qur’an lainnya adalah sebagai sumber pokok ajaran Islam. Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa Al-Qur’anlah yang mula-mula menjelaskan ajaran yang lengkap dan menyeluruh yang diberikan oleh Allah Swt., Ajaran-ajaran tersebut ada yang bersifat mujmal, yakni hanya memberikan prinsip-prinsip umumnya saja, dan ada juga yang bersifat tafshil yakni ajaran yang terperinci dan khusus. Ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an mutlak kebenarannya dan ajaran yang paling sempurna. Ajaran al-Qur’an disamping membenarkan ajaran-ajaran kitab suci sebelumnya, juga menyempurnakan ajaran kitab-kitab sebelumnya tersebut. Al-Qur’an berisi tentang pokok-pokok atau dasar dasar ajaran Islam yang berkenaan dengan masalah ketauhidan, ibadah, akhlak, hukum, dan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Dalam sebuah ayat, Allah Swt., menegaskan bahwa al-Qur’an diturunkan dengan membawa kebenaran hakiki yang berfungsi sebagai dasar penetapan hukum yang harus dipegang teguh oleh Nabi Muhammad Saw, tidak boleh sedikitpun menyimpang dari al-Qur’an. Dan tentunya hal ini juga harus dipegang teguh oleh umat Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ ayat 105.
!$¯RÎ) !$uZø9tRr& y7øs9Î) |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ zNä3óstGÏ9 tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# !$oÿÏ3 y71ur& ª!$# 4
wur `ä3s? tûüÏZͬ!$yù=Ïj9 $VJÅÁyz ÇÊÉÎÈ
Artinya:
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat,” (QS. an-Nisa’[4]: 105)
b. Al-Qur’an sebagai Peringatan dan Pelajaran bagi Manusia
Sebagai peringatan dan pelajaran bagi manusia maksudnya adalah al-Qur’an merupakan kitab suci dengan konsep ajaran yang salah satu ajarannya adalah berupa sejarah atau kisah umat terdahulu. Dalam kisah-kisah itu dijelaskan bahwa ada di antara umat manusia sebagian orangorang yang beriman, taat dan shalih, namun ada pula sebagian yang lain orang-orang yang kafir, maksiat dan tidak shalih. Kepada mereka yang shalih, Allah Swt., menjanjikan kebaikan di dunia dan pahala (surga) di akhirat karena rida-Nya, sebaliknya kepada mereka yang kafir, durhakan dan tidak shalih, Allah Swt., mengancam dengan ancaman hukuman dan azab baik di dunia maupun di akhirat.
Dan dalam banyak ayat, Allah Swt.membuktikan janji dan ancamannya tersebut. Bagi kita, apa yang dijelaskan dalam kisah umat terdahulu tersebut, dapat kita ambil pelajaran dan sekaligus peringatan bagi kita untuk pandai mengambil pelajaran dan meneladani yang baik dan menjauhi yang buruk untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak. Allah Swt., berfiman:
#x»ydur ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& Ô8u$t6ãB ä-Ïd|ÁB Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷yt uÉZçFÏ9ur ¨Pé& 3
tà)ø9$# ô`tBur $olm;öqym 4 tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sã ÍotÅzFy$$Î/ tbqãZÏB÷sã ¾ÏmÎ/ (
öNèdur 4n?tã öNÍkÍEx|¹ tbqÝàÏù$ptä ÇÒËÈ
Artinya:
“Dan ini (al-Qur’an), Kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman kepada (kehidupan) akhirat tentu beriman kepadanya (al-Qur’an), dan mereka selalu memelihara salatnya”(QS. al-An’am [6]: 92)
Dalam ayat lain, Allah Swt., juga menegaskan tentang fungsi Al-Qur’an sebagai peringatan dan pelajaran terutama bagi orang-orang yang beriman.
ë=»tGÏ. tAÌRé& y7øs9Î) xsù `ä3t Îû x8Íô|¹ Óltym çm÷ZÏiB uÉZçFÏ9
¾ÏmÎ/ 3tø.Ïur úüÏYÏB÷sßJù=Ï9 ÇËÈ
Artinya:
“(Inilah) Kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad); maka janganlah engkau sesak dada karenanya, agar engkau memberi peringatan dengan (Kitab) itu dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman. (QS. al-A’raf [7]:2)
Apabila manusia, terutama umat Islam telah memfungsikan al-Qur’an dengan cara menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup, menerapkan dan melaksanakan segala ajaran Islam sesuai dengan ajaranajaran al-Qur’an, serta mengambil pelajaran yang baik dan positif dan meneladaninya dan meninggalkan yang negatif, niscaya keselamatan, kesuksesan dan kebahagiaanlah yang akan diperoleh baik di dunia maupun di akhirat. Itulah fungsi dan tujuan diturunkannya al-Qur’an.
E. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang tujuan dan fungsi Al-Qur’an.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup.
F. Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
G. Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
H. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode diskusi dan penugasan.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan untuk menunjang pembelajaran adalah papan tulis.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI IV
POKOK-POKOK ISI KITAB-KU
A. Kompetensi Inti:
1. Mengahyati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakonigtif, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara afektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar:
1.4 Meyakini kebenaran nilai-nilai yang terdapat pada pokok-pokok isi al- Qur’an.
2.4 Menunjukkan perilaku yang menjadikan al-Qur’an sebagai sumber hukum dalam kehidupan sehari-hari.
3.4 Memahami pokok-pokok isi al-Qur’an.
4.4 Memaparkan pokok-pokok ajaran al-Qur’an beserta contoh-contohnya dalam ayat.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pengamatan, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi pokok-pokok isi al-Qur’an dengan benar.
2. Peserta didik dapat menunjukkan ayat terkait dengan pokok isi al-Qur’an dengan benar.
3. Peserta didik dapat menjelaskan kandungan ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur’an.
D. Materi Pokok Pembelajaran
Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan menjadi berbagai bidang. Dalam bab ini akan diuraikan isi kandungan al-Qur’an secara garis besar yaitu meliputi:
1. Akidah
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak akidah (‘aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Ibadah dan Muamalah
Ibadah berasal dari kata عبادة /عبد-يعبد-عبداartinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt., dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah Swt., mempunyai kekuasaan mutlak.
3. Akhlak
Akhlak (أخلاق) ditinjau dari segi etimologi merupakan bentuk jama’ dari kata (خلق) yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.
4. Hukum
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. ‘Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridaan Allah Swt.
6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) Dan Teknologi
Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt., yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan penugasan
F. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup
G. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
H. Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI V
MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH SWT
DAN KHALIFAH DI BUMI
A. Kompetensi inti:
1. Mengahyati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakonigtif, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara afektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar:
1.5 Beramal sesuai dengan kandungan Surat al-Mu’minun [23]:12-14; Surat al-Nahl [16]: 78; Surat al-Baqarah [2]: 30-32; dan Surat adz-zariyat [51]: 56 (dalam kehidupan sehari-hari).
2.5.Memiliki sikap yang mencerminkan fungsi manusia baik sebagai hamba Allah maupun khalifah-Nya di bumi sebagaimana yang terkandung dalam Surat al-Mu’minyn [23]:12-14; Surat al-Nahl [16]: 78; Surat al-Baqarah [2]: 30-32; dan Surat ak-jariyat: 56.
3.5 Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi pada QS al- Mu’minun [23]:12-14; QS al-Nahl [16]:78; QS al-Baqarah [2]:30-32; dan QS ak-jariyat [51]: 56.
4.5 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per kata ayat-ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi pada QS. al- Mu’minun [23]:12-14; QS al-Nahl [16]: 78; QS al-Baqarah [2]: 30-32; dan QS adz-dzariyat [51]: 56.
C. Tujuan dan Orientasi Pembelajaran:
Setelah melakukan pengamatan, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasidan mengkomunikasi diharapkan:
1. Peserta didik diharapakan memilki sikap yang mencerminkan fungsi manusia baik sebagai hamba maupun sebagai khalifah di muka bumi sesuat ayat Al-Quran.
2. Peserta didik diharapkan mampu memahami ayat-ayat Alquran tentang tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.
D. Materi Pokok Pembelajaran
1. QS. al-Mu’minun [23] ayat 12-14
a. Lafaz Ayat
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ
§NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ
¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm:
¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
b. Terjemah ayat
12. Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. al-Mu’minun [23] : 12-14)
c. Penjelasan Ayat
QS. al-Mu’minun ini menerangkan tentang proses penciptaan manusia yang sangat unik. Proses penciptaan manusia diuraikan mulai unsur pertamanya, proses perkembangan dan pertumbuhannya di dalam rahim, sehingga menjadi makhluk yang sempurna dan siap lahir menjadi seorang anak manusia.
Pada ayat 12, Allah Swt., menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari sari pati yang berasal dari tanah. Selanjutnya, pada ayat 13, dengan kekuasaan-Nya saripati yang berasal dari tanah itu dijadikan- Nya menjadi nuthfah (air mani). Dalam istilah biologi, air mani seorang laki-laki disebut sel sperma dan air mani wanita disebut sel telur (ovum). Ketika keduanya bertemu dalam proses konsepsi atau pembuahan, maka kemudian tersimpan dalam tempat yang kokoh yaitu rahim seorang wanita. Selanjutnya, pada ayat 14 dijelaskan ketika berada di dalam rahim seorang wanita tersebut, selama kurun waktu tertentu (40 hari) nuhfah tersebut berkembang menjadi ‘alaqah (segumpal darah), kemudian dalam kurun waktu tertentu pula (40 hari) ‘alaqah berubah menjadi muthgah (segumpal daging), lalu selama kurun waktu tertentu (40 hari) berubah menjadi tulang-belulang yang terbungkus daging, dan akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi anak manusia, sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut (kemudian Kami menjadikan dia makhluk yang berbentuk lain).
2. QS. al-Nahl [16]:78
a. Lafaz Ayat
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
b. Terjemah ayat
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.( QS. An-Nahl [16]: 78)
c. Penjelasan Ayat
Ayat 78 surah an-Nahl ini masih erat kaitannya dengan surah al-Mu’minun [23] ayat 12-14 sebagaimana dijelaskan di atas. Pada ayat ini, Allah Swt., menegaskan bahwa ketika seorang anak manusia dilahirkan ke dunia, dia tidak tahu apa-apa. Dengan kekuasaan dan kasih sayang-Nya, Allah Swt., membekalinya dengan atribut pelengkap yang nantinya dapat berfungsi untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah diketahui. Atribut-atribut tersebut ialah berupa tiga unsur penting dalam proses pembelajaran bagi manusia, yakni: pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran.
Yang menarik untuk ditelaah, bahwa ternyata pendengaran adalah unsur penting yang pertama kali digunakan bagi orang yang belajar guna memahami segala sesuatu. Menurut sebuah teori penemuan modern, bayi yang masih dalam kandungan bisa menangkap pesan yang disampaikan dari luar dan ia sangat peka. Maka ada ahli yang menyarankan agar anak nantinya berkembang dengan kecerdasan tinggi dan kehalusan budi, hendaknya selama di dalam kandungan ia sering diperdengarkan musik klasik dan irama-irama yang lembut. Atau kalau dalam konteks Islam, hendaknya bayi dalam kandungan sering diperdengarkan ayat-ayat suci al-Qur’an, kalimah-kalimah thayyibah. Karena diyakini bahwa sang bayi dapat menangkap pesan menlalui pendengaran itu.
3. QS. al-Baqarah [2]: 30 -32
a. Lafaz Ayat
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR
x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
(#qä9$s% y7oY»ysö6ß w zNù=Ïæ !$uZs9 wÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOÅ3ptø:$# ÇÌËÈ
b. Terjemah ayat
30. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berrman kepada para malaikat, «Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.» Mereka berkata, «Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”Dia berirman, «Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
31. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”
32. Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. al-Baqarah [2]: 30-32)
c. Penjelasan Ayat
Dalam ayat 30 surah al-Baqarah ini, disampaikan informasi bahwa sebelum Allah Swt., menciptakan manusia pertama yakni Adam As. hal tersebut sudah disampaikan kepada para malaikat. Diilustrasikan dalam ayat tersebut, terjadi dialog antara Allah Swt., dengan malaikat. Allah Swt., menyampaikan kepada para malaikat bahwa Allah Swt., hendak menjadikan khalifah di muka bumi yaitu manusia. Apakah yang dimaksud khalifah itu? Khalifah berarti pengganti, yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang. Ulama’ ada yang mengartikan bahwa khalifah ialah yang menggantikan Allah Swt., dalam menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Allah Swt., menunjuk manusia sebagai khalifah merupakan penghormatan kepadanya karena kelebihannya dibandingkan makhluk selain manusia, tidak terkecuali malaikat. Dengan menunjuk manusia sebagai khalifah, Allah Swt., juga bermaksud mengujinya sejauh mana manusia bisa melaksanakan amanah sebagai khalifah Allah Swt., di muka bumi.
4. QS Az-Zariyat [51]: 56
a. Lafaz Ayat
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
b. Terjemah ayat
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. ak-jariyat [51]: 56)
c. Penjelasan Ayat
Allah menegaskan dalam QS. az-zariyat [51] ayat 56 bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah dalam arti menyembah, mengabdi, menghamba, tunduk, tata dan patuh terhadap segala yang dikehendaki-Nya. Ketundukan, ketaatan dan kepatuhan dalam kerangka ibadah tersebut harus menyeluruh dan total, baik lahir maupun batin. Tujuan ibadah adalah untuk mencari riia Allah Swt.
Secara garis besar, ibadah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: ibadah mahdah yakni ibadah yang telah ditetapkan ketentuan pelaksanaannya, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji; dan ibadah ghairu mahdah yakni ibadah yang belum ditetapkan ketentuan secara khusus dalam pelaksanaannya.
Sebagai contoh, ibadah melalui menyantuni fakirmiskin, berbuat baik, dan hal-hal lain dalam bentuk mu’amalah. Ibadah merupakan bukti rasa syukur manusia kepada Allah Swt., yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan yang dengan kemurahan-Nya Allah Swt., memberikan fasilitas hidup. Sikap tersebut sudah seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, apabila manusia mempunyai kesadaran akan hak itu. Lain halnya apabila manusia tidak mempunyai kesadaran untuk mensyukuri segala yang telah diberikan oleh Allah Swt., maka ia akan menjadi manusia yang tidak mau tunduk, tidak mau taat dan mengingkari Allah Swt., dengan tidak mau beribadah kepada-Nya.
E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan penugasan, dan hafalan ayat Al-Quran dan
hadist yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
F. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup
G. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
H. Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
2) Semester Genap
MATERI I
MEMAHAMI HADIS, SUNAH,
KHABAR DAN ATSAR
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1. Memahami pengertian hadis, sunnah, khabar, dan asar.
2. Mendeskripsikan substansi perbedaan dan persamaan pengertian hadis, sunnah, khabar, dan asar.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian hadis, sunnah, khabar, dan asar.
2. Peserta didik dapat membedakan hadis, sunnah, khabar, dan asar.
3. Peserta didik dapat mengidentifikasi persamaan hadis, sunnah, khabar, dan asar.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Hadis
Secara etimologi, hadis mempunyai beberapa arti yang baru (جديد) yang dekat (قريب) dan warta atau berita(خبر ) sedangkan hadis secara terminologi adalah:
أقوال صلى الله عليه وسلم وأفعاله وأحواله
Artinya:
“segala ucapan Nabi Saw, segala perbuatan serta keadaan atau perilaku beliau.
Sebagai contoh:
عن عمر بن الحطاب قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنما الأعمال با النيات وإنما لكل امرئ ما نوى
(متفق عليه)
Artinya:
“Dari Umar bin Khahhab, ia berkata, Rasulullah Saw, bersabda, “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu dengan niat dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh apa yang diniatkannya” (Muttafaqun ‘alaih)”.
2. Pengertian Sunnah
Menurut bahasa kata sunnah merupakan derivasi dari kata sanna – yasunnu–sunnatan. Kata itu berarti cara, jalan yang ditempuh, tradisi (adatkebiasaan), atau ketetapan, apakah hal itu baik atau tidak, terpuji atau tercela. Menurut ahli hadis, sunnah adalah:
كل ما أثر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول وفعل وتقرير أو صفة خلقية أو سيرة سواء أكان ذلك قبل البعثة
أم بعداها
Artinya:
“Segala yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidupnya, baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya.”
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa sunnah lebih luas dari hadis, karena meliputi segala yang datang dari Nabi Muhammad Saw, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi nabi dan rasul. Nabi Muhammad SAW, dipandang sebagai uswah hasanah atau qudwah (contoh atau teladan) yang paling sempurna. Menurut ahli usul fikih, sunnah adalah:
كل ما صدر عن النبي صلى الله عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير مما يصلح أن يكون دليلا لحكم شرعي
Artinya:
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw, selain al-Qur’an baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk dijadikan dalil bagi penetapan hukum syara’ (hukum agama).”
Dari pengertian di atas secara kuantitatif jumlah sunnah lebih sedikit dari jumlah hadis, karena hanya yang berkaitan dengan penetapan hukum syarak.Mereka menempatkan sunnah pada posisi kedua dalam urutan sumber hukum Islam setelah al-Qur’an. Dasarnya adalah:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ .(رواه مالك)
Artinya:
“Bahwa Rasulullah Saw, bersabda: “Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.”. (HR. Malik).
3. Pengertian Khabar
Khabar menurut bahasa berarti: warta/berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang. Adapun pengertian khabar menurut istilah ahli hadis yaitu :
مَا أُضِيْفَ إلى الني صلى الله عليه وسلم أَوْغَيْرِهِ
Artinya:
“Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi Saw, atau dari yang selain Nabi Saw.”
Dengan pengertian yang demikian, maka khabar lebih umum dari pada hadis, karena dalam khabar termasuk juga segala sesuatu yang berasal dari selain dari Nabi Saw, seperti perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau.
4. Pengertian Asar
Menurut bahasa, asar artinya bekasan sesuatu atau sisa sesuatu. Asar berarti pula nukilan (yang dinukilkan). Karena itu doa yang dinukilkan/berasal dari Nabi Saw, dinamakan doa ma’fur. Adapun pengertian Atsar menurut istilah, kebanyakan ulama berpendapat bahwa afar mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadis. Sebagian ulama mengatakan bahwa afar lebih umum dari pada khabar, yaitu bahwa asar berlaku bagi segala sesuatu yang datang dari Nabi Saw, maupun dari selain Nabi Saw. Sedangkan khabar khusus bagi segala sesuatu yang datang dari Nabi Saw, saja. Adapun para fuqaha memakai istilah “asar” untuk perkataan-perkataan ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain.
5. Persamaan Persamaan Hadis, Sunnah, Khabar, Asar
Menurut sebagian ulama, antara ke empat istilah ini adalah muradif atau mempunyai pengertian yang sama. Alasannya adalah:
مَا أُضِيْفُ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم مِنْ قَوْلٍ أوْ فِعْلٍ أَتَقْرِيْرٍ
Artinya :
“ Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan) beliau.
Akan tetapi sebahagian ulama membedakan pengertian antara sunnah dan hadis. Menurut Ibnul Humam: Sunnah itu adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Saw, baik perkataaan maupun perbuatan beliau, sedangkan hadis hanya khusus mengenai perkataan beliau. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa persamaan antara sunnah dengan hadis adalah: baik sunnah maupun hadis keduanya adalah bersumber kepada Rasulullah.
6. Perbedaan Hadis, Sunnah, Khabar, dan Asar
Menurut sebagian ulama, sunnah lebih luas dari hadis. Sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan hidup, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi nabi dan rasul. Titik berat sunnah adalah kebiasaan normatif Nabi Muhammad Saw. Khabar selain dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw, dapat juga dinisbahkan kepada sahabat dan tabiin. Khabar lebih umum dari hadis, karena masuk didalamnya semua riwayat yang bukan dari Nabi Muhammad Saw. Asar lebih sering digunakan untuk sebutan bagi perkataan sahabat Nabi Muhammad Saw, meskipun kadang-kadang dinisbahkan kepada beliau.
7. Perbedaan Antara al-Qur’an, dan Hadis
a. Perbedaan dari segi bahasa dan makna
a) Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa dan maknanya langsung dari Allah Swt.
b) Hadis adalah bahasadan maknanya dari Nabi Saw.
b. Perbedaan dari segi periwayatan
a) Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja sebab dapat mengurangi kemukjizatannya
b) Hadis boleh diriwayatkan dengan maknanya saja. Yang terpenting dalam hadis adalah penyampaian maksudnya.
c. Perbedaan dari segi kemukjizatan.
a) Al-Qur’an baik lafal maupun maknanya merupakan mukjizat.
b) Hadis bukan merupakan mukjizat.
d. Perbedaan dari segi nilai membacanya.
a) Al-Qur’an diperintah untuk dibaca, baik pada waktu shalat (wajib membaca Surah al-Fatihah) maupun di luar shalat sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu mengerti maksudnya maupun tidak.
b) Hadis dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya tidak dinilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami, dihayati dan diamalkan.
E. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang Hadis, Sunnah, ddan Asar.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutu
F. Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
G. Refrensi dan Sumber Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
H. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, dan pemberian tugas.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan untuk menunjang pembelajaran adalah slide show.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI II
MEMAHAMI UNSUR-UNSUR HADIS
A. Komptensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan , dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1. Memahami unsur-unsur hadis.
2. Menyajikan unsur-unsur hadis.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian sanad, matan dan rawi dengan benar.
2. Peserta didik dapat menerapkan pengertian sanad, matan dan rawi dalam hadis dengan benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Sanad
Dari segi bahasa, sanad artinya yang menjadi sandaran, tempat bersandar, arti yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya. Dalam istilah ilmu hadis sanad ialah rangkaian urutan orang-orang yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadis atau sunnah sampai pada Nabi Saw. Sanad menurut istilah ahli hadis yaitu:
أَالطَّرِيْقُ المُوْصِلُ إِلَى المَتْنِ
Artinya:
“Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.”
Atau dalam istilah lain
سِلْسِلَةُ الرِّجَال المَوصِلُ إِلَى الْمَتْنِ
Artinya:
“Mata rantai para periwayat hadis yang menghubungkan sampai ke matan hadis.”
Menerangkan rangkaian urutan sanad suatu hadis disebut isnad. Orang yang menerangkan sanad suatu hadis disebut musnid. Sedangkan hadis yang diterangkan dengan menyebutkan sanadnya sehingga sampai kepada Nabi Saw, disebut musnad.
2. Matan
Dari segi bahasa, matan berarti punggung jalan,Tanah gersang atau tandus, membelah, mengeluarkan, mengikat. Matan menurut istilah Ilmu Hadis yaitu:
مَانْتَهَى إِلَيْهِ السَّنَدُ مِنَالكَلاَمِ فَهُوَ نَفْسُ الْحَدِيْثِ الَّذِي ذُكِرَ الأِسْنَادُ لَهُ
Artinya:
“Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi Saw, yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.”
3. Rawi
Rawi yaitu orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain atau membukukannya ke dalam suatu kitab hadis. Rawi pertama adalah para sahabat dan rawi terakhir adalah orang yang membukukannya, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad dan lain-lain. Suatu Hadis yang telah sampai kepada kita dalam bentuknya yang sudah terdiwan (terbukukan) dalam diwan-diwan (buku-buku) Hadis, melalui beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir Hadis yang termaksud dalam sahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah Imam Bukhari atau Imam Muslim. Seorang penyusun atau pengarang, bila hendak menguatkan suatu Hadis yang ditakhrijkan dari suatu Kitab Hadis, pada umumnya membubuhkan nama rawi (terakhirnya) pada akhir matnu’i Hadisnya
E. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup
F. Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
G. Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
H. Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah ceramah dan metode penugasan.
I. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI III
FUNGSI HADIS TERHADAP AL-QUR’AN
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan , dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan fungsi hadis terhadap Al-Qur’an.
2. Menunjukkan contoh Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an.
3. Menerapkan Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an.
2. Peserta didik dapat Menunjukkan contoh Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an.
3. Peserta didik dapat Menerapkan Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an.
D. Materi Pembelajaran
1. Kedudukan Hadis sebagai sumber hukum islam
Al-Qur’an dan Hadis merupakan dua sumber hukum pokok syari’at islam yang tetap, dan orang islam tidak akan mungkin bisa memahami syari’at islam secara mendalam dan lengkap tanpa kembali pada kedua sumber islam tersebut.seorang mujtahid dan seorang ulama’pun tidak diperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan mengambil salah satu dari keduanya. Firman Allah untuk mempercayai Hadis sebagai sumber Hukum:
$¨B tb%x. ª!$# uxuÏ9 tûüÏZÏB÷sßJø9$# 4n?tã !$tB öNçFRr& Ïmøn=tã 4Ó®Lym uÏJt y]Î7sø:$# z`ÏB É=Íh©Ü9$# 3 $tBur tb%x. ª!$# öNä3yèÎ=ôÜãÏ9 n?tã É=øtóø9$# £`Å3»s9ur
©!$# ÓÉ<tGøgs `ÏB ¾Ï&Î#ß `tB âä!$t±o ( (#qãYÏB$t«sù «!$$Î/ ¾Ï&Î#ßâur 4 bÎ)ur (#qãYÏB÷sè? (#qà)Gs?ur öNä3n=sù íô_r& ÒOÏàtã ÇÊÐÒÈ
Artinya:
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini sehingga dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar”.
Selain itu juga hadis dari nabi untuk menjadikan hadis sebagai sumber hukum islam.
Artinya:
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan Sunnah Rassul-Nya (HR. Malik.)
Selain kedua dalil diatas, pembuktian menirima hadis sebagai hukum islam adalah ketetapan para ulama’. Beberapa peristiwa menunjukan adanya kesepakatan menggunakan hadis sebagai sumber hukum yang kedua:
a. Pada saat Abu bakar di bai’at menjadi khalifah, ia dengan tegas bekata “saya tidak meninggalkan sedikitpun suatu yang diamalkan/ dilaksanakan oleh Rosulullah, sesungguhnya saya takut menjadi orang bila meninggalkan perintahnya.
b. Pada saat Umar bin Khattab berda di depan Hajar Aswad ia berkata: “saya tahu bahwa engakau adalah batu, seandainya saya sendiri tidak melihat sendiri Rasulullah menciummu, maka saya tidak akan menciummu.
Selain itu rasullulah adalah Nabi yang diakui kebenarannya sehingga kosekwensinya logisnya segala peraturan dan perundang-undangan serta inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan ilham atau hasil ijtihad semata, ditetapkan sebagai pedoman sumber hukum dan pedoman hidup.
1. Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an
a) Bayan At-Taqrir
Bayan At-Taqrir disebut juga bayan al-ta’kid dan bayan al-itsbat yang dimaksut bayan ini adalah memperkuat dan mengokohkan apa yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an.
b) Bayan Al-Tafrsir
Yang dimaksud bayan al-tafsir adalah kehadiran hadis berfungsi untuk memberikan penjelasan, rincian dan tafsiran, terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global, memberikan persyaratan atau batasan ayat-ayat yang bersifat umum dan mengkhususkan ayat masih bersifat umum.
c) Bayan At-Tasyri’
Yang dimaksud bayan At-Tasyri’ adalah memunculkan hukum-hukum yang tidak didapati dalam Al-Qur’an atau dalam Al-Qur’an terdapat pokok-pokoknya saja.
E. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup
F. Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
G. Sumber dan Refrensi Pembelajaran
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
H. Metode
Metode yang digunakan berupa metode ceramah dan metode tanya jawab.
I. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang tepat digunakan adalah berupa slide show.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI IV
PEMBAGIAN HADIS
DARI SEGI KWANTITAS DAN KWALITASNYA
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1. Meyakini hadis shahih dan hasan sebagai dasar hukum ajaran Islam
2. Berpegang teguh pada hadis shahih dan hasan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menghayati nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam hadis yang shahih.
4. Menunjukkan sikap kritis dalam mengamalkan hadis sebagai dasar dalam kehidupan sehari-hari
5. Menunjukkan perilaku yang menggunakan hadis sebagaimana fungsinya yang telah dipelajari
6. Menunjukkan perilaku yang selektif terhadap keanekaragaman hadis
7. Memahami pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya
8. Mempresentasikan pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan pembagian hadis dari segi kuantitas rawi dengan benar.
2. Peserta didik dapat menjelaskan pembagian hadis dari segi kualitas sanad dengan benar.
3. Peserta didik dapat mengklasifikasikan pembagian hadis dengan benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Hadist Ditinjau dari Segi Kwantitas
a. Hadis Mutawatir
Kata Mutawatir secara etimologi berarti Muttabi’ (متبع) atauمتتبع yang artinya yang datang beturut-turut dan tidak ada jarak. Sedangkan secara terminologi hadis mutawatir adalah
الحديث المتواتر هو الحديث عن محسوس الذي رواه عدد جم في العادة حالة اجتماعهم
وتواطئهم على الكذب
“Hadis mutawatir adalah hadis yang merupakan tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.”
Menurut al-Bagdadi, hadis mutawatir adalah suatu hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dengan jumlah tertentu yang menurut kebiasaan mustahil bersepakat untuk berdusta. Dan sebelum al-Bagdadi, Menurut imam Syafi’i, ia telah mengemukakan istilah hadis mutawatir dengan istilah khabar al-’ammah.
Ada ulama yang menerangkan hadis mutawatir dengan jelas dan terperinci yaitu Ibnu Hajar al-Asqalani. Menurut al-Asqalani, hadis mutawatir yaitu hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang mustahil melakukan kesepakatan untuk berdusta. Mereka itulah yang meriwayatkan hadis dari awal hingga akhir sanad.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan Para ulama tentang ketentuan batas minimal berapa jumlah rawi pada hadis mutawatir. Menurut Abu gayyib adalah sekurang-kurangnya ada 4 orang pada tiap tabaqah (tingkatan) rawinya. Imam Syafi’i mengemukakan paling sedikit ( minimal) 5 orang pada tiap tabaqah. Ada juga ulama lain yang menentukan paling sedikit 20 orang pada tiap tabaqah. Ada juga pendapat yang keras dari sebagian ulama’ bahwa mereka menentukan hadis mutawatir harus memenuhi syarat 40 rawi pada tiap-tiap tabaqah (tingkatan).
Menurut pendapat para ulama’ ahli hadis, bahwa tidak boleh ada keraguan sedikit pun dalam memakai hadis mutawatir. Hadis mutawatir harus diyakini dan dipercayai dengan sepenuh hati. Hal ini sama halnya dengan pengetahuan kita tentang adanya udara, angin, panas, dingin, air, api dan jiwa, yang tanpa membutuhkan penelitian ulang kita sudah percaya akan keberadaannya. Jadi, dengan kata lain bahwa hukum hadis mutawatir adalah bersifat qat’i (pasti).
a. Hadis Ahad
Hadis ahad dibagi menjadi tiga macam, yaitu hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis garib.
1. Hadis Masyhur
Definisi hadis masyhur adalah
ما رواه الثلاثة فأ كثر ولم يصل درجة التواتر
Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, namun belum mencapaiderajat mutawatir.
Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan dari Nabi Saw, oleh beberapa orang sahabat namun tidak mencapai tingkat mutawatir. bisa jadi, pada habaqah (tingkatan) tabiin atau setelahnya hadis itu diriwayatkan secara mutawatir. Tetapi, ini terjadi pada setiap taqabah. Dari segi tingkatannya hadis masyhur adalah termasuk paling tinggi, sebab rawi hadis Masyhur ini yang paling dekat untuk mencapai derajat mutawatir. Hanya saja, ada pada salah satu tingkatan rawinya tidak mencapai derajat mutawatir.
2. Hadis Aziz
Definisi hadis aziz adalah:
ما رواه اثنان ولو كان فى طبقة واحدة ثم رواه بعد ذلك جماعة
“Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu habaqah. Kemudian pada habaqah selanjutnya banyak rawi yang meriwayatkannya.”
Dari definisi tersebut di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadis aziz yaitu hadis yang pada salah satu atau setiap habaqah (tingkatan) rawinya hanya dijumpai dua rawi saja.
Suatu hadis yang dikatagorikan sebagai hadis aziz yaitu:
- Pada tiap-tiap habaqah (tingkatan) hanya terdapat dua rawi saja.
- Pada salah satu habaqah (tingkatan) hanya terdapat dua rawi, meskipun habaqah yang lainnya lebih dari tiga rawi.
3. Hadis Gharib
Secara etimologi kata gharib dari gharaba - yaghribu yang artinya menyendiri, asing, atau terpisah. Sedangkan secara terminologi hadis gharib adalah:
ماانفرد بروايته شحص فى اي موضع وقع التفرد به من السند
“Hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi, di manapun tempat sanad itu terjadi.”
Dari definisi tersebut di atas, dapat katakan bahwa yang dimaksud dengan hadis gharib yaitu hadis yang diriwayatkan oleh hanya seorang rawi saja, baik dalam seluruh tingkatan sanad atau pada salah satu tingkatan sanadnya. Adapun yang dimaksud dengan sanad menyendiri pada suatu hadis yaitu rawi yang meriwayatkan hadis secara sendirian tanpa ada rawi yang lain.
Hadis garib juga biasa disebut hadis fardun yang arinya sendirian. Ibnu Hajar menganggap bahwa antara garib dan fardun adalah sinonim, baik secara bahasa maupun secara istilah. Akan tetapi, kebanyakan para ahli hadis membedakan antara garib dan fardun, yakni istilah fardun merujuk kepada gharib mutlak, sedangkan istilah gharib dipakai pada gharib nisbi. Hal ini sesuai dengan pengklasifisian hadis gharib yang memang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Hadis Gharib Mutlak (fardun)
Hadis Gharib Mutlak (fardun) adalah hadis yang ke-ghariban-nya terletak pada asal sanad. Maksudnya, hadis pada saat disampaikan oleh Rasul Saw, hanya diterima oleh satu orang sahabat.
b. Hadis Gharib Nisbi
Yang termasuk sebagai hadis gharib nisbi yaitu apabila keghariban terjadi pada pertengahan sanadnya, bukan pada asal sanadnya. Maksudnya satu hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari satu orang rawi pada asal sanadnya, kemudian dari semua rawi itu hadis ini diriwayatkan oleh satu orang rawi saja yang mengambil dari para rawi tersebut.
2. Hadis Ditinjau dari Segi Kualitas
a. Hadis Sahih
Definisi hadis sahih menurut Ibnu Shalah adalah:
أما الحديث الصحيح فهو الحديث المسند الذي يتصل إسناده بنقل العدل الضابط إلى منتهاه
ولا يكون شاذا ولا معللا
Hadis sahih adalah hadis musnad (hadis yang mempunyai sanad) yang bersambung sanadnya, dan dinukil oleh seorang yang adil dan dabit dari orang yang adil dan iabih, hingga akhir sanadnya, tanpa ada kejanggalan dan cacat.
Dari definisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis sahih yaitu hadis yang sanadnya bersambung (tidak putus) dan para rawi yang meriwayatkan hadis tersebut adalah adil dan iabih, serta dalam matan hadis tersebut tidak ada kejanggalan (sywk) dan cacat (‘illah).
Untuk memudahkan dalam memahami definisi hadis sahih di atas, dapat dijelaskan bahwa hadis sahih adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
- Hadisnya musnad. Maksudnya yaitu hadis tersebut disandarkan kepada Nabi Saw, dengan disertai sanad.
- Sanadnya bersambung. Artinya, antara rawi dari sanad hadis tersebut pernah bertemu langsung dengan gurunya.
- Seluruh rawinya adil dan iabih. Maksud rawi yang adil yaitu rawi yang bertakwa dan menjaga kehormatan dirinya, serta dapat menjauhi perbuatan buruk dan dosa besar seperti syirik, fasik, dan bid’ah.
Adapun yang dimaksud dengan iabih adalah kemampuan seorang rawi dalam menghafal hadis.
- Tidak ada syak. Artinya, hadis tersebut tidak bertentangan dengan hadis dari rawi lain yang lebih kuat darinya.
- Tidak ada ‘illah. Artinya, dalam hadis tersebut tidak ditemukan cacat yang merusak kesahihan hadis.
Hadis sahih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sahih li katihi dan sahih li gairihi.
1. Sahih li jatihi
Yaitu Hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis sahih, seperti rawi harus adil, rawi kuat ingatannya (iabih), sanadnya tidak putus, matannya tidak mempunyai cacat, dan tidak ada kejanggalan.
2. Sahih li Gairihi
Artinya yang sahih karena yang lainnya, yakni menjadi sahih karena dikuatkan oleh sanad atau keterangan lain. Hukum memakai hadis sahih adalah wajib, sebagaimana kesepakatan para ahli hadis dan para fuqaha. Argumennya adalah hadis sahih adalah salah satu sumber hukum syariat, sehingga tidak ada alasan untuk mengingkarinya.
b. Hadis Hasan
Kata hasan berasal dari kata al-husnu yang berarti al-jamalu, yang artinya kecantikan dan keinahan. Adapun tentang definisi hadis hasan, ada perbedaan pendapat di kalangan para muhadditsin.
Pendapat Abu Isa at-Tirmizi tentang hadis hasan:
أن لا يكون فى إسناده من يتهم بالكذب ولا يكون حديثا شذا ويروي من غير وجه نحو ذلك
Hadis yang dalam sanadnya tidak terdapat orang yang tertuduh bohong, hadisnya tidak janggal, serta diriwayatkan tidak hanya dalam satu jalur rawian.
Definisi hadis hasan yang dikemukakan oleh at-Tirmizi ini masih umum dan hampir sama dengan definisi hadis sahih. Sebab, hadis sahih juga mensyaratkan sanadnya tidak tertuduh dusta, hadisnya tidak janggal, dan tidak hanya terdapat satu jalur rawi saja.
Definisi yang lebih jelas dan detail adalah yang dikemukakan oleh kebanyakan ulama hadis, yaitu:
مانقله عدل قليل الضبط متصل السند غير معلل ولا شاذ
Hadis yang dinukil oleh seorang yang adil tetapi tidak begitu kuat ingatannya, bersambung sanadnya, dan tidak terdapat cacat serta kejanggalan pada matannya.
Perbedaan antara hadis sahih dan hadis hasan memang sangat sedikit dan tipis. Bahkan sebagian ulama’ hadis mengatakan bahwa antara hadis sahih li gairihi dan hadis hasan li katihi adalah sama. Hal ini bisa dilihat dari definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa hadis hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang adil, sanadnya bersambung, memiliki daya ingat yang kuat, tidak terdapat ‘illah, dan tidak syak. Maka inilah yang disebut sahih li katihi. Namun, jika daya ingat (kedzabitan) rawi kurang, maka hadis yang diriwayatkannya dinamakan li katihi
Hukum memakai hadis hasan sama dengan hadis sahih, walaupun dari sisi kekuatannya hadis hasan berada di bawah level hadis sahih. Demikian menurut ahli fikih (fuqaha’) dan mayoritas ahli hadis juga memakai hadis hasan sebagai hujjah, seperti al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah. Namun, pengelompokan hadis hasan ke dalam hadis sahih itu disertai pendapat bahwa hadis hasan tersebut di bawah kualitas hadis sahih.
a. Hadis daif
Definisi hadis daif adalah:
ما لم يجمع صفات القبول بفقد شرط من شروطه
“Hadis yang tidak memenuhi syarat diterimanya suatu hadis dikarenakan hilangnya salah satu syarat dari beberapa syarat yang ada.”
Dari definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa jika salah satu syarat dari beberapa syarat diterimanya suatu hadis tidak ada, maka hadis tersebut diklasifikasikan ke dalam hadis daif. Para ulama ada perbedaan pendapat mengenai masalah hukum menggunakan hadis daif Mayoritas ulama membolehkan mengambil hadis daif sebagai hujjah, apabila terbatas pada masalah fadail al-‘amal.
E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode hafalan, diskusi serta metode tanya jawab.
F. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup
G. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
H. Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
MATERI V
AYAT-AYAT AL-QUR’AN
TENTANG KEIKHLASAN DALAM BERIBADAH
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai) santun, rensponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan , dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1. Memiliki sikap ikhlas dalam beribadah sebagai implemantasi dari pemahaman ayat-ayat al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada Surat al-An’aam: 162-163; Surat al-Bayyinah: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra.
2. Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada QS al-An’aam [6]: 162-163; QS al-Bayyinah [98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra.
3. Mendemonstrasikan hafalan dan arti per kata ayat-ayat al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada Surat al-An’aam [6]: 162-163; Surat al-Bayyinah [98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra.
4. Mendemonstrasikan hafalan dan arti per kata ayat-ayat al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada Surat al-An’aam [6]: 162-163; Surat Al-Bayyinah [98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat membaca QS. al-An’aam [6]: 162-163; QS. al-Bayyinah [98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah Ra. Tentang keikhlasan dalam beribadah dengan baik dan benar.
2. Peserta didik dapat menyebutkan makna mufradat QS. al-An’aam [6]: 162-163; QS. al-Bayyinah [98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra. tentang keikhlasan dalam beribadah dengan benar.
3. Peserta didik dapat menjelaskan kandungan QS. al-An’aam [6]: 162-163; QS. al-Bayyinah [98]: 5 dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah Ra. tentang keikhlasan dalam beribadah dengan benar.
4. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku ikhlas dalam beribadah
D. Materi pembelajaran
1. QS. al-an’am [6] ayat 162-163
ö@è% ¨bÎ) ÎAx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ
w y7ΰ ¼çms9 ( y7Ï9ºxÎ/ur ßNöÏBé& O$tRr&ur ãA¨rr& tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$# ÇÊÏÌÈ
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), «Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demi kianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (QS. al-An’am [6]: 162 – 163)
Penjelasan Ayat Secara garis besar kandungan QS. al-An’am [6] ayat 162-163 dapat disimpulkan:
1. Perintah Allah pada umat-Nya untuk berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya, dan matinya hanyalah semata mata untuk Allah.
2. Allah Swt., adalah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya.
3. Perintah Allah pada umat manusia untuk ikhlas dalam berkeyakinan, beribadah, beramal, dan menjadi orang pertama dalam kaumnya yang berserah diri kepada-Nya.
4. Senantiasa beramal shaleh dan menjauhkan segala larangan larangan Allah, agar selamat di dunia dan akhirat.
2. QS. Al-Bayinah [98] ayat 5
!$tBur (#ÿrâÉDé& wÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsur ß`Ï ÏpyJÍhs)ø9$# ÇÎÈ
Artinya:
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. al-Bayyinah [98]: 5)
Adapun kandungan surat Al Bayyinah [98] ayat 5 adalah sebagai berikut:
1. Perintah untuk beribadah kepada Allah Swt., dan menaati ajaran Allah dengan lurus (tidak bercampur dengan riya’, bid’ah maupun syirik).Seseorang yang melaksanakan ibadah, tetapi masih mempercayai adanya kekuatan selain Allah, seperti mempercayai dukun atau benda-benda yang dianggap keramat maka orang tersebut dikatakan musyrik.
2. Sebagai seorang muslim, wajib hukumnya untuk mendirikan shalat lima waktu dalam sehari semalam, shalat ini sangat besar artinya, karena merupakan tiang agama, dan ibadah yang pertama dihisab di akhirat.
3. Perintah untuk menunaikan zakat. Oleh karena itu, dalam setiap harta ada hak Allah yang harus dikeluarkan untuk orang yang berhak menerimanya. Zakat berfungsi untuk menyucikan harta dan menumbuh kembangkannya.
Dari segi bentuknya, ibadah dibedakan menjadi 5, yaitu:
1. Ibadah qauliyah (ucapan), seperti membaca al-Qur’an, berdo’a dan berkikir.
2. Ibadah jismiyah (fisik), seperti berpuasa dan menolong orang.
3. Ibadah mwliyah (melibatkan harta), seperti memberi zakat, infaq, sedekah.
4. Ibadah qauliyah wa jismiyah (ucapan dan perbuatan), seperti shalat.
5. Ibadah qauliyah, jismiyah, dan mwliyah (bacaan, perbuatan dan harta), seperti haji.
Ditinjau dari cakupannya, ibadah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ibadah ‘ammah (umum), yaitu segala perbuatan yang dilakukan semata-mata karena Allah Swt., untuk mendapatkan ridha-Nya seperti, menolong orang, mencari nafkah, menyerukan kebaikan, serta mencegah kejahatan. Ibadah seperti ini disebut juga dengan ibadah ghairu mahiah.
2. Ibadah khassah (khusus), yaitu ibadah yang telah ditetapkan oleh nash tentang kaifyah (tata cara) pelaksanaanya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah seperti ini disebut juga dengan ibadah mahiah.
Dengan demikian, segala bentuk ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah, baik itu shalat, puasa, atau zakat, haruslah disertai kerelaan dan keikhlasan hanya kepada Allah. Dengan keikhlasan dalam beribadah, menjadikan manusia selalu ingat pada Allah dan menjalankan segala perintahNya dalam kehidupan sehari hari.
3. Hadis
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أنَّ نبي صلى الله عليه وسلم كَا نَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةَ لِمَ تَصْنَعُ
هَذَا يَا رَسُولُ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أاَكُونَ عَبْدًا شَكُرًا
(رواهه البخاري)
Artinya:
“Dari Aisyah ra. bahwa Nabi Saw, melaksanakan shalat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yangbersyukur?” Dan tatkala beliau gemuk, beliau shalat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku’ maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku.”
Hadis tersebut menjelaskan betapa Rasul Saw, yang tidak memiliki kesalahan dan dosa karena beliau ma’sum, masih senantiasa melaksanakan ibadah shalat malam bahkan sampai bengkak-bengkak kakinya. Beliau adalah teladan kita, insan ciptaan Allah yang paling mulia. Dasar beliau melaksanakan ibadah yang sedemikian itu, bukanlah mengharap pujian, beliau melaksanakan dengan dasar ikhlas hanya untuk mencari keridaan Allah Swt., semata, dan sebagai ekspresi rasa syukur kepada Allah Swt.
Menurut Manazilus-Sa’irin, ikhlas itu ada tiga derajat, yaitu :
1. Tidak melihat amal sebagai amal, tidak mencari imbalan dari amal dan tidak puas terhadap amal.
2. Malu terhadap amal sambil tetap berusaha. Artinya merasa amalnya itu belum layak dilakukan karena Allah, tetapi amal itu tetap diupayakan.
3. Memurnikan amal, maksudnya adalah melakukan amal berdasarkan ilmu agama.
Rasul telah meneladani kita yang sedemikian indah, karenanya kita sudah selayaknya untuk meniru yang dilakukan Rasul Saw. Rasul yang telah diampuni dosa yang telah lalu maupun yang akan datang saja beribadah sedemikian ikhlas, kita yang tidak ada jaminan ampunan dosa seharusnya melebihi atau paling tidak menirunya.
E. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan adalah metode ceramah serta metode hafalan.
F. Strategi Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Menyampaikan salam pembuka yang ramah dan menanyakan keadaan kesehatan,dan keinginannya.
· Menyampaikan tujuan pembelajaran yang merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa hari ini.
· Menggali pengetahuan awal kemampuan siswa tentang unsur-unsur Hadis.
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
· Guru menyimpulkan kembali poin-poin pelajaran yang dibahas.
· Memberikan tugas latihan soal agar siswa lebih menguasai.
· Memberi salam penutup.
G. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
Waktu pembelajaran adalah 90 menit Satu setengah jam, 15 menit untuk pedahuluan, 50 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup.
H. Refrensi
Refrensi yang digunakan oleh guru adalah buku paket dan buku yang berkaitan.
I. Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah slide dan papan tulis.
J. Evaluasi Hasil Belajar
Evalusi hasil belajar melalui tes tertulis dan tes verbal.
BAB III
ANALISIS KOMPREHENSIF
Materi Al-Qur’an merupakan materi yang digunakan di sekolah tingkat SMA / MA / SMK, yang sangat penting, ruang lingkup dari materi ini selain dari segi kognitif, afektif, juga mencakup psikomotorik. Selain mengembangkan kemampuan pengetahuan pengetahuan materi Al-Qur’an Hadis ini juga mengembangkan kemampuan kepribadian sebagai muslim yang menjalankan tugas sebagai fitrahnya.
Secara intelektual anak SMA/ MA / SMK, sudah dapat berfikir secara logis, dan sudah mampu membedakan antara yang kongkrit dan abstrak, dari pemaparan tersebut bahwasanya materi Al-qur’an Hadis ini sangat sesuai dengan kondisi anak SMA/ MA / SMK, dimana dalam buku tersebut terdapat materi, Al-Qur’an kitabku, Betapa Outentiknya Al-Qur’an, Hadis, Sunnah, Atsar, Khabar, dan Hadis Qudsi, Unsur-Unsur Hadis, Pokok-Pokok Isi Al-Qur’an dan pembagian Hadis dari segi Kwantitas dan Kwalitasnya.
Selain itu anak SMA/ MA / SMK, sudah memikirkan masa depan, perencanaan dan wawasannya yang sudah mulai meluas, dan kelak akan digunakan untuk bersosialisasi secara langsung dengan masyarakat luas, sehungga diperlukan materi-materi dalam Al-Qur’an Hadis seperti Tujuan dan Fungsi Al-Qur’an, Manusia sebagai Hamba Allah dan Khaliffah di Bumi, Fungsi Hadis terhadap Al-Qur’an, dan Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah yang terdapat dalam buku pembelajaran Ma’arif untuk Madrasah Aliyah, Al-Qur’an Hadis kelas 10 dan buku pembelajaran Bahan Ajar Siswa Prasasti Qur’an Hadis untuk SMA/ MA / SMK kelas 10.
Buku pembelajaran Ma’arif untuk Madrasah Aliyah, Al-Qur’an Hadis kelas 10 semester 2, tidak terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar, sehingga sulit menentukan tujuan pembelajaran, dalam buku ini juga terdapat materi yang tidak sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu Fungsi Hadis dalam Al-Qur’an dan buku ini tidak bertele-tele, serta langsung pada inti pembahasan.
Buku pembelajaran Bahan Ajar Siswa Prasasti Qur’an Hadis untuk SMA/ MA / SMK kelas 10 semester 1, sudah sesuai dan tidak terlalu bertele-tele dan langsung pada pembahasan.
SUMBER REFERENSI
1. Buku Ajar Siswa PRASASTI Quran Hadis LP Ma’arif (Semester Gasal)
2. Buku Pelajaran Ma’arif untuk Madrasah Aliyah Al-Quran Hadis kelas X (Semester Genap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar