Minggu, 22 Mei 2016

KELOMPOK 10 (SKI Kelas X)

MAKALAH
TELAAH MATERI SKI MA KELAS X
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Telaah Materi PAI III”
Dosen Pengampu : Drs. ABDURROZAQ ASSOWY.
 
Disusun oleh :
MUHAMMAD RIZAL                               : (141310003132)
ENDAH FARIDHOTUL FIKRIYAH          (141310003140)
BAHRUL ULUM RULLY                          : (141310003151)
AINUR ROSYIDAH                                  : (141310003184)


UNIVERSITAS NAHDLOTUL ULAMA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JL. TAMAN SISWA (PEKENG) TAHUNAN JEPARA 59427
TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia dan nikmat-Nya, sehingga tugas mata kuliah “Telaah Materi PAI III” yang membahas tentang “Telaah Materi Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah kelas X” dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa sholawat beserta salam, kami haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, karena syafa’atnya yang senantiasa kita nantikan kelak di akhirat.
Kami juga mengucapkan baanyaak terima kasih atas bantuan dari rekan-rekan yang telah  berkontribusi memberikan sumbangan kritik dan pikirannya, hingga pada akhirnya makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya lapoaran ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Āmīn...
Jepara, 29 April 2016

Penyusun


DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................ 3
C.     Tujuan Penulisan.......................................................................................... 3
BAB II (PEMBAHASAN)
A.    Deskripsi Kurikulum..................................................................................... 4
B.     Ruang Lingkup............................................................................................ 37
C.     Analisis Silabus Sejarah Kebudayaan Islam................................................. 38
D.    Analisis SWOT Mata Pelajaran SKI di MA Kelas X................................... 40
E.     Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan............................................ 46
F.      Penyelesaian Masalah................................................................................. 49
BAB III (PENUTUP)
A.    SIMPULAN.............................................................................................. 51
B.     SARAN..................................................................................................... 53
C.     REFERENSI............................................................................................. 54

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang peradaban sebelum Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW periode Madinah, sejarah perkembangan Islam masa Khulafaur Rosyidin, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin.
Yang kami bahas di sini adalah mulai dari tentang peradaban sebelum Islam, perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW, hingga strategi dan subtansi dakwah Khulafaur Rosyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk  mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Kita sebagai mahasiswa yang menekuni bidang PAI harus dapat menyiapkan segala sesuatu mengenai proses kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi mahasiswa yang berkompeten di bidangnya dalam garis besar sebagai seorang guru. Yang harus diperhatikan sebelum melakukan proses tersebut adalah menelaah materi yang akan diajarkan, apakah itu sudah sesuai dengan kurikulum, peserta didik maupun pengajar. Tidak hanya dengan menelaah materinya saja, tapi juga menelaah kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang akan kita ajarkan kepada peserta didik.
Semuanya itu dilakukan agar kegiatan belajar mengajar yang kita lakukan dapat terlaksana dengan maksimal dan optimal.Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang diajarkan di MA dan SMA. Dimana materi ini sangat peting untuk diberikan kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan dan pengetahuan tentang sejarah-sejarah Islam dari zaman Nabi-nabi terdahulu sampai sekarang, kemudian dari sejarah tersebut, peserta didik diharapkan dapat mengambil ibrah dari sejarah terdahulu yang diaktualisasikan pada era moderen ini, selain itu mata pelajaran ini juga mendorong manusia untuk lebih menghargai perjuangan para orang-orang terdahulu yang dengan gigih membela, memperjuangkan dan menyebarkan agama Islam sehingga saat ini kita dapat merasakan hasilnya.
Rasulullah merupakan sosok nabi yang sangat dijadikan suri tauladan pada mata pelajaran SKI ini, dari ucapan, tingkah laku sampe diamnya beliau menjadi pelajaran yang harus kita anut sebab beliau merupakan contoh nyata manusia yang memiliki ahlak, perilaku, sifat-sifat dan budi pekerti
yang sangat luhur. Oleh karena itu kahadiran materi SKI ini menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan materi SKI siswa diajak untu menelusuri kembali fakta sejarah peradaban yang berkembang pada masa lalu untuk kemudian mengembangkan poin-poin positif yang masih relevan dengan masa sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian, diharapkan kebangkitan dunia Islam dapat terwujud dan menjadi kenyataan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana deskripsi tentang kurikulum?
2.      Seperti apa ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah?
3.      Bagaimana analisis silabus pelajarn SKI di Madrasah Aliyah kelas X?
4.      Apa probelmatika silabus SKI di Madrasah Aliyah kelas X?
5.      Bagaimana alternatif penyelesaian masalah pelajaran SKI di Madrasah Aliyah kelas X?

C.    Tujuan Penulisann
1.      Dapat mengetahui deskripsi tentang kurikulum.
2.      Mengetahui  ruang lingkup pelajarn SKI di Madrasah Aliyah.
3.      Dapat  menganalisis silabus pelajarn SKI di Madrasah Aliyah kelas X.
4.      mengetahui probelmatika silabus SKI di Madrasah Aliyah kelas X.
5.      dapat menemukan alternatif penyelesaian masalah pelajaran SKI di Madrasah Aliyah kelas X.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Diskripsi Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kurikulum sebagai program pendidikan ini berfungsi sebagai pedoman dan alat dalam menyelenggarakan kependidikan dan kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan. adapun fungsi lain dari kurikulum, yaitu sebagai berikut :
1)      Kurikulum berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan.
2)      Kurikulum sebagai batasan dari program kegiatan pada tingkatan pendidikan.
3)      Kurikulum sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
Berdasarkan penjelasan fungsi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan komponen dari pendidikan yang memegang peranan yang begitu penting, termasuk bagi pelaksanaan dan penyelenggaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu bagian integral dari Pendidikan Agama Islam. Sehubungan dengan ini, kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam memiliki peran yang sangat mendukung dalam pencapaian tujuan dari kurikulum Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan menyusun kurikulum, guru diharapkan agar cermat dan teliti. Karena, sebuah kurikulum itu memiliki sejumlah komponen yang saling terkait erat satu sama lain. Dan secara teoritis, penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas dan orientasi tertentu.
Berdasarkan uraian diatas, maka kami menganggap bahwa penulisan mengenai Telaah Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam ini sangat penting untuk dibahas, karena mengingat peranan dan fungsinya yang cukup penting dalam pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Kebudayaan Islam ialah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah, SKI ini merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidu­pannya yang dilandasi oleh akidah.
Mata pelajaran SKI Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Aliyah memiliki karakteristik tersendiri, aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh Islam berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
1.         Identitas Materi
Mata pelajaran SKI adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman dan pembiasaanKarakteristik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Rasulullah SAW hingga perkembang peradaban Islam pada masa Khulafaur Rosyidin dan seterusnya.
2.      Standar Kompetensi/Kompetensi Inti
§  Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
§  Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, ressponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
§  Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan kenegaraan dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.      Kompetensi Dasar
§  Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
§  Menghayati nilai-nilai perjuangan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.
§  Meneladani perilaku sabar Rasulullah SAW pada saat menghadapi berbagai intimidasi masyarakat Quraisy di Mekkah.
§  Mengananlisis sejarah Dakwah Rasulullah SAW pada periode Islam di Mekkah.
§  Memahami Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.
§  Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi Rasulullah SAW ketika berdakwah di Mekkah.
§  Memahami sifat dan kepribadian dan peran para sahabat Assabiqunal Awwalun.
§  Memahami faktor-faktor penyebab hijrah sahabat nabi ke Abeseniyah.
§  Memiliki sikap tanggung dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman stategi dakwah Nabi di Mekkah.
4.      Indikator
§  Mengidentifikasi pola kepemimpinan Rasulullah SAW. Pada periode Mekkah.
§  Mengidentifikasi sejarah dakwah Rasulullah SAW. pada periode Islam di Mekkah.
§  Mengidentifikasi substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW Pada periode Mekkah.
§  Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi Rasulullah SAW. Ketika berdakwah di Mekkah.
§  Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab hijrahnya Rasulullah SAW.
§  Mengidentifikasi peristiwa hijrahnya sahabat Rasulullah SAW. ke Abesiniyah.
§  Menuliskan ibrah/pelajaran yang dapat diambil dari dakwah Rasulullah SAW periode Mekkah.
5.    Tujuan dan Orientasi
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan untuk:
§  Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
§  Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan  sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
§  Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
§  Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
§  Mengembangkan  kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi, menganalisis dan mengkomunikasikan peserta didik diharapkan dapat memahami perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. periode Mekkah.
6.      Materi Pembelajaran
6.1      Materi Pokok
6.1.1        Materi Fakta
§  Berikan arahan kepada peserta didik untuk mengamati gambar yang disediakan pada rubrik A. Mari Mengamati.
§  Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya pada kotak yang telah disediakan pada rubrik B. Mari Bertanya!
6.1.2        Materi Konsep
§  Jelaskan peta konsep secara singkat dan jelas kepada peserta didik.
§  Ajaklah peserta didik untuk membaca materi inti pada rubrik C. Mari Tambah Wawasan Kamu! tentang Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. periode Mekkah.
6.1.3        Materi Inti
§  Hidup di tengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala tidak membuat Nabi Muhammad SAW. ikut-ikutan memuja berhala bahkan beliau membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa Arab. Nabi Muhammad SAW. tidak pernah memuja berhala, Nabi Muhammad SAW. lebih sering mengasingkan diri untuk berfikir tentang penciptaan alam semesta beserta segenap isinya. Gua Hira’ yang berada di bukit Nur (Jabal Nur) adalah tempat di mana beliau berkhalwat dengan khusyu hingga menerima wahyu Allah SWT.

BAB 2
(PERKEMBANGAN DAKWAH NABI MUHAMMAD PERIODE MEKKAH)
     I.          Standar Kompetensi/Kompetensi Inti
1.      Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2.      Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, ressponsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan kenegaraan dan peradapan terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
  II.          Kompetensi Dasar
1.      Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap muslim.
2.      Menghayati nilai-nilai perjuangan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.
3.      Meneladani perilaku sabar Rasulullah SAW pada saat menghadapi berbagai intimidasi masyarakat Quraisy di Mekkah.
4.      Mengananlisis sejarah Dakwah Rasulullah SAW pada periode Islam di Mekkah.
5.      Memahami Subtansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah.
6.    Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi Rasulullah SAW ketika berdakwah di Mekkah.
7.      Memahami sifat dan kepribadian dan peran para sahabat Assabiqunal Awwalun.
8.      Memahami faktor-faktor penyebab hijrah sahabat nabi ke Abeseniyah.
9.  Memiliki sikap tanggung dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman stategi dakwah Nabi di Mekkah.

     I.          Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Pada Periode Makkah
Memasuki 14 tahun usia pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW sering melakukan ibadah diiringi dengan memohon petunjuk kepada Allah SWT, berkhalwat di Gua Hira yaitu Gua yang berada di bukit Nur (Jabal Nur) yang terletak di dekat Mekkah. Berkhalwat ini dilakukan Nabi Muhammad SAW dengan Khusyuk, kadang sampai beberapa hari  beliau baru pulang jika bekal sudah habis. Disanalah beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan bermalam-malam. Pada malam bertepatan dengan malam Jumat tanggal 17 Ramadhan, yaitu ketika beliau sedang bertafakkur di dalam Gua Hira dan telah berusia empat puluh tahun, beliau  didatangi Malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya : “Bacalah!”, ya Muhammad, beliau menjawab: “Saya tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril memeluk Nabi Muhammad SAW mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya. Dan pada yang ketiga kalinya, Nabi Muhammad berkata apa yang harus say abaca, lalu Jibril berkata kepadanya, dengan membawa wahyu pertama dari Allah SWT:
اِقْـرَأْ بِـاسْـمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الْإِنْسَٰـنَ مِنْ عَلَقَ ﴿٢﴾ اِقْـرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْـرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِى عَلَّـمَ بِـالْقَلَـمِ ﴿٤﴾ عَلَّـمَ الْإِنْسَٰـنَ مَـا لَـمْ يَعْلَـمْ ﴿٥﴾
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhan mulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kala , dia mengajar kepada manusia apa yang yidak diketahuinya”. (Al-Alaq: 1-5).
Nabi Muhammad SAW mengikuti apa yang diucapkan Malaikat Jibril dengan baik sampai hafal. Setelah itu Jibrilpun meninggalkannya dan Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di gua Hira’. Akhirnya beliau pulang kerumahnya dengan raut muka yang pucat dan menghampiri istrinya Siti Khadijah. Siti Khadijah merasa heran dan bertanya “Apa yang sedang terjadi?” dengan gemetar sambil berkata: “Selimuti saya! Selimuti Saya!”, maka Siti Khadijahpun menyelimutinya sehingga rasa takutnya sirna. Lalu memberitahu Siti Khadijah tentang apa yang telah diperolehnya di Gua Hira’ dan berkata: “Sungguh saya khawatir terhadap diriku”. Khadijah menanggapinya dan menenangkan serta meyakinkan Nabi Muhammad SAW: “Sekali-kali tidak, demi Allah, Dia tidak akan merendahkan dirimu untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan tali persaudaraan , menanggung beban kesusahan orang lain, memberi orang yang tidak punya, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.
Setelah tenang Siti Khadijah  mengajak Nabi Muhammad SAW untuk menemui saudaranya seorang ahli kitab Waraqah bin Naufal. Di depan Waraqah bin Naufal menceritakan semua yang terjadi, Waraqah bin Naufal dengan penuh perhatian mendengarkan cerita yang disampaikan  Nabi Muhammad kemudian  Waraqah membuka kitab Taurat dan Injil serta berkata ‘Demi tuhan, yang  datang itu adalah  Malaikat Jibril yang pernah datang pada Nabi Musa baik-baiklah menjaga diri, tabahkan hatimu wahai Muhammad, kelak engkau akan diangkat menjadi Rasul jangan takut, tapi gembiralah menerima wahyu itu”.
Setelah Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu yang pertama dari Allah SWT dan juga mendapatkan Nasihat dari Waraqah bin Naufal.  Beberapa malam Nabi Muhammad SAW telah siap menerima wahyu kembali, tetapi wahyu tersebut tidak kunjung datang. Baru pada malam ke-40 wahyu kedua turun, waktu itu Nabi Muhammad SAW sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba terdengar suara: “Ya Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi merasa takut mendengar suara itu, beliau segera kembali kerumah menyuruh istrinya Siti Khadijah menyelimutinya, suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semaki dekat Jibril mendatanginya sambil duduk diatas kursi antara bumi dan langit, lalau turunlah ayat:
يٰٓـأَيُّـهَا الْمُدَّثِّـرُ ﴿١﴾ قُـمْ فَـأَنْـذِرْ ﴿٢﴾ وَرَبَّـكَ فَـكَـبِّرْ ﴿٣﴾ وَثِـيَـابَكَ فَـطَهِّـرْ ﴿٤﴾ وَالـرُّجْزَ فَاهْـجُـرْ ﴿٥﴾
“Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!, Dan Tuhanmuagungkanlah!, Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (QS. Al-Muddatsir: 1-5).
Setelah menerima dan menghafal wahyu itu, Nabi Muhammad SAW menanggalkan selimutnya, rasa takut dan gemetarnyapun hilang. Mulai saat itulah Muhammad telah diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi dan Rasul. Tugas baru telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia, setelah itu wahyupun turun terus-menerus dan berkelanjutan. Kepada pamannya Abu Thalib, Nabi Muhammad SAW berkeinginan untuk menyampaikan wahyu tersebut tetapi beliau takut kalau kurang mendapat sambutan. Nabi Muhammad memulai dakwahnya yang terbagi kedalam dua fase. Fase pertama secara sembunyi-sembunyi (Sirriyah). Pada fase ini Nabi Muhammad SAW menyeru keluarga dan sahabat dekatnya, Siti Khadijah masuk Islam dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya yang mulia. Sehingga ia adalah orang yang pertama kali masuk Islam.
Kemudian, sebagai balas budi pada Abu Thalib, Nabi memilih Ali untuk dididik dan ditanggung nafkahnya. Dalam kondisi seperti ini, hati Alipun terbuka dan akhirnya masuk Islam. Setelah itu barulah Zaid bin haritsah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh Siti Khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah juga bercerita kepada teman akrabnya, Abu Bakar maka iapun beriman dan membenarkannya tanpa ada keraguan kemudian Abu Bakar mengajak teman seperdagangannya dan mereka menyambut dengan baik, diantara mereka yang kemudian masuk Islam adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidilah, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Al-Arqam bin Abil Arqam. Fase kedua secara terang-terangan (Jahriyah) setelah Allah SWT menurunkan firmannya:
 وَأَنْـذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْأَقْـرَ بِيْنَ ﴿٢١٤﴾
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (QS As-Syu’ara: 214).
Nabi menyeru Bani Abdul Muthalib sesudah mereka berkumpul berkatalah Nabi: “Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat”.
Perkataan Nabi Muhammad SAW ini disambut dan dibenarkan oleh sebagian dari mereka yang hadir, tetapi ada juga yang sebagian yang mendustakannya, Abu Lahab pamannya sangat mendustakan demikian juga istrinya. Abu lahab berkata: “Celakalah engkau! Apa untuk inikah engkau panggil?”. Sehubungan dengan tindakan Abu Lahab ini Allah SWT menurunkan firmannya:
تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ ﴿١﴾ مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَا لُهُۥ وَمَا كَسَبَ ﴿٢﴾ سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ ﴿٣﴾ وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبَ ﴿٤﴾ فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مِّسَدٍ ﴿٥﴾
“Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa, Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan, Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak, Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS Al-Lahab: 1-5)
Kedua fase tersebut dikenal dengan berdakwah secara sembunyi-sembunyi (Sirriyah) yang veliau lakukan selama tiga tahun. Dikatakan secara sembunyi-sembunyi disini, mengingat tempat para sahabat, pengikutnya dan orang-orang yang mereka ajak masuk Islam tersebut bersifat sangat rahasia. Ketika itu Nabi Muhammad SAW mendapat pengikut sekitar 30 orang, mereka mendapat sebutan “Assabiqunal Awwalun” artinya orang yang pertama kali masuk Islam. Sudah banyak yang beriman kepada Rasulullah SAW, namun mereka masih menyembunyikan keIslaman mereka. Karena jika satu saja urusan mereka terungkap, maka ia akan menghadapi berbagai siksaan keras dari kaum kafir Quraisy hingga ia murtad (keluar) dari agam  Islam.
1.    Dakwah secara terang-terangan (seruan umum)
Selama lebih dari tiga tahun Nabi Muhammad SAW berdakwah secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, lalu Allah SWT menurunkan firmannya:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ ﴿٩٤﴾
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS Al-Hijjr: 94)
Ayat ini menandai dimulainya dakwah Nabi Muhammad SAW secara terang-terangan (secara umum0 menyeru kesegenap lapisan manusia kepada agama Islam secara terang-terangan, baik dari golongan bangsawan maupun lapisan hamba sahaya begitu juga kaum kerabat beliau sendiri atau orang-orang yang jauh. Pada suatu hari, Rasulullah berdiri di atas bukit Shafa memanggil suku Qurasisy, hingga orang-orangpun mengerumuninya. Diantara mereka, terdapat pamannya, Abu Lahab seorang tokoh Quraisy yang paling memusuhi Allah dan Rasulnnya. Tatkala orang-orang  telah berkumpul, beliau bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya saya memberitahu kalian bahwa dibalik gunung ini ada musuh yang menanti kalian, apakah kalian mempercayai saya?” , mereka menjawab: “Yang terlintas dihati kami tentang anda adalah kejujuran dan amanah”, beliau lalu bersabda: “Saya adalah orang yang member peringatan kepada kalian bahwa dihadapan kalian ada siksa yang maha berat”. Kemudian Rasulullah SAW mengajak mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala yang selama ini mereka sembah. Abu Lahab langsung keluar dari kerumunan orang-orang dan berkata: “Celakalah kamu! Apakah karena ini kamu mengumpulkan kami?”.
Nabi Muhammad SAW tetap melanjutkan dakwah dan memulai secara terang-terangan ditempat-tempat mereka berkumpul, mengajak mereka masuk agama Islam behkan beliau melakukan shalat  di sisi Ka’bah. Orang-orang kafir yang tidak suka dengan ajaran agama Islam semakin membeci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sementara itu penyiksaan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin yakni dengan menghalangi hamba sahaya dan orang-orang lemah, sebagaimana yang dialami Yasir dan puteranya ‘Ammar serta istrinya Sumaiyah. Yasir yang akhirnya mati syahid sedangkan istrinya Sumaiyah wafat karena ditikam tombak Abu Jahal, bahkan Sumaiyah adalah wanita pertama dalam Islam yang mati syahid disebabkan oleh penyiksaan.
Begitu pula siksaan yang ditimpakan Umayah bin Khalaf dan abu Jahal kepada Bilal bin Rabah, Khabab Ibnul ais dan yang lainnya. Sebelumnya, Bilal masuk Islam melalui perantara Abu bakar. Suatu ketika Umayyah mengetahuinya  lalu ia pun menimpakkan berbagai macam siksaan agar Bilal mau meninggalkan Islam. Namun , Bilal menolak dan tetap berpegang teguh pada agama Islam. Lalu Umayah membawa Bilal keluar kota Mekkah dalam keadaan terikat rantai. Setelah tubuhnya diterlentangkan diatas padang pasir yang membara, diletakkan batu besar diatas dadanya untuk kemudian Umayyah beserta para pengikutnya menghujaninya dengan cambukan Sungguh suatu penyiksaan yang luar batas peri kemanusiaan. Namun, bilal berkali-kali hanya mengucapkan Ahad, Ahad (Yang Maha Esa) hingga akhirnya Abu Bakar melihatnya. Dengan seketika itu, Abu Bakar membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya di jalan Allah SWT.
Dari serangkaian siksaan yang mendera kaum muslimin ini Rasulullah SAW melarang kaum muslimin mengumumkan keIslaman mereka, sebagaimana yang beliau lakukan ketika berkumpul dengna cara diam-diam. Karena seandainya beliau berkumpul secara terang-terangan maka kaum musyirikin pasti menghalangi beliau dalam menyampaikan pengajaran dan petunjuk kepada kaum muslimin. Bahkan hal ini bisa jadi akan mendatangkan bentrokan diantara dua kelompok.
Dan sudah diketahui bahwa bentrokan ini bisa mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan kaum muslimin mengingat sedikitnya jumlah mereka. Oleh karenanya, hikmah yang paling nyata disini adalah mereka harus masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Lain halnya dengan Rasulullah SAW beliau tetap berdakwah dan beribadah secara terang-terangan dihadapan orang-orang musyrik, sekalipun beliau menerima siksaan dari kaum Quraisy. Ada bebebrapa faktor yang mendorong kaum quraisy menentang seruan Islam yaitu:
1)      Persaingan berebut kekuasaan, kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk pada Nabi Muhammad SAW. berarti pada kekuasan Bani Abdul Muthalib. Sedangkan susku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
2)      Penyamaan hak antara kaum bangSAWan dengan rakyat biasa (hamba sahaya), tradisi sosial bangsa Arab mengenal kasta, tiap-tiap manusia digolongkan ke dalam kasta-kasta, padahal seruan Nabi Muhammad SAW. memberikan hak yang sama kepada setiap manusia, karena itu kasta bangSAWan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam. Bahkan hamba sahaya bisa lebih mulia dari tuannya apabila dia lebih bertaqwa, Allah SWT. Berfirman:
 يَٰأَيُّـهَا النَّاسُ إِنَّ خَلَقْنَٰكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ جَعَلْنَكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَئِلَ لِتَعَارَفُوْٓاۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَٰكُـمْۚ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ﴿١٣﴾ 
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat 13)
3)      Takut akan hari pembangkitan, agama Islam mengajarkan bahwa setelah hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang baik sedangkan yang berbuat buruk akan mendapat siksaan. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama yang mengajarkan bahwa manusia akan hidup kembali sesudah mati.
4)      Taklid kepada ajaran nenek moyang, kaum Quraisy merasa berat untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka dan mengikuti agama baru tersebut.
5)      Faktor ekonomi, inilah yang menyebabkan kaum Quraisy enggan meyakini Islam, kerena dalam agama Islam tidak diperbolehkan menyembah berhala, padahal membuat patung adalah sebagai salah satu mata pencaharian mereka.
  II.          Hijrah ke Habsyi (Abesinia)
Dengan adanya siksaan demi siksaan yang terus menerus dilakukan kaum kafir Quraisy kepada kaum muslimin, terutama kaum muslimin yang tergolong lemah secara ekonomi. Mereka sangat menderita, karena penderitaan mereka inilah maka Rasulullah SAW. meminta para sahabatnya untuk hijrah ke Habsyi demi menyelamatkan agama mereka di sisi raja Najasyi, Rasulullah SAW. tahu bahwa Raja Habsyi sangat adil dan tak pernah berbuat aniaya pada sesama manusia, kaum muslimin akan aman disana, terutama keamanan sebagian besar kaum muslimin yang mengkhawatirkan diri dan keluarga mereka dari kaum kafir Quraisy. Dan peristiwa ini tepatnya terjadi pada tahun kelima dari masa kenabian.
Hijrah ke Habsyi dilakukan kaum muslimin dalam dua gelombang, rombongan pertama kaum muslimin yang berjumlah lebih kurang10 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, pada tahun ke 5 bulan ke tujuh kenabian. Dilanjutkan dengan rombongan hijrah kedua hingga keseluruhannya berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Di antara mereka terdapat Utsman bin Affan beserta isterinya, Ruqayah binti Muhammad, Zubair bin Awwan, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abu Thalib sebagai pemimpin rombongan dan lain-lain. Rombongan ini mendapat sambutan yang baik dan penghormatan dari Raja Najasyi, namun Kaum Quraisy berusaha merusak kedudukan mereka di Habsyi. Maka mereka mengirim utusan dipimpin Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ’Ash serta memberi hadiah untuk raja dan memintanya agar menyerahkan kaum muslimin kepada mereka. Mereka mengatakan kepada raja bahwa kaum muslimin menjelekjelekkan Isa dan ibundanya. Tatkala raja Najasyi menanyakan hal tersebut kepada kaum muslimin, dan merekapun menjelaskan pandangan Islam tentang Isa dengan sebenar-benarnya, maka raja mengamankan mereka dan menolak untuk menyerahkan
mereka kepada Kaum Quraisy.
Tidak hanya itu kaum Quraisy juga melakukan pemboikotan atau pengucilan terhadap kaum muslimin dari pergaulan dengan masyarakat Mekkah, yang digantungkan di dinding Ka’bah, berisi antara lain :
1)      Tidak boleh melakukan jual beli kepada bani Hasyim, bani Muthalib dan umat Islam.
2)      Dilarang mengadakan perdamaian dengan keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam, kecuali Nabi Muhammad SAW. diserahkan atau menyerahkan diri pada kaum kafir Quraisy.
3)      Dilarang berbicara, mengunjungi orang sakit dari keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam.
4)      Dilarang mengadakan pernikahan dengan keluarga bani Hasyim, bani Mutholib dan umat Islam.
5)      Pemukiman umat Islam dikucilkan di bagian utara kota Mekkah dan dijaga ketat oleh kaum kafir Quraisy sehingga mereka tidak dapat berhubungan dengan masyarakat Mekkah atau di luar Mekkah.
III.          Hamzah dan Umar bin Khathab Masuk Islam
Disaat Nabi Muhammad SAW. melaksanakan dakwah Islam kepada kaum kafir Quraisy yang menentang dengan keras dakwah beliau, ada dua tokoh terkemuka Quraisy yang masuk Islam, mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khathab. Dengan masuknya kedua tokoh terkemuka Quraisy ini merupakan menambah kekuatan bagi kaum muslimin dan harapan akan adanya kemenangan.Umar bin Khathab telah dijuluki oleh Rasulullah dengan al-Faruq, karena Allah telah memisahkan antara yang haq dan yang bathil. Beberapa hari setelah keIslamannya Umar bin Khathab berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bukankah kita di atas kebenaran?” Beliau mejawab: “Memang demikian’. Umar berkata: “Kalau begitu untuk apa kita bersembunyi dan menutup diri?” Setelah itu, Rasulullah bersama kaum muslimin yang ada di Darul Arqam membentuk dua barisan. Satu barisan dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib dan barisan lainnya dipimpinn Umar bin Khattab bergerak menuju jalan-jalan di kota Mekkah dalam gerakan yang menggambarkan kekuatan dalam perjalanan dakwah, dan sekaligus memulai dakwah secara terang-terangan.
Kaum kafir Quraisy terus berusaha memerangi dakwah ini dengan berbagai macam cara; menyiksa, menganiaya, mengintimidasi, dan membujuk. Namun, semua itu tidak menghasilkan apapun, selain justru menambah keteguhan mereka terhadap agama Islam dan menambah jumlah orang-orang yang beriman. Inilah pemikiran kaum kafir Quraisy untuk memunculkan cara baru, yaitu menulis sebuah lembaran (perjanjian) yang ditanda tangani oleh mereka semua, dan digantung di Ka’bah untuk mengembargo kaum muslimin dan Bani Hasyim. Embargo ini berlaku di semua aspek; tidak boleh terjadi transaksi jual beli, pernikahan, tolong- menolong, dan bergaul dengan mereka. Kaum muslimin terpaksa keluar dari kota Mekkah menuju ke salah satu celah gunung di Mekkah yang bernama celah gunung Abu Thalib. Di sana kaum muslimin sangat menderita, mereka merasakan kelaparan dan berbagai macam kesulitan. Orang-orang yang mampu di antara mereka menyumbang sebagian harta mereka, bahkan Khadijah menyumbang semua hartanya. Wabah penyakit melanda mereka yang menyebabkan kematian sebagian mereka. Namun demikian, mereka dapat bertahan dan bersabar, tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur. Embargo ini terus berlangsung selama tiga tahun.
Kemudian sekelompok pembesar Quraisy yang memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa orang Bani Hasyim berusaha mencabut isi lembaran di atas, dan mengumumkan pada khalayak ramai. Ketika mengeluarkan lembaran, mereka menemukannya telah termakan oleh rayap, tidak ada yang tersisa kecuali satu sisi kecil yang diatasnya tertulis “lafadz bismika allahumma” (dengan menyebut nama-Mu, ya Allah). Akhirnya, krisispun sirna dan kaum muslimin beserta Bani Hasyim kembali ke kota Mekkah. Namun kaum kafir Quraisy tetap pada sikap mereka yang kejam dan bengis dalam memerangi kaum muslimin.
IV.          Tahun Duka Cita atau Ammul Huzni
Setelah umat Islam, keluarga bani Hasyim dan bani Mutholib terbebas dari pemboikotan dan pengasingan dan Nabi Muhammad SAW. telah melakukan dakwah lebih kurang 10 tahun. Selang beberapa bulan kemudian, dua orang pelindung Rasulullah, Siti Khadijah binti Khuwalid dan Abu Thalib bin Abdul Muthalib wafat. dua orang yang menjadi tulang punggung dalam melaksanakan tugasnya menyiarkan agama Islam, Abu Thalib menjadi perisai yang melindungi dan memelihara Nabi Muhammad SAW. dengan segala kekuatan dan ketabahan hati yang dimilikinya. Penyakit keras telah menjulur ke seluruh tubuh Abu Thalib, dan ia tidak dapat meninggalkan tempat tidur. Tak lama kemudian ia menderita sakaratul maut. Ketika itu Rasulullah berada di sisi kepalanya mengharap agar ia mau mengucapkan kalimat la ilaha illallah sebelum kematiannya.
Namun teman-teman buruknya yang juga berada di sisinya, termasuk tokoh mereka Abu Jahal, mencegahnya dengan berkata kepadanya: “Jangan tinggalkan agama leluhurmu”. Akhirnya iapun meninggal dalam keadaan musyrik. Maka kesedihan Rasulullah SAW. atasnya semakin berlipat ganda karena beliau telah ditinggalkannya sebelum pamannya memeluk agama Islam. Namun pantas untuk dicatat saat Abu Thalib sakaratul maut  beliau mengucap “Aku telah yakin bahwa agama Muhammad adalah agama yang paling baik” beberapa ahli sejarah mengambil kesimpulan bahwa Abu Thalib bin Abdul Muthalib telah menganut agama Islam dengan tidak memperlihatkan secara terus terang.
Siti Khadijah binti Khuwalid isteri Nabi Muhammad SAW. wafat dalam usia 65 tahun. Selama 25 tahun Siti Khadijah menemani Nabi Muhammad SAW., Siti Khadijah sosok isteri yang setia, orang yang mula pertama mengikuti ajaran Rasulullah, telah menyokong perjuangan dakwah Islamiyah dengan segenap jiwa, raga dan harta, dan selalu memberikan kesejahteraan serta ketenteraman pada diri Nabi Muhammad SAW. menjadi mendamping dan pendukung misi dakwah Rasulullah, sehingga Rasulullah SAW. semakin merasakan duka yang sangat pedih. Sementara itu cobaan yang ditimpakan oleh kaumnya kepada beliau setelah kematian Abu Thalib dan isterinya, Khadijah, justru semakin berat. Dengan meningglnya dua orang ini kaum Quraisy semakin menekan Nabi Muhammad SAW. dengan menyakitinya secara fisik, menghina dan melecehkan Rasulullah SAW Abu Lahab, Hakim bin Ash dan Utbah bin Muit selalu melempari kotoran dan najis di jalanan menuju rumah dan ke halaman rumah Nabi Muhammad SAW., bahkan isteri Abu Lahab selalu meletakan duri atau pecahan-pecahan di muka pintu Rasulullah SAW.
  V.          Nabi Muhammad SAW. Hijrah ke Thaif
Sepeninggal Abu Thalib dan Siti Khadijah, puncak dari sikap permusuhan kaum Quraisy semakin keras. Dalam kondisi ini timbul keinginan dari Nabi Muhammad SAW. untuk berlindung ke Thaif negeri yang terkenal berhawa sejuk dan keramahan penduduknya terhadap tamu yang datang. Dengan harapan masyarakat Thaif berkenan mendengar dakwah Islam. Perjalanan ke Thaif ini sebenarnya tidaklah mudah, mengingat sulitnya medan yang dilalui disebabkan gunung-gunung yang tinggi yang mengelilinginya. Akhirnya, Beliau sampai di Thaif bersama Zaid bin Tsabit. Akan tetapi, setiap kesulitan itu menjadi mudah bila berada di jalan Allah. Selama sepuluh hari tinggal di Thaif Nabi menyampaikan seruan tauhid meskipun ada yang mau menerima dakwah Islam, akan tetapi penduduk Thaif justru banyak yang menolak beliau dengan penolakan yang lebih buruk.
Mereka menyuruh anak-anak kecil untuk melempari beliau dengan batu, sehingga kedua tumit beliau berdarah. Akhirnya, beliau kembali melalui jalan semula menuju Mekkah dalam keadaan sedih dan susah. Lalu Jibril bersama malaikat gunung menghampirinya. Jibril memanggil beliau dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah mengutus kepadamu malaikat gunung untuk kamu suruh sesuai keinginanmu”. Setelah itu malaikat gunung berkata: “Hai Muhammad, jika kamu mau, aku akan meruntuhkan kedua benda keras ini (maksudnya, dua gunung yang mengelilingi Mekkah) di atas mereka”. Nabi menjawab: “Justru saya mengharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka, orang yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya”.
Di antara beberapa debat yang dilancarkan kaum musyrikin terhadap Rasulullah adalah mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya dengan tujuan menundukkan beliau, dan hal ini terjadi berulang kali. Pernah suatu kali, mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohon kepada Allah, untuk kemudian memperlihatkan kepada mereka. Kaum Quraisy menyaksikan mukjizat ini untuk waktu yang lama, tapi mereka tetap saja tidak beriman. Bahkan, mereka mengatakan: “Muhammad telah bermain sihir di hadapan kami”. Lalu seseorang berkata: “Kalaupun toh Muhammad mampu menyihir kalian, namun ia tidak akan mampu menyihir semua orang. Oleh karena itu, mari kita tunggu orang-orang yang sedang bepergian”. Tak lama kemudian, orangorang yang sedang bepergian itu datang dan kaum Quraisy menanyai mereka. Lalu mereka pun menjawab: “Benar kami telah melihatnya”. Namun demikian kaum Quraisy tetap saja pada kekafiran mereka. Peristiwa terbelahnya bulan ini, seakan-akan sebagai pembuka bagi sesuatu yang lebih besar darinya, yaitu peristiwa Isra’ Mi’raj.
VI.          Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Kata “Isra” berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan malam, sedangkan menurut istilah Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW. pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha atau Baitul Maqdis di Palestina. Mi’raj berarti naik atau menuju keatas, menurut istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW. dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke al Arsy (Sidrotul Munthaha) untuk menghadap Allah SWT. Isra’ Mi’raj adalah pertolongan dari Allah SWT. untuk Nabi yang mulia ini. Pada malam ke-27 Rajab dari tahun kesepuluh masa kenabian, ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba Jibril mendatangi beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang laksana kilat, lalu Jibril menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT. yang agung. Allah SWT. Menceritakan peristiwa ini dalam firman-Nya :
سُبْحَٰنَ الَّذِىٓ أَسْرَىٓ بِعَبْدَهِۦ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَا الَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَٰتِـنَآۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ﴿١﴾
“Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)

7.      Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
a.      Strategi              : Contectual Teaching Learning (CTL)
Keterangan       :
§  Strategi Contectual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan  dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
b.      Model                : Kooperatif
Keterangan       :
§  Model Kooperatif
Model pembelajaran Kooperatif dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok untuk mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.

c.       Pendekatan       : Analisis dan pendekatan proses
Keterangan       :
§  Pendekatan Analisis dan pendekatan proses
Definisi dari pendekatan adalah proses, perbuatan atau cara untuk mendekati. Sedangkan pendekatan Analisis (Analytical Approach) merupakan pendekatan yang didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-asumsi. Pendekatan Proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses.

d.      Metode   :
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Berikut akan kami paparkan  dan dikaji secara detai macam-macam metode pembelajaran yang efektif untuk dapat dilaksanakan. Khususnya para pendidik atau juga para calon pendidik. Selama ini kita hanya familiar atau bahkan selalu hanya menggunakan metode seperti ceramah. padahal banyak sekali selain metode tersebut yang dapat digunakan dan  efektif dalam usaha meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang kita sampaikan dan pada akhirnya tujuan dari pembelajaran yang sudah kita tetapkan di awal tercapai dengan baik dan akan tecipta pembelajaran yang berkualitas serta tercipta pengalaman-pengalaman yang menarik. Berikut ini metode yang kami coba terapkan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan harapan dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran terseebut dan mengubah pandangan tentang pelajaran SKI yang kaku dan membosankan. Metode tersebut antara lain : Ceramah, pemutaran video,  apresepsi dan diskusi, metode resitrasi (recitation method), metode perancangan (projeck method), metode discovery, metode inquiry, metode belajar cooperative script, metode jigsaw, metode mind mapping dan metode pemberian tugas.
Keterangan       :
1)      Metode Ceramah
  Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya atau peserta didik. Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah:
a.       Guru mudah menguasai kelas.
b.      Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
c.       Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d.      Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah:
a.       Membuat siswa pasif
b.      Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c.       Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d.      Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e.       Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f.       Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g.      Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2)      Metode Resitrasi (Pemberian Tugas)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri dari buku pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a.      Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.  Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a.    Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.      Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c.       Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
d.   Sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan orang lain.
e.   Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
3)      Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini:
a.       Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif,
b.      Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa,
c.     Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain,
d.      Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri,
e.  Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probelma yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan. Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Kelebihan dari metode discovery antara lain:
a.     Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh.
b.    Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
c.    metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
d.      metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus.
e.       Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
f.       Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
Kelemahan dari metode discovery antara lain:
a.    Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak atau sulit dipahami sendidri. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
b.  Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
c.       Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional,
d.    Mengajar dengan metode ini mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan,
e.   Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya.
4)      Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Kelebihan dari metode inquiry antara lain:
a.       Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
b.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c.    Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.      Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
e.       Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.       Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g.      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.  Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Jadi kekurang dari metode ini hampir sama dengan metode discovery.
5)      Metode Belajar Cooperative script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah:
a.       Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b.      Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c.    Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
d.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e.     Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
f.       Kesimpulan guru.
Kelebihan dari metode ini antara lain:
a.       Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
b.      Setiap siswa mendapat peran.
c.       Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan dari metode ini adalah:
a.       Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b.      Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
6)      Metode Jigsaw
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada  model pembelajaran jigsaw  ini keaktifan siswa (student centered)  sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a.      Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
b.      Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c.     Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yang menjadi kelemahan dari metode ini, yaitu :
a.     Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusiSiswa
b.   yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c.    Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
7)      Metode Mind Mapping
Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.
Kelebihan dari metode mind mapping antara lain:
a.       Cara ini cepat
b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
  d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b.      Tidak sepenuhnya murid belajar
c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
8)      Metode Keteladanan
yaitu memberikan teladan atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan pedoman untuk bertindak dalam merealisasikan tujuan pendidik. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya, ini dilakukan oleh semua ahli pendidikan, baik di barat maupun di timur. Dasarnya karena secara psikologis pelajar memang senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi yang tidak baik juga ditiru.
9)      Metode Pembiasaan
Yaitu  membiasakan seorang peserta didik untuk melakukan sesuatu sejak dia lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan, jadi sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.
10)  Metode Ibrah dan Mau’idzah
Metode Ibrah adalah penyajian bahan pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajar dalam menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar. Sedangkan metode Mau’izah adalah pemberian motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam melakukan perbuatan.

8.      Langkah-Langkah Pembelajaran
A.    Kegiatan Awal
1)      Motivasi
2)   Penjelasan singkat tentang sejarah dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah dan Madinah.
3)      Appersepsi
B.     Kegiatan Inti
1)      Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, masing-masing 4 orang
2)       Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok
3)      Mengumpulkan kisah-kisah dakwah Rasulullah pada periode Makkah dan Madinah
4)      Mendiskusikan dalam kelompok tentang sejarah dakwah Rasulullah pada periode Makkah dan Madinah.
5)      Presentasi hasil diskusi kelompok tentang dakwah Rasulullah pada periode Makkah dan Madinah.
C.    Kegiatan Akhir
1)      Menyampaikan kesimpulan akhir tentang sejarah dakwah Rasulullah pada periode Makkah dan Madinah.
2)      Memberikan salam penutup

9.    Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
a.       Pertanyaan lisan dikelas tentang materi dakwah Rasulullah pada periode Mekkah dan Madinah.
b.      Ulangan Harian, ujian ini dilaksanakan setelah materi pokok disampaikan.
c.     Tugas Kelompok, dalam tugas ini peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan pengamatan tentang judul tugas yang diberikan oleh guru.
d.      Ulangan Tengah Semester.
e.   Ulangan Semester, dalam ulangan ini dilakukan pada akhir semester dengan bentuk soal ujian pilihan ganda semua atau campuran dan ada yang berupa essay semua.
10.  Sumber dan Referensi Pembelajaran
a.       Sari Sejarah Kebudayaan Islam, jilid 1 a, Abu Muhammad: 1982
b.       Sejarah Peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern, Siti Maryam dkk.
c.       Tim Perumus, 2006, Menjelajahi Peradaban Islam, untuk Madrasah Aliyah Kelas XII, Yogyakarta, Pustaka Insan Madani
d.      Dan lain-lain.
11.  Waktu Pelaksanaan Pembelajaran
§  Pertemuan pertama (90 menit)
a.      Sejarah dakwah Rasulullah SAW. pada periode Islam di Mekkah:
1)      Kebiasaan Nabi Muhammad SAW. berkholwat, bertahannuts atau menyendiri untuk beribadah kepada Allah SWT. di gua Hira’.
2)      Turunnya wahyu pertama (surat al-Alaq ayat 1-5) kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai bukti diangkatnya beliau sebagai seorang Nabi.
3)      Turunnya wahyu kedua (surat al-Muddatsir ayat 1-7) kepada Nabi Muhammad SAW. merupakan bukti diangkatnya beliau sebagai seorang Rasul dan permulaan diperintahkan beliau untuk memulai berdakwah secara sirriyah (sembunyi-sembunyi).
4)      Turunnya wahyu surat as-Syu’ara’ ayat 214 dan surat al-Hijr ayat 94 sebagai perintah kepada Nabi SAW. untuk berdakwah secara jahriyah (terang-terangan).
b.  Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Rasulullah SAW. ketika berdakwah di Mekkah:
1)      Faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan Islam.
2)      Hijrahnya sahabat ke Habasyah (Abesinia).
3)      Pemboikotan orang-orang Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW. dan keluarga.
c.       Hamzah dan Umar bin Khattab masuk Islam.
§  Pertemuan kedua (90 menit)
d.      Tahun duka cita atau ‘Amumul Huzni
e.       Hijrahnya Nabi Muhammad SAW. ke Thaif
f.       Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
g.      Tamsil dan Hikmah Isra’ Mi’raj.
h. Perbandingan Kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dengan Rasul-Rasul sebelumnya.
B.     Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Aliyah meliputi:
§  Dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah. 
§   Kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat. 
§  Perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) tahun 650-1250 M .
§  Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran tahun 1250-1800 M) 
§  Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang) 
§  Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia 

C.      Analisis Komprehensif Silabus dan Mata Pelajaran SKI
Dari format silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):

Tabel  Kesesuaian Materi SKI Madrasah Aliyah Kelas X
dengan Prinsip-Prinsip Pengembangan
No
Prinsip Pengembangan
Hasil Analisis
Terpenuhi
Cukup
Kurang
1
Ilmiah
2
Relevan
3
Sistematis
4
Konsisten
5
Memadai
6
Aktual dan kontekstual
7
Fleksibel
8
Menyeluruh
9
Efektif
10
Efisien

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang dan membangun pelajaran SKI agar maksiamal dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)      Aspek Prinsip Ilmiah
Pada aspek keilmiahan menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Pengembangan indilkator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh PEMENAG No 2 tahun 2008 dan hal itu menjadikan materi ini sesuai bila digunakan dalam pembelajaran SKI siswa Madarasah Aliyah kelas X.
2)      Aspek Relevansi
pada aspek relevansi yang termuat dalam materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap potensi-potensi belajar lain. Seperti Meneladani perilaku sabar dan sikap istiqomah Rasulullah SAW dan meniru figur yang tercermin dari sikap terpuji Rasulullah SAW di masa sekarang. Pada aspek ini masih belum terpenuhi karena belum ada relevansi antara materi yang diajarkan dengan realita. Materi yang diajarkan belum ada relevansi dengan kehidupan sehari-hari siswa. Seharusnya ada keterkaitan anatara materi pelejaran yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari, agar hal itu dapat membekas diingatan siswa dan berpengaruh pada sikap siswa dalam keseharian. Maka dari itu siswa dituntut untuk meneladani sifat-sifat baik Rasulullah SAW selama melakukan dakwah dengan cara siswa menrapkannya pada kehidupan sehari-hari. Misalnya sifat Rasulullah SAW yang pantang menyerah, siswa dapat menerapkannya saat menemui kegagalan saat di ujian semester karena mendapat nilai yang buruk, maka siswa tidak boleh menyerah dan harus terus berusaha memperbaiki kekurangannya dengan rajin belajar. Berikutnya meneladani sifat istiqomah Rasulullah SAW dalam berdakwah dapat ditiru siswa saat belajar. siswa harus istiqomah dalam belajar, dalam hal ini akan member manfaat yang baik untuk siswa karena bila belajarnya dapat istiqomah maka pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak mudah lupa karena terus menerus (ajeg) dipelajari.
3)      Aspek Sistematis
Pada aspek silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Hal tersebut menunjukan bahwa aspek ini sudah terpenuhi. Silabus yang dirancang dengan sistematis menjadikan materi yang akan disampaikan dapat diajarkan kepada siswa dengan runtut. Dalam penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per-semester. Implementasi pemelajaran per-semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan kurikulum yang ada. Dalam merumuskan silabus harus dibuat dengan runtut dan terdiri dari beberapa komponen dan harus disusun secara sistematis. Komponen yang terdapat dalam silabus meliputi: Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi Inti (KI), Hasil belajar, indicator hasil belajar, meteri pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, sarana dan sumber belajar. Pelaksanaan strategi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan menuntut guru untuk bisa menjabarkan rencana pembelajaran secara sistematis dengan target lebih konkret, serta didukung pula dengan penggunaan metode dan media yang tepat.
4)      Aspek Konsisten
pada aspek ini, di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang ajek (tetap) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Pada aspek ini konsitensinya telah terpenuhi, ini menandakan adanya hubungan yang terus-menerus dan saling berkesinambungan antara komponen-komponen tersebut. Konsistensi sangat diperlukan karena menghidari perubahan-perubahan yang menyebabkan pembelajaran tidak dapat terlaksana dengan maksimal dan akan membuat guru kebingungan ketika menyampaikan materi ajar dan siswa pun akan dibuat kebingunan karena ketidak konsistensinan antara komponen-komponen yang ada pada meteri pembelajaran yang digunakan.
5)      Aspek Memadai
artinya cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Pada aspek ini dirasa belum terpenuhi dengan maksimal. Pada pengalaman belajar cenderung terabaikan karena kebanyakan siswa meneyepelekan pengalaman yang diterima saat mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa sangat lemah terhadap pelajarn ini dan ditambah lagi kurang didukung dan ditunjang oleh metode-metode yang kreatif dan kooperatif. Siswa sering kali megabaikan pengalaman yang didapat selama proses belajar suatu materi pembelajaran yang dianggapnya membosankan. Sehingga pada aspek ini hanya sekedar cukup.
6)      Aspek Aktual Dan Kontekstual
cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dengan peristiwa yang terjadi. Sering kali saat pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam guru jarang menggunakan teknologi yang ada dan lebih terpaku pada metode ceramah saja, seharusnya guru lebih inovatif dan mau menggunakan beeragam media gunan menunjang proses belajar mengajar dan juga membuat siswa lebih tertarik terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Banyak sekali para pengajar yang mengampu pelejaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kurang memeperhatikan pengembangan ilmu yang ada sehingga materi disampaikan kurang interaktif dan membuat siswa mudah jenuh atau bosan. Kebanyakan guru mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam (SKI) tidak pernah mengkaitkan pelajaran yang ada dengan kehidupan sehari-hari yang terjadi disekitar, padahal bila hal itu dilakukan bisa menambah kecepatan pemahaman siswa dan kekuatan ingatan siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
7)      Aspek Fleksibel
Komponen silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada kehidupan sekarang. Pada aspek ini masih dirasa kurang, hal ini menandakan kurang diperhatiakannya penerapan-penerapan aspek fleksibel terhadap perkembangan zaman. Materi pembelajaran seharusnya ada aktualisi yang tercermin pada kehidupan sekarang dan fleksibel terhadap perkembangan zaman. Namun, kebanyakan materi dan cara mengajar yang diterapkan pada pelajarn Sejarah kebudayaan Islam (SKI) cenderung kaku terhadap perubahan zaman dan monoton, padahal nilai-nilai yang penting terdapat dalam pelajaran SKI karena membahas sejarah umat Islam. Mengapa hal ini dapat terabaiakan? Mungkin, hal ini disebabkan aspek fleksibelitas tidak terpenuhi dengan baik sehingga yang didapati saat ini pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menjadi pelajaran yang dihindari oleh siswa. Guru Sejarah Kebudayaan Islam harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaruan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, serta dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman. Guru sebagai pendidik yang profesional hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, sehingga apa yang disampaikan pada siswa selalu berkena dihati siswa dan bersifat up to date. Sekalipun hanya membelajarkan sejarah akan tetapi dengan melihat perubahan berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru dan siswa dapat memberikan perbandingan. Dengan demikian pembelajaran sejarah tidak hanya mencakup aspek politik saja, tapi juga aspek sosial, budaya, pendidikan serta ekonomi masuk di dalamnya.
8)      Aspek Menyeluruh
Dalam silabus dan pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan kognitif lebih banyak ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif (yang terdiri dari penerimaan, respons, menghargai, mengorganisasi, dan pola hidup) dan tujuan psikomotorik (yang terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) belum terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena saat menyampaikan materi lebih sering menggunakan metode ceramah dan ini berakibat pada ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan pskomotorik) pada siswa tidak meningkat karena siswa cenderung pasif dan mungkin hanya beberapa siswa yang mampu mengembangkan ranah kognitifnya bila siswa tersebut memperhatikan pelajaran dengan seksama. Padahal dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 materi dan lembar kerja atau lembar latihan siswa sudah dibuat sedemikian rupa yang meliputi lembar mari berdiskusi, latihan menalar dan menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada lembar mari bercerita, terdapat pula lembar mari merenung sejenak yang dimaksudkan agar siswa mampu mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang terdapat dalam materi pelajaran, terdapat pula lembar mari merefleksikan diri, yang artinya siswa dituntut mampu mengambil ibrah dan juga mampu menerapkanya pada kehidupan sehari-hari. Dan terdapat lembar mari berlatih yang bertujuan untuk mengasah pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Namun hal itu tidak tidak pernah terrealisasikan karena beberapa faktor, yaitu minimnya waktu pelajaran dan guru yang kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran karena hanya sekedar menyampaikan materi dengan metode ceramah dan dongeng saja. Pada ranah kognitif sendiri memiliki enam tingkatan yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan tingkat evaluasi. Melihat banyaknya tingkatan pada ranah kognitif maka tidak semua diterapkan dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada umumnya. Jika melihat pada pelaksanaannya, maka sebenarnya ranah kognitif yang paling dominan dikembangkan adalah pada tingkatan pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan untuk tingkat penerapan dan analisis baru sedikit dikembangkan. Pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X juga cenderung kurang memperhatikan aspek afektif siswa, Kawasan afektif mencakup beberapa tingkatan yaitu tingkatan menerima, menilai, organisasi, dan tingkat karakteristik. Sedangkan ranah psikomotorik mencakup gerakan seluruh badan, gerakan terkoordinasi, komunikasi dan kemampuan berbicara hal ini karena materi yang ada kurang mendukung untuk perkembangan ranah afektif siswa. Untuk ranah afektif tidak secara penuh dimasukkan dalam rumusan tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian afektif siswa melalui pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran. Begitu juga untuk ranah psikomotorik tidak terinci secara jelas dalam rumusan tujuan pembelajaran. Padahal dalam materi pelajaran ada beberapa indikator yang seperti siswa diperintahkan mampu menerapkan sifat-sifat baik (terpuji) yang telah dicontohkon oleh Rasulullah SAW, siswa harus memiliki akhalak mulia yang harus tercermin pada perilakunya. Sering kali ranah psikomotorik siswa terabaikan pada pelajaran SKI. Siswa hanya pasif mendengarkan materi yang disampaikan saja, sehingga psikomotorik siswa tidak terasah dengan baik. Ranah psikomotorik yang dikembangkan dalam rumusan tujuan pembelajaran adalah tingkatan praktek. Namun guru Sejarah Kebudayaan Islam tetap melakukan penilaian-penilaian lain misalnya komunikasi, hanya saja kesemuanya tidak dirinci dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA masih merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk umum belum begitu mendalam atau rinci. Namun seharusnya akan lebih baik jika dalam tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dirinci dengan jelas mengenai ketiga ranah tersebut. Karena hal itu akan memudahkan dalam melakukan penilaian terhadap siswa, meski hal ini membutuhkan kejelian serta keuletan tersendiri dari guru Sejarah Kebudayaan Islam. Materi SKI sebaiknya dibuat dengan baik dan memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dengan menerapkan beberapa materi ajar yang membuat siswa aktif, siswa dapat melaksanakan apa yang terkandung dalam materi. Hal-hal ini seharusnya dapat menjadi bahan koreksi ketika membuat materi pelajaran yang baik dan perlu juga ditunjang dengan metode-metode pembelajaran yang sesuai dan tidak monoton.
9)      Aspek Efektif
Komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan. Proses pembelajaran dapat berlangsung efektif manakala dilaksanakan oleh guru profesional dan dijiwai semangat profesionalisme yang tinggi. Guru professional adalah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta memiliki rasa kebersamaan. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik dan bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi perannya dimasa depan. S. Nasution dalam bukunya M. Saekhan Muchith menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif tidak cukup hanya ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru saja, tetapi juga ditentukan oleh berbagai elemen atau faktor secara simultan. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan atau persiapan yang matang. Salah satu perencanaan harus didasarkan atas kondisi atau potensi yang dimiliki oleh siswa.
10)  Aspek Efisien
Efisiensi waktu dirasa masih sangat kurang. Daya dan waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru. Sedangkan dalam proses pembelajaran penguasaan dan pengembangan materi lebih dititik beratkan pada kemampuan dan kreativitas oleh seorang guru. Problematika penguasaan dan pengembangan materi disebabkan kurangnya atau terbatasnya alokasi waktu yang disediakan untuk materi Sejarah Kebudayaan Islam, sementara materi yang disampaikan terlalu banyak. Dari penjelasan di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan pembelajaran sangat kompleks. Untuk itu strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya membantu siswa menyelesaikan materi secara efisien dengan waktu yang terbatas.
Demikian uraian analisis dari silabus dan materi dari mata pelajaran SKI kelas X di Madrasah Aliyah yang telah ditampilkan..
D.      Analisis SWOT Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang. Namun, pada kesempatan kali ini analisis SWOT digunakan dalam menganalisa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Kelas X. Atau definisi analisis SWOT yang lainnya yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan juga kondisi yang bersifat deskriptif (memberi suatu gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan juga kondisi sebagai sebagai faktor masukan, lalu kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang perlu diingat baik-baik oleh para pengguna analisa ini, bahwa analisa SWOT ini semata-mata sebagai suatu sebuah analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang bagi permasalahan yang sedang dihadapi.
1.    Strength (kekuatan).
Faktor-faktor kekuatan dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X meliputi kompetensi khusus atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan komparatif pelajaran tersebut. Hal-hal yang menjadi kekuatan atau kelebihan dari Materi meliputi :
a.     Membentuk watak dan kepribadian umat. Sebab, dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu.
b.   Siswa mampu berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lalu yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan tentang perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya Islam di masa yang akan datang.
c.   Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan baik bagi umat Islam yang meyakininya dan merupakan sumber syariah yang besar.
d.   Pembelajaran sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik, dan bertingkah laku seperti Rasulullah SAW.
e.  Pada materi SKI di dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013, komponen materi disusun sangat runtut, detail dan disertakan pula potret gambaran tempat-tempat bersejarah yang berhubungan dengan materi yang disampaikan, sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku pelajaran tersebut. Dan disertakan sebuah bagan atau skema (peta konsep) yang bisa memudahkan pemahan siswa.
f.  Dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh siswa dan penjelasan yang sederhana menjadikan siswa tidak merasa kebingungan apabila ingin mempelajari sendiri di rumah.
g.  Di dalam Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 dilengkapi dengan glosarium dan hal tersebut akan membantu siswa ketika menemukan pengertian dari sebuah istilah atau kalimat yang sulit dipahami.
h.   Lembar evaluasi siswa yang lengkap, di dalamnya terdapat lembar mari berdiskusi, latihan menalar dan menggabungkan, siswa diajak untuk aktif pada lembar mari bercerita, terdapat pula lembar mari merenung sejenak yang dimaksudkan agar siswa mampu mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang terdapat dalam materi pelajaran, terdapat pula lembar mari merefleksikan diri, yang artinya siswa dituntut mampu mengambil ibrah dan juga mampu menerapkanya pada kehidupan sehari-hari. Dan terdapat lembar mari berlatih yang bertujuan untuk mengasah pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
i.     Pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi dalam segi kelebihan atau keunggulan, antara lain sebagai berikut:
§  Fungsi edukatif
Melalui sejarah peserta didik ditanamkan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
§  Fungsi keilmuan
Peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
§  Fungsi transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat.
2.    Weaknesses (kelemahan).
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan prasarana atau sumber daya pendidik dan isi dalam materi pembelajaran, kualitas atau kemampuan tenaga pendidik, hal-hal tersebut meliputi:
a.       Materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam implementasinya juga lebih didominasi oleh tujuan pada aspek kognitif bukan afektif apalagi sampai pada tingkat psikomotorik yang sering kali terabaikan karena sempit atau sedikitnya waktu pelajaran yang ada dan kurang tepatnya seorang guru dalam memilih metode pembelajaran.
b.      Kurangnya dan Lemahnya tenaga pengajar yang professional dalam bidang pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif.
c.       Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini.
d.      Muatan materi yang sangat banyak karena untuk menjelaskan secara detail terhadap suatu peristiwa jutru mengakibatkan kesulitan belajar yaitu sulit untuk mengingat pelajaran yang diberikan.
e.       Kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-­nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari, Memang tidak mebebankan seluruh tanggung jawab atas munculnya kesenjangan tersebut kepada pelajaran SKI di Madrasah, sebab SKI di Madrasah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
f.       Minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik.
3.    Opportunities (Peluang).
Peluang adalah suatu kondisi keadaan atau lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Hal-hal yang menjadi peluang dalam pembelajaran SKI di Madrasah aliyah kelas X tersebut meliputi:
a.       Memberi peluang peserta didik untuk menjadi lebih humanis, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.
b.  Memberi ibrah pelajaran sejarah dan kebudayaan Islam, sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.
c.       Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategis bagi pentingnya meningkatkan pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
4.    Threats (ancaman atau hambatan).
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor lingkungan atau faktor-faktor laiannya yang tidak menguntungkan bagi sebuah Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas X. Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh faktor yang menjadi ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain. Hal-hal yang menjadi ancaman dalam pembelajaran SKI meliputi:
a.     Kurangnya waktu atau waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat dan memang penting sering kali tidak dapat disampaikan secara maksimal, oleh karena itu waktu yang disediakan heendaaknya bisa lebih panjang. Karena pelajaran SKI menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.
b.    Antara harapan dan kenyataan SKI di MA kelas X memang kurang ideal karena kebanyakan para pendidik menggunakan metode ceramah dan hafalan yang berakibat pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik hanya terbatas.
c.    Sedikitnya guru profesional yang benar-benar mendalami materi SKI atau ketidak sesuaian materi yang diajarkan dengan keilmuan yang dipelajari sewaktu menempuh program sarjana. Hal ini merupakan kelemhan dan sekaligus ancaman terhadap materi pelajaran Sejaraah kebudayaan Islam (SKI).
d.    Penggunaan metode yang tidak efektif dan efisien yang menimbulkan kejenuhan belajar pada siswa.

E.       Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Tingkat Madrasah Aliyah
1.      Problematika Yang Berhubungan Dengan, Materi Metode Dan Proses Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian ummat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi mana yang perlu dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu dikembangkan. Keteladan dari tokoh-tokoh / pelaku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada generasi muda, disamping nilai informasi sejarah penting lainnya.
Walaupun demikian penting materi sejarah bagi pengembangan kepribadian suatu bangsa, Namun dalam realitasnya sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran sejarah kurang diminati. Mata pelajaran sejarah justru hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, baik oleh siswa maupun oleh guru. Ini terbukti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Aliyah waktu ajarnya hanya 1 jam dalam seminggu, padahal materi pelajaran SKI cukup banyak.
Tidak hanya masalah jam pelajaran, dari hasil pengamatan, kami juga menjumpai masalah-masalah lain yang berkaitan dengan metodologi pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada sekolah tersebut, yaitu :
§  Baru menekankan pada aspek sejarah politik para tokoh penguasa pada zamannya. Sementara aspek sosial, aspek ekonomi, budaya dan pendidikan kurang mendapatkan porsi yang memadai.
§  Kurang tersedianya bahan ajar dan sumber belajar yang cukup untuk proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, menambah permasalahan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Guru maupun sekolah hanya memiliki bahan ajar serta sumber ajar berupa buku pegangan berjumlah satu. Hal ini yang mengakibatkan kurang bertambahnya pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam yang ada.
§  Kegiatan penggunaan satu metode, missal hanya menggunakan metode ceramah saja lebih cenderung menghasilkan pembelajaran yang membosankan (monoton)bagi anak didik. Jalan pengajaran pun terlihat kaku. Anak didik terlihat kurang bergairah untuk belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak didik. Kondisi seperti ini sangatlah tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan tentunya anak didik juga akan rugi dan ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam belajar mengajar.
§      Apresiasi siswa terhadap sejarah kebudayaan Islam masih rendah. Bahkan beberapa guru sejarah Islam juga menunjukkan apresiasi yang rendah terhadap mata pelajaran ini. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya perhatian mereka terhadap pengajaran sejarah. Siswa menganggap materi sejarah merupakan materi yang memiliki sedikit manfaat dibanding dengan materi keIslaman lain. Minat yang rendah ditambah penyampaian materi yang monoton menyebabkan kejenuhan pada diri siswa dalam pembelajaran sejarah. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam menurun yang berakibat pada hasil belajar siswa rendah.
§  Terbatasnya jam pelajarn Sejarah Kebudayaan Islam. namun, banyak materi yang harus dipelajari dan kurangnya buku-buku penunjang dan sarana fasilitas yang terbatas. Metode yang disampaikan oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam pun selama ini masih bersifat statis dan monoton. Siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam tanpa bertanya tentang apa yang belum dipahaminya. Keadaan seperti ini seolah-olah guru terkesan aktif sedangkan siswa terlihat pasif. Selain itu guru mengajar bukan pada bidangnya juga menjadi penyebab dari problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
§  Sikap inferiority complex, perasaan rendah diri yang komplek. Sikap inferiority complex ummat Islam terhadap nilai-nilai sejarah budayanya sendiri ini merupakan bagian dari masalah dalam pengajaran sejarah. Generasi muda pada umumnya lebih bangga terhadap hasil kebudyaan Barat, sementara terhadap kebudayaan Islam sendiri, mereka merasa malu untuk mengakuinya, apalagi menirunya. 
§  Penjelasan guru kurang memperhatikan aspek-aspek lain, misalnya faktor sosiologis, faktor antropologis, ekonomis, geografis dan sebagainya. Dalam menjelaskan satu materi dapat diterangkan dengan beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih komprehensif.
Menurut Fatah Syukur diantara kelemahan metode dalam pengajaran sejarah Islam adalah berawal dari pendekatan yang dipakai. Pelajaran sejarah di sekolah cenderung disampaikan dengan pendekatan ekspositori. Dalam pendekatan ekspositori, guru memegang peranan yang sangat dominan dan sentral. Sementara siswa hanya aktif mencatat atau menghafal fakta-fakta historis yang terdapat dalam buku teks. Akibatnya siswa kurang mengerti apa sebetulnya yang diinginkan atau tujuan mempelajari sejarah Islam. Pendekatan ekspositori dalam pengajaran sejarah menjadikan anak tidak kreatif, dan bosan dengan materi yang selalu diulang-ulang. Dari penjelasan di atas memang problematika yang dihadapi pada waktu pelaksanaan pembelajaran sangat kompleks. Oleh karenanya perlu adanya berbagai upaya dalam membelajarkan Sejarah Kebudayaan Islam lebih menarik dibanding dengan kebudayaan lain.

F.       Penyelesaian Masalah Terhadap Problematika Pengajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Setelah diketahui adanya problematika seperti pada uraian di atas, maka diperlukan adanya tindakan dalam memecahkan masalah tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sehingga kompetensi dasar dapat dicapai. Meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Adapun alternatif dalam penyelesaian masalah dalam pengajaran SKI antara lain: 
§  Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini langkah yang dilakukan adalah:
1)      Membuat perencanaan metode pembelajaran yang tepat sesuai materi pembelajaran.
2)   Membuat lembar observasi untuk menilai pola interaksi yang terjadi antara siswa dan guru peneliti, yang diamati langsung oleh kolaborator.
3)      Guru membuat evaluasi formatif untuk mengetahui daya serap siswa.
§  Pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran guru mengamati langsung kepada peserta didik bagaimana respons peserta didik dalam menerima pelajaran yang telah disampaikan dengan penggunaan metode yang diterapkan oleh guru. Apabila dirasa kurang bisa diserap oleh sebagian murid maka sewaktu-waktu guru akan mengganti strategi pembelajaran sesuai kemampuan siswa yang dirasa siswa enak dalam menerima pelajaran tersebut.
§  Refleksi dari berbagai tindakan yang dilakukan, melalui Perencanaan, tindakan, pengamatan diperoleh sebuah kesimpulan saran-saran yaitu Guru hendaknya harus mempersiapkan diri sebelum dimulainya proses pembelajaran dengan baik, baik dalam persiapan personal maupun materi, metode yang digunakan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
§  Melalui pendekatan pengajaran, cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi:
1)      Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT. Sebagai sumber kehidupan. 
2)   Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dilakukan Sahabat, khalifah, dan para ulama. 
3)    Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Sahabat, khalifah dan para ulama.
4)      Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran SKI dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran. 
5)  Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati berbagai peristiwa dalam sejarah Islam sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik. 
6)     Fungsional, menyajikan materi SKI yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. 
7)    Keteladanan, yaitu pendidikan yang guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang meneladani sahabat, khalifah dan para ulama’.


BAB III
PENUTUP
A.      SIMPULAN
Dari Telaah materi SKI Kelas X Madrasah Aliyah menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang bangun dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, dari aspek prinsip ilmiah menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kedua, dari aspek relevansi materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar. Ketiga, dari aspek sistematis silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi. Keempat, dari aspek konsisten di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian. Kelima, dari aspek memadai cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Keenam, dari aspek aktual dan kontekstual cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupn nyata dengan peristiwa yang terjadi. Ketujuh, dari aspek fleksibel komponen silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada kehidupan sekarang. Kedelapan, dari aspek menyeluruh silabus belum menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Kesembilan, dari aspek efektif komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Kesepuluh, dari aspek efisien daya dan waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru.
Demikian uraian analisis dari silabus mata pelajaran SKI yang ditampilkan. dan sebagai perbandingan dibawah ini akan ditampilkan silabus yang telah disusun kembali.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan kepribadian ummat. Dengan mempelajari sejarah, generasi muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu tokoh atau generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak pelajaran, sisi-sisi mana yang perlu dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu dikembangkan. Keteladan dari tokoh-tokoh / pelaku sejarah inilah yang ingin ditransformasikan kepada generasi muda, disamping nilai informasi sejarah penting lainnya.
Walaupun demikian penting materi sejarah bagi pengembangan kepribadian suatu bangsa, Namun dalam realitasnya sering kurang disadari, sehingga mata pelajaran sejarah kurang diminati. Mata pelajaran sejarah justru hanya dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap, baik oleh siswa maupun oleh guru. Ini terbukti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Aliyah waktu ajarnya hanya 1 jam dalam seminggu, padahal materi pelajaran SKI cukup ba Melalui pendekatan pengajaran, cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi:
§  Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT. Sebagai sumber kehidupan. 
§  Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dilakukan Sahabat, khalifah, dan para ulama. 
§  Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan oleh Sahabat, khalifah dan para ulama.
§  Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran SKI dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran. 
§  Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati berbagai peristiwa dalam sejarah Islam sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik. 
§  Fungsional, menyajikan materi SKI yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.

B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah telaah SKI Madrasah Aliyah kelas X dari kami, semoga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita semua. Apabila ada kritik dan saran, silakan sampaikan langsung kepada kami. Karena kritik dan saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan intropeksi. Sehingga di masa yang mendatang, kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan, karena kaami hanyalah hamba Allah SWT yang tidak luput dari khilaf, alfa dan lupa.

Wassalamualaikum Wr.Wb


REFERENSI
§  Buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013 (Khusus Siswa).
§  Silabus dan RPP Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X Kurikulum 2013.



Tidak ada komentar: